22 September 2024

Pilu Kehidupan (2)

Edit Posted by with No comments

 Rika Anggraeni


Angkasa membendung tegukan suram

Menerkam amukan kilat nan pedih

Badai menyapu semua isi bumi

Satu persatu saling menyakiti


Tak ada lagi kebersamaan 

Semuanya saling memecahkan 

Kita adalah bencana yang saling menyakiti.......


Bumi berteriak meminta tolong 

Hanya meminta kita berdamai 

Pilu bumi yang semakin dalam 

Karena kita saling menyakiti


Coba saja kalau semua berdamai 

Pasti tak kan ada yang terluka 

Tak kan ada yang menjerit kesakitan 

Semua akan aman dan tentram

Di Balik Senyum

Edit Posted by with No comments

Najmi

Kelas 8

Aku adalah anak perempuan yang berasal dari keluarga bangsawan. Walaupun begitu, aku selalu dikucilkan karena kebiasaanku yang unik. Di saat anak perempuan pada umumnya menghabiskan waktu dengan belajar berdansa atau bersantai di halaman depan, aku menghabiskan waktu di ruang latihan.

        Entah kenapa aku suka melihat api. Warnanya yang cerah sangatlah unik dan anggun di mataku. Kebiasaan itu berlanjut sampai aku berumur 20 tahun. Saat Kaisar mengadakan pesta dansa, tiba-tiba lampu gantung yang berada di tengah ruangan terjatuh dan menyebabkan kebakaran. Aku selamat karena aku tidak berada di dalam saat itu.

         Detektif datang ke tempat kejadian bersama para penjaga dan bangsawan lain yang heboh. Penyelidikan sempat terhambat karena besarnya api. Para penjaga dan orang-orang berusaha untuk memadamkan api. Karena kerja sama yang bagus, api pun padam sehingga detektif bisa melanjutkan penyelidikan. Tak lama kemudian detektif itu keluar dari dalam dan mendatangiku sambil menodongkan sebuah pistol. Aku hanya bisa tersenyum sambil memegang sebuah panah di belakang jubahku

Ayunan Tua

Edit Posted by with No comments

Muslimah

Kelas 9D                       

      Gadis berkuncir kuda itu berlari menghampiri si kakek. Gadis itu duduk lalu perlahan ayunan itu mulai bergerak.

     Suara tawa gadis itu sangat keras. Rasanya menyenangkan melihat gadis itu bermain ayunan. Tidak kusangka gadis itu menatapku dalam, sampai akhirnya ia terjatuh. Si kakek tua berteriak memanggil nama gadis itu.

     Gadis itu diam sambil menatapku. Hujan turun. Tatapan matanya seolah mengisyaratkan aku untuk pergi. Aku mendengar suara warga sekitar. Tak ku sangka ternyata aku pingsan setelah tertabrak lari.

Kejadian Tak Terduga

Edit Posted by with No comments

 Wiji Amalia Rahayu

Kelas 7I

Namaku Andi. Sejak umur 12 tahun aku sudah tinggal sendiri karena orang tuaku pergi entah ke mana. Aku bekerja setiap hari menjadi pemungut sampah. Mungkin pekerjaanku melelahkan. Tapi jika aku tidak bekerja, aku tidak bisa makan.

           Aku tinggal di jalanan seorang diri. Aku tidak mempunyai rumah. Di umurku yang masih sangat remaja ini aku mempunyai mimpi besar, menjadi seseorang yang sukses. Namun terkadang aku malu pada diriku sendiri apakah mimpi tersebut akan terwujud oleh seorang pemulung sepertiku. Namun aku berpikir kembali tidak ada yang tidak mungkin bagi seseorang yang selalu berusaha.

            Pada suatu hari, aku sedang memungut sampah di pinggir jalan raya. Ada seorang anak kecil yang ingin menyebrangi jalan raya. Aku hanya melihatnya. Aku pikir ia tidak akan lari pada saat mobil besar datang dari arah utara. Dia lari tanpa takut akan tertabrak oleh mobil itu. Aku segera berlari menyelamatkan anak itu. Paat itu, orang tua dari anak tersebut datang menghampiri kami berdua. Orang tua itu sangat senang anaknya selamat dan berterimakasih padaku. Lalu aku diberi uang yang sangat banyak Aku sangat berterima kasih pada orang tua anak tersebut.

Kembalinya Sang Pelita

Edit Posted by with No comments

Naira Hilmiyah

Kelas 9G

Di sebuah sekolah menengah pertama, tepatnya di kelas lX-A, terjadi sebuah peristiwa yang membuat kelas lX-A bersedih.

    "Teman - temanku, mari kita berdoa untuk kesehatan bu Sukma, semoga bu Sukma lekas sembuh dan bisa kembali membimbing kita semua, " ujar Mahesa selaku ketua kelas.

" Amin... Semoga saja bu Sukma lekas sembuh. Jujur aku sedih sekali saat mendapatkan kabar buruk tentang bu Sukma," jawab Indah dengan wajah sedihnya.

     Satu bulan berlalu. Hingga saat belum juga ada kabar. Entah bagaimana keadaan bu Sukma saat ini.

    "Assalamualaikum wr.wb. Anak-anaku kelas lX-A. Pada hari ini Bapak akan memberikan satu kejutan buat kalian semua," ujar pa Ahmad, Kepala Sekolah SMP Nusa Bangsa.

    "Kalau boleh tahu, apa itu, Pak? " tanya Naya.

    "Mmm.... Kami gak mau kejutan apa - apa, Pak. Kami cuma mau ibu Sukma selaku wali kelas kami kembali membimbing kami di sini," ungkap Raka.

     "Kalau begitu, keinginan kalian terkabul. Bu Sukma, silakan masuk."

     Para siswa dan siswi kelas lX-A terkejut akan kehadiran bu Sukma. Bagaimana tidak, bagi mereka bu Sukma adalah pelita yang mampu menerangi perjalanan mereka dalam menuntut ilmu.

      "Assalamualaikum, anak-anakku. Bagaimana kabar kalian semuanya?" tanya bu Sukma dengan senyum manisnya.

   "Baik, Bu!!!" jawab para siswa kelas lX-A.

       "Ibu, boleh gal kalau kita semua peluk ibu? Soalnya kami sangat merindukan Ibu," ujar Naya dengan penuh harapan.

     "Boleh, Nak. Kemarilah."

Semua siswa kelas lX-A memeluk bu Sukma satu persatu.

    "Bu, kami benar-benar sangat merindukan Ibu. Ibu tahu gak? Ibu itu bagai pelita yang menjadi penerang untuk kami, " ujar Mahesa.

    "Aduh... romantis sekali kelas lX-A ini. Bapak jadi terharu, deh," ujar pa Ahmad sambil tertawa kecil, yang membuat siswa kelas lX-A tertawa terbahak-bahak.

   "Bagaimana kalau kita semua foto bersama?" ajak bu Sukma yang langsung disetujui oleh semua siswa kelas lX-A.

    Mereka pun berfoto diiringi dengan gelak tawa yang memenuhi ruangan kelas lX-A.Kembalinya Sang Pelita


Di sebuah sekolah menengah pertama, tepatnya di kelas lX-A, terjadi sebuah peristiwa yang membuat kelas lX-A bersedih.

    "Teman - temanku, mari kita berdoa untuk kesehatan bu Sukma, semoga bu Sukma lekas sembuh dan bisa kembali membimbing kita semua, " ujar Mahesa selaku ketua kelas.

" Amin... Semoga saja bu Sukma lekas sembuh. Jujur aku sedih sekali saat mendapatkan kabar buruk tentang bu Sukma," jawab Indah dengan wajah sedihnya.

     Satu bulan berlalu. Hingga saat belum juga ada kabar. Entah bagaimana keadaan bu Sukma saat ini.

    "Assalamualaikum wr.wb. Anak-anaku kelas lX-A. Pada hari ini Bapak akan memberikan satu kejutan buat kalian semua," ujar pa Ahmad, Kepala Sekolah SMP Nusa Bangsa.

    "Kalau boleh tahu, apa itu, Pak? " tanya Naya.

    "Mmm.... Kami gak mau kejutan apa - apa, Pak. Kami cuma mau ibu Sukma selaku wali kelas kami kembali membimbing kami di sini," ungkap Raka.

     "Kalau begitu, keinginan kalian terkabul. Bu Sukma, silakan masuk."

     Para siswa dan siswi kelas lX-A terkejut akan kehadiran bu Sukma. Bagaimana tidak, bagi mereka bu Sukma adalah pelita yang mampu menerangi perjalanan mereka dalam menuntut ilmu.

      "Assalamualaikum, anak-anakku. Bagaimana kabar kalian semuanya?" tanya bu Sukma dengan senyum manisnya.

   "Baik, Bu!!!" jawab para siswa kelas lX-A.

       "Ibu, boleh gal kalau kita semua peluk ibu? Soalnya kami sangat merindukan Ibu," ujar Naya dengan penuh harapan.

     "Boleh, Nak. Kemarilah."

Semua siswa kelas lX-A memeluk bu Sukma satu persatu.

    "Bu, kami benar-benar sangat merindukan Ibu. Ibu tahu gak? Ibu itu bagai pelita yang menjadi penerang untuk kami, " ujar Mahesa.

    "Aduh... romantis sekali kelas lX-A ini. Bapak jadi terharu, deh," ujar pa Ahmad sambil tertawa kecil, yang membuat siswa kelas lX-A tertawa terbahak-bahak.

   "Bagaimana kalau kita semua foto bersama?" ajak bu Sukma yang langsung disetujui oleh semua siswa kelas lX-A.

    Mereka pun berfoto diiringi dengan gelak tawa yang memenuhi ruangan kelas lX-A.

Semua Ada Masanya

Edit Posted by with No comments

Naira Hilmiyah

Kelas 9G

"Aku capek banget. Kenapa sih masalah terus datang ke aku? Apa salahku ya Tuhan sehingga engkau memberikanku cobaan yang seberat ini?" ungkap Inayah.

       "Ada apa dengan dirimu, Inaya? Seberat apa masalahmu hingga membuat dirimu mengeluh seperti ini?" tanya Riko.

    "Kamu gak akan mengerti dengan apa yang aku rasakan."

   "Menurutmu cuma kamu yang diberi cobaan seperti ini? Tidak, Inaya. Semua orang pasti punya masalah," ujar Riko.

    "Aku tahu!! Tapi aku tidak sekuat mereka."

     "Lihatlah gadis yang ada di pinggir danau itu. Ia tengah memikul beban yang begitu berat tapi tidak sedikitpun ia mengeluh." 

    Inaya menatap gadis itu.

     "Wajah gadis itu terlihat damai. Dia sangat mahir dalam menutupi masalah hidupnya. Bisakah aku seperti dirinya?" tanya Inaya.

    "Jangan menjadi orang lain, Inaya. Jadilah dirimu sendiri. Kita sebagai manusia hanya perlu bersyukur dan bersabar dalam menghadapi ujian ini. Biarlah Allah yang berkehendak atas apa yang terjadi di dunia ini. Ingatlah satu hal bahwa semua orang mempunyai masa, masa di mana kita akan bahagia dan terluka. Dan kita hanya perlu menunggu kapan masa kita bahagia."

20 September 2024

Hujan di Malam Hari

Edit Posted by with No comments

Siti Hanifa

Kelas 7K


Tud! Tud! Tud! Tidak dijawab. Sepertinya ayah dan ibu akan pulang malam. Tiba-tiba lampu mati dan hujan turun sangat deras. Langit pun mulai gelap.
    "Mama, Disa takut," ucap Disa sambil menangis.
    Disa, si anak yang penakut yang kekamar mandipun harus ditemani, sekarang dia sendirian di rumah. Terdengar suara adzan di kampung sebelah.
     "Ah, sudah adzan. Disa harus sholat supaya Disa nggak takut," ucap Disa sambil berlari ke kamar mandi.
      Selesai sholat, Disa pun berlari tanpa membuka mekenanya dan duduk di shopa sembari menunggu pulang ayah dan ibunya. Duarrr... suara petir yang menggelegar terdengar. Disa ketakutan.
       "Ibu, ibu kapan pulang? Disa takut," kata Disa sambil memeluk dirinya sendiri.
       Disa mencari lilin karena hari mulai gelap. Disa menemukan lilin kecil dan korek. Disa menyalakannya. Disa pun mulai mengantuk dan tidur di shopa.
        Grusuk! Grusuk! Terdengar suara yang sangat keras sampai Disa terbangun.
        "Hah, apa itu? Mana lilin sudah mati. Disa tidak bisa melihat apa-apa!" ucap Disa sambil ketakutan. Dan...terbukalah pintu. Duarr....Suara petir dan pintu membuat Disa takut. 
       Tiba-tiba...
       "Duarr, tante datang Disa," seru Tante dengan ceria.
       "Disa, kamu pasti ketakutan. Maaf, ya, Tante baru datang," kata Tante.
         "Iya gak apa-apa, Tante. Lain kali jangan buat Disa kaget, ya," jawab Disa. 
        Tanpa terasa, waktu sudah tengah malam. Lampu pun sudah menyala. Ayah dan ibu sudah pulang.
        "Disa, ibu dan ayah pulang!" ucap ibunya. Disa langsung memeluk ibu dan ayah.
        "Ibu! Ayah! Sekarang Disa sudah tidak takut sendirian lagi," ucap Disa sambil tersenyum.
        "Wih, anak Ibu memang hebat!" jawab ibunya.***

Kekasih Lautan

Edit Posted by with No comments

 Anisya Rahmadani

Kelas 8H


   Ombak bersahutan. Gemuruh petir saling berdatangan. Malam pun semakin gelap dengan hujan deras yang menyertainya. Seorang perempuan duduk di tepi pantai sambil memeluk lutut. Ia menangis dalam kesendirian.

   Di malam itu, sesuatu yang tak terduga pun terjadi. Sesosok laki-laki datang menghampiri perempuan tersebut.

   Senyuman yang begitu manis menghiasi wajahnya. Perempuan itu menghentikan tangis, lalu ia memeluk sosok tersebut. Ternyata, laki-laki itu adalah kekasihnya yang ditelan ombak lautan 2 bulan lalu.

Nakhoda

Edit Posted by with No comments

Nindi Oktaviani

Kelas 9C

 

Kapalku berlayar

Terombang-ambing di lautan

Diselimuti langit gelap gulita

Disoraki oleh gemuruh hujan dan badai

 

Ombak hanyalah air

Langit gelap hanyalah warna

Gemuruh hujan, badai, hanyalah suara

Akan kupaksakan kapalku terus berlayar

 

Ombak kecil yang engkau anggap hanya air telah berubah menjadi badai

Gemuruh hujan yang engkau anggap hanya air, telah menjadi kilat yang menusuk kapalku.

Babak belur kapalku.

 

Kapalku yang malang

Tutup jendelamu sayang

Kunci rapat pintunya

Jangan sampai seoranpun bisa melewatinya.

 

Bingung, ketakutan

ku hanya bisa menggigil kedinginan di sini

Jangan hiraukan aku

Acuh saja

 

 

 

 

Tentang sang Pensil

Edit Posted by with No comments

Nindi Oktaviani

Kelas 9C


Tuan, lihatlah aku

Yang tak pernah absen menemanimu

Yang selalu hadir di setiap ujianmu

 

Aku tidak jual mahal

Aku akan selalu di sisimu

Aku tersedia di manapun engkau mencariku

 

Namun terkadang.

Aku iri, dengan kehadiran pulpen yang selalu engkau prioritaskan.

Aku benci, saat hadirku selalu hilang oleh penghapus

 

Mungkin engkau tidak akan menyadari akan hadirku

Namun ingatlah Tuan,

akan selalu ada serutan yang perlahan membawaku pergi.

 

Mawarku

Edit Posted by with No comments

Siti Hanifa

Kelas 7K

Aku berkunjung ke planet tetangga untuk mencari teman. Di planet itu aku sangat kesepian. Hanya setangkai bunga mawar yang menemaniku. Setiap pagi aku menyapanya tetapi mawar itu tidak menjawab. Dia hanya diam. Aku bosan. Aku ingin mencoba hal baru!

Aku berkunjung ke planet yang katanya di sana banyak penghuninya. Aku bertemu dengan seekor rubah yang sedang tidur dan aku membangunkannya. Saat itu aku berkenalan dengannya dan mengobrol lama. Itu membuat kami sangat dekat. Aku mulai percaya padanya dan menceritakan keseharian di planetku. Hari-hari berlalu. Aku melupakan bunga mawarku.

Aku merindukan mawarku. Meskipun di planet baru banyak mawar namun mawarku yang dulu tak bisa tergantikan. Aku berniat kembali ke planet asalku. Aku melihat mawar itu sudah layu dan hanya menyisakan daun-daun yang kering. Aku menyesal karena meningkalkannya. Berhari-hari menangis. Aku menyesal atas perbuatanku. Suatu pagi, tiba-tiba aku melihat kuncup baru pada mawarku yang layu. Aku sangat gembira. Aku berjanji akan merawatnya dengan baik.

 

16 September 2024

Bunuh Diri

Edit Posted by with No comments

 Asri Fajriani


Nafasku terengah-engah selama berlari. Aku khawatir dia benar-benar akan melakukan hal bodoh itu. Kami sudah lama bersahabat, memangnya sedalam apa dia mencintai lelaki brengsek itu?

Untungnya aku belum terlambat. Dia masih menangis tersedu-sedu di atas jembatan. Aku tidak menyangka dia akan seperti ini. Sekonyol itukah kau mati, Laura?

"Rin, saya udah gak kuat lagi. Saya sedih banget dibilang jelek. Saya seneng pernah ada hubungan sama dia."

"Seneng? Ma...maksud kamu apa, Ra? Ayo turun. Gila kali. Gara-gara cowok doang bunuh diri!"

"Saya kemarin nonton Sponge Bob bareng dia."

Abbas, mantannya pun datang. Aku memang sengaja menyuruhnya ke sini agar Laura mau turun.

"Ayo, Ra. Kamu pasti bisa!" Aku heran mendengar ucapan Abbas. Tapi akhirnya aku pun mengerti ketika Laura berteriak, "AKU JELEK DAN AKU BANGGA!"

Dengan kesal, aku berteriak, "Seharusnya saya membiarkanmu jatuh,". Ah sial, mereka berdua tertawa.

Aku Iri

Edit Posted by with No comments

 Asri Fajriani


Sebagai makhluk hidup, aku juga ingin mempunyai pasangan. Aku jenuh. Dari hari ke hari, hanya sendiri di hutan ini. Aku iri pada mereka: pada kedua burung hantu yang bernyanyi di malam gelap dengan indahnya. Atau kedua Hummingbird yang bercinta walau hanya sepersekian detik. Aku iri.

Angin memainkan ranting-ranting pohon, membuatnya terdengar seperti alunan yang dingin dan sunyi. Terkadang, aku bertanya-tanya, aku dibesarkan oleh siapa?

Setiap siulanku hanya dijawab sepi. Maksudku, di sini aku tidak kelaparan. Buah-buahan matang dan ranum begitu melimpah. Tapi, mengapa aku sendiri? Seperti tak ada satu pun burung lain yang sama bentuknya denganku. Apa manusia memang sekejam itu? Atau, aku ditakdirkan untuk selamanya memeluk sepi, bahkan sampai aku mati? Aku menyesal jadi satu-satunya spesies terakhir.

15 September 2024

Sekedar Pengagum Rahasia

Edit Posted by with No comments

 

Naira Hilmiah

Kelas 9G

Saat aku duduk di sebuah taman, mataku tertuju pada seorang pria yang begitu memesona. Pria itu tersenyum dengan begitu manis, melebihi manisnya gula.

Pria itu menghampiriku dengan senyuman yang terukir indah di wajah tampannya. Ia mengajak diriku untuk mengikutinya. Sesampainya di sebuah danau. Pria itu menatapku dengan tatapan yang begitu damai.

Tak lama terdengar suara ayam jantan berkokok. Aku pun terbangun dari mimpi indahku.  Sambil tersenyum, aku terus mengingat wajah tampan pria itu. Tak lama dari itu aku tersadar jika pria yang ada di dalam mimpiku itu adalah sahabatku sendiri. Sangatlah tidak mungkin bagiku untuk bisa bersama dengannya, karena  ia masih mencintai masa lalunya dan aku hanya bisa mengaguminya dalam diam.

Mesin Waktu

Edit Posted by with No comments

Naira Hilmiah

Kelas 9G

Malam berganti pagi. Aku terbangun dengan perasaan yang sulit dijelaskan. Aku terbangun di dalam kamarku yang dulu. Aku bangkit dan melihat penampilanku dari sebuah kaca. Aku terkejut karena penampilanku adalah diriku yang dulu.

Kini aku tersadar bahwa aku telah kembali ke masa lalu ketika kedua orang tuaku masih ada. Aku amati segala peristiwa yang terjadi.

Malam pun tiba. Aku berjalan menyelusuri sebuah lorong yang ada di perusahaan, untuk memastikan keadaan. Saat aku membuka pintu sebuah ruangan, aku melihat ibuku tengah bermesraan dengan seorang pria, yang ternyata adalah sahabatku sendiri yaitu Arhan.

 

 

 


Sayatan Hati

Edit Posted by with No comments

Naira Hilmiah

Kelas 9G

Aku adalah Vanaya, seorang gadis yang hidup dengan penuh luka. Meskipun aku masih duduk di bangku SMP,  kehidupanku sangatlah menyakitkan, melebihi sakitnya putus cinta.

Seorang pria yang aku banggakan ternyata bisa melakukan perbuatan yang begitu kejam. Bertahun tahun kutekadkan diri untuk terus bertahan dengan luka yang kurasakan. Terkadang aku berpikir jika dunia ini sangatlah tidak adil, namun pemikiran itu salah. Bukan dunia yang tidak adil, melainkan aku yang tidak bisa menerima takdir.

Pria itu adalah ayahku, sosok yang dulu kubanggakan. Namun sebuah setelah kejadian kelam yang menimpa keluargaku. Dengan teganya ia membunuh ibuku tanpa sebuah konflik.

 

 


13 September 2024

Penantianku

Edit Posted by with No comments

 Anisya

Kelas 8H


   Di masa kecil, aku mempunyai sahabat. Dia adalah seorang laki-laki yang sangat tampan dan memiliki hati yang teramat baik.

   Suatu saat, kami berpisah. Dia meninggalkanku dan memberiku kalung yang terukir dari berlian yang begitu indah. Dia berjanji bahwa suatu saat dia akan kembali lagi kepadaku dan akan selalu bersamaku selamanya.

   Akhirnya, penantianku selama ini tidak sia-sia. Dia datang lagi kepadaku setelah belasan tahun menghilang bak ditelan oleh ombak laut. Dia menepati janjinya kepadaku.

Luka di Masa Lalu

Edit Posted by with No comments

 Anisya

Kelas 8H

Luka di Masa Lalu

   Setelah hubungan percintaanku yang kemarin, entah kenapa aku susah untuk membuka hati kembali. Meski banyak orang yang ingin bersamaku. Tapi, hatiku seakan-akan tertutup rapat untuk mereka yang datang dalam kehidupanku.

   Mungkinkah aku trauma untuk mengulang sebuah hubungan kembali? Aku takut hati yang sudah kuberikan dipermainkan kembali. Aku takut apa yang sudah kuberikan dibalas dengan sakit yang begitu dalam.

   Aku yakin tidak semua laki-laki seperti laki-laki di masa laluku. Aku hanya ingin sendiri dulu untuk mengobati luka hatiku. Eh, tapi tunggu. Siapa laki-laki yang senyumannya sangat manis itu?


Kebebasan yang Kutunggu

Edit Posted by with No comments

 Anisya

Kelas 8H

   Aku adalah anak perempuan yang tidak punya kebebasan penuh sejak kecil. Aku mempunyai orang tua yang tidak pernah mengerti akan perasaanku.

   Ada kala aku ingin hidup seperti anak perempuan lainnya. Aku tahu orang tuaku menginginkan yang terbaik untukku. Tapi, aku ingin setidaknya mereka berfikir jauh sebelum mereka bertindak. Akankah itu menyakiti hatiku atau tidak?

   Lama kelamaan aku sudah terbiasa dengan aturan-aturan dari orang tuaku. Hingga besar, aku masih diatur oleh mereka. Sampai akhirnya ada seorang laki-laki yang melamarku dan aku menerimanya. Sejak itu aku mulai dibebaskan dan melakukan apapun tanpa takut atau dimarahi oleh mereka.

Hari yang Istimewa

Edit Posted by with No comments

 Nayla Ameera

Sudah hampir 8 tahun lamanya aku tak bertemu dengannya. Namun hari ini, ia berjanji akan datang. Rasanya bahagia sekali. Sudah berjam-jam aku duduk di luar untuk menanti kehadirannya yang tak kunjung datang. Aku sempat cemas, apa mungkin rencananya ke sini akan gagal lagi seperti tahun-tahun sebelumnya? Pasti akan sangat menyesakkan sekali bila itu terjadi lagi.

Aku lelah menunggunya. Akhirnya aku memutuskan untuk masuk ke dalam rumah. Mungkin memang ia tak jadi ke sini. Jikapun itu terjadi lagi, aku sudah biasa. Aku memasuki kamar, dan menatap sebuah pigura yang di dalamnya terdapat foto aku dengannya sekitar 9 tahun lalu. Mataku berkaca-kaca.

Tok...tok...tok...

Ketukan pintu itu berhasil memecahkan lamunanku. Aku mengusap mataku, takut kalau saja aku tak sengaja menangis. Aku keluar kamar, lalu membukakan pintu. Mataku membulat sempurna. Seolah tak percaya melihat orang yang berada di hadapanku saat ini. Tepat hari ini, hari pertama aku menatap wajahnya secara nyata, setelah bertahun-tahun lamanya aku hanya menatap wajahnya lewat media sosial saja.

Ia tersenyum kepadaku. Tentu aku membalas senyumannya, lalu mempersilakannya untuk masuk ke dalam.

“Kamu sudah besar, ya,” ucapnya yang disertai dengan kekehan kecil.

Aku tersenyum malu. Rasanya canggung sekali. Lalu aku mencium tangan lembutnya.

“Bagaimana perjalanannya, Kak?” aku berusaha memulai percakapan.

“Lancar. Tapi, ya, begitu, ada macet macetnya.”

“Pasti melelahkan. Kakak istirahat saja di kamar.”

“Kamu tidak rindu pada kakakmu ini, Nadine?”

Apa ini? Jantungku berdetak kencang sekali. Dia kakakku, tapi aku rasanya asing sekali. Tapi bohong jika aku tak merasa bahagia. Bohong jika aku mengatakan bahwa aku tak rindu.

Aku mendekat ke arah Nayyara, aku memeluknya. Lalu aku menangis dalam pelukannya yang begitu hangat.

“Aku merindukanmu, Kak, sangat rindu. Tidak ada adik yang merasa baik-baik saja jika jauh dari kakaknya, bahkan sampai hampir 8 tahun tak bertemu.” Aku mengeratkan pelukannya.

“Maafkan aku Nadine, tolong maafkan aku.”

Nayyara membalas pelukanku. Ia tak menangis namun suaranya tak dapat berbohong bahwa ia juga merasakan hal yang sama. Ia melepaskan pelukanku lalu mengecup keningku. Rasanya seperti mimpi. Hari ini hari pertama aku mendapatkan perhatian manisnya lagi setelah bertahun-tahun lamanya tak kurasakan.

“Kakak akan lama di sini, kan?” aku menatapnya penuh harap.

Wajah Nayyara berubah menjadi sendu. Ia menunduk.

“Maafkan Kakak. Besok Kakak harus kembali.”

Apa? Cepat sekali.

Rasanya sedih sekali mendengar hal itu. Namun, aku tetap bahagia. Setidaknya hari ini aku bisa menghabiskan waktu bersamanya. Waktu yang hilang selama 8 tahun ini.

Aku tersenyum. “Tidak perlu meminta maaf. Menatap wajah kakak saja sudah benar-benar membuatku bahagia.”

Nayyara memegang tanganku dan mengusapnya lembut. Hari ini, hari pertama Nayyara memegang tanganku setelah bertahun-tahun lamanya aku tak pernah merasakan sentuhan lembutnya.

Aku berbincang hangat dengannya, tentang segala hal. Aku bercerita panjang sekali, ia pun sama. Hari ini begitu indah. Hari yang sudah lama sekali aku nantikan

Tak terasa, hari mulai malam. Waktunya istirahat. Aku membiarkannya tidur di kamarnya yang sudah lama kosong. Sementara aku kembali ke kamarku. Aku masih tak percaya dengan apa yang terjadi. Berkali-kali aku mencubit pipiku, mengetes apakah ini mimpi atau nyata. Tapi ini nyata. Rasa syukur tak berhenti aku ucapkan. Kali ini semesta benar-benar sedang berpihak padaku.

Aku tidur, dengan senyuman yang tak pernah lepas dari wajahku. Aku sangat bahagia hari ini. Bahkan mungkin sampai esok pagi, senyuman ini takkan pernah pudar. Kenyataan ini begitu indah, lebih indah dari mimpiku selama ini. Aku memejamkan mata, bersiap untuk pergi ke alam bawah sadarku.

***

Hari telah pagi. Aku bangun dengan perasaan yang masih berbunga-bunga namun tak sebahagia kemarin. Jika kemarin aku bahagia karena kehadirannya, kali ini rasanya bahagia itu perlahan memudar karena  hari ini ia akan pulang.

Aku membuka pintu kamarku dan berjalan ke arah kamarnya. Aku melihat ia tengah bersiap untuk pulang. Kebahagiaan itu cepat sekali perginya.

Kami sarapan bersama. Setelah itu kami berbincang-bincang sebentar. Aku tak dapat menahan air mata yang jatuh saat ia berdiri, bersiap untuk pergi.

“Kak, tolong, kali ini jangan pergi terlalu lama. Aku tak sanggup. Aku tak sanggup kalau harus menahan rindu selama itu lagi.”

Nayyara memelukku.

“Tunggu aku, Nadine. Aku pasti kembali. Aku berjanji tak akan selama itu.”

Nayyara lalu melangkahkan kakinya, jauh dan semakin menjauh. Ia benar-benar pergi. Hari yang istimewa itu sudah selesai. Pertemuan yang sudah lama sekali aku nantikan sudah usai. Tinggal aku yang dirundung rindu yang teramat sangat.

Tuhan, semoga Engkau pertemukan lagi aku dengannya.***