22 September 2024

Pilu Kehidupan (2)

Edit Posted by with No comments

 Rika Anggraeni


Angkasa membendung tegukan suram

Menerkam amukan kilat nan pedih

Badai menyapu semua isi bumi

Satu persatu saling menyakiti


Tak ada lagi kebersamaan 

Semuanya saling memecahkan 

Kita adalah bencana yang saling menyakiti.......


Bumi berteriak meminta tolong 

Hanya meminta kita berdamai 

Pilu bumi yang semakin dalam 

Karena kita saling menyakiti


Coba saja kalau semua berdamai 

Pasti tak kan ada yang terluka 

Tak kan ada yang menjerit kesakitan 

Semua akan aman dan tentram

Di Balik Senyum

Edit Posted by with No comments

Najmi

Kelas 8

Aku adalah anak perempuan yang berasal dari keluarga bangsawan. Walaupun begitu, aku selalu dikucilkan karena kebiasaanku yang unik. Di saat anak perempuan pada umumnya menghabiskan waktu dengan belajar berdansa atau bersantai di halaman depan, aku menghabiskan waktu di ruang latihan. 

        Entah kenapa aku suka melihat api. Warnanya yang cerah sangatlah unik dan anggun di mataku. Kebiasaan itu berlanjut sampai aku berumur 20 tahun. Saat Kaisar mengadakan pesta dansa, tiba-tiba lampu gantung yang berada di tengah ruangan terjatuh dan menyebabkan kebakaran. Aku selamat karena aku tidak berada di dalam saat itu. 

         Detektif datang ke tempat kejadian bersama para penjaga dan bangsawan lain yang heboh. Penyelidikan sempat terhambat karena besarnya api. Para penjaga dan orang-orang berusaha untuk memadamkan api. Karena kerja sama yang bagus, api pun padam sehingga detektif bisa melanjutkan penyelidikan. Tak lama kemudian detektif itu keluar dari dalam dan mendatangiku sambil menodongkan sebuah pistol. Aku hanya bisa tersenyum sambil memegang sebuah panah di belakang jubahku.

Ayunan Tua

Edit Posted by with No comments

Muslimah

Kelas 9D                       

      Gadis berkuncir kuda itu berlari menghampiri si kakek. Gadis itu duduk lalu perlahan ayunan itu mulai bergerak.

     Suara tawa gadis itu sangat keras. Rasanya menyenangkan melihat gadis itu bermain ayunan. Tidak kusangka gadis itu menatapku dalam, sampai akhirnya ia terjatuh, si kakek tua berteriak memanggil nama gadis itu.

     Gadis itu diam sambil menatapku. Hujan turun. Tatapan matanya seolah mengisyaratkan aku untuk pergi. Aku mendengar suara warga sekitar, tak ku sangka ternyata aku pingsan setelah tertabrak lari.

Kejadian Tak Terduga

Edit Posted by with No comments

 Wiji Amalia Rahayu

Kelas 7I

Namaku Andi. Sejak umur 12 tahun aku sudah tinggal sendiri karena orang tuaku pergi entah ke mana. Aku bekerja setiap hari menjadi pemungut sampah. Mungkin pekerjaanku melelahkan. Tapi jika aku tidak bekerja, aku tidak bisa makan.

           Aku tinggal di jalanan seorang diri. Aku tidak mempunyai rumah. Di umurku yang masih sangat remaja ini aku mempunyai mimpi besar, menjadi seseorang yang sukses. Namun terkadang aku malu pada diriku sendiri apakah mimpi tersebut akan terwujud oleh seorang pemulung sepertiku. Namun aku berpikir kembali tidak ada yang tidak mungkin bagi seseorang yang selalu berusaha.

            Pada suatu hari, aku sedang memungut sampah di pinggir jalan raya. Ada seorang anak kecil yang ingin menyebrangi jalan raya. Aku hanya melihatnya. Aku pikir ia tidak akan lari pada saat mobil besar datang dari arah utara. Dia lari tanpa takut akan tertabrak oleh mobil itu. Aku segera berlari menyelamatkan anak itu. Paat itu, orang tua dari anak tersebut datang menghampiri kami berdua. Orang tua itu sangat senang anaknya selamat dan berterimakasih padaku. Lalu aku diberi uang yang sangat banyak Aku sangat berterima kasih pada orang tua anak tersebut.

Kembalinya Sang Pelita

Edit Posted by with No comments

Naira Hilmiyah

Kelas 9G

Di sebuah sekolah menengah pertama, tepatnya di kelas lX-A, terjadi sebuah peristiwa yang membuat kelas lX-A bersedih.

    "Teman - temanku, mari kita berdoa untuk kesehatan bu Sukma, semoga bu Sukma lekas sembuh dan bisa kembali membimbing kita semua, " ujar Mahesa selaku ketua kelas.

" Amin... Semoga saja bu Sukma lekas sembuh. Jujur aku sedih sekali saat mendapatkan kabar buruk tentang bu Sukma," jawab Indah dengan wajah sedihnya.

     Satu bulan berlalu. Hingga saat belum juga ada kabar. Entah bagaimana keadaan bu Sukma saat ini.

    "Assalamualaikum wr.wb. Anak-anaku kelas lX-A. Pada hari ini Bapak akan memberikan satu kejutan buat kalian semua," ujar pa Ahmad, Kepala Sekolah SMP Nusa Bangsa.

    "Kalau boleh tahu, apa itu, Pak? " tanya Naya.

    "Mmm.... Kami gak mau kejutan apa - apa, Pak. Kami cuma mau ibu Sukma selaku wali kelas kami kembali membimbing kami di sini," ungkap Raka.

     "Kalau begitu, keinginan kalian terkabul. Bu Sukma, silakan masuk."

     Para siswa dan siswi kelas lX-A terkejut akan kehadiran bu Sukma. Bagaimana tidak, bagi mereka bu Sukma adalah pelita yang mampu menerangi perjalanan mereka dalam menuntut ilmu.

      "Assalamualaikum, anak-anakku. Bagaimana kabar kalian semuanya?" tanya bu Sukma dengan senyum manisnya.

   "Baik, Bu!!!" jawab para siswa kelas lX-A.

       "Ibu, boleh gal kalau kita semua peluk ibu? Soalnya kami sangat merindukan Ibu," ujar Naya dengan penuh harapan.

     "Boleh, Nak. Kemarilah."

Semua siswa kelas lX-A memeluk bu Sukma satu persatu.

    "Bu, kami benar-benar sangat merindukan Ibu. Ibu tahu gak? Ibu itu bagai pelita yang menjadi penerang untuk kami, " ujar Mahesa.

    "Aduh... romantis sekali kelas lX-A ini. Bapak jadi terharu, deh," ujar pa Ahmad sambil tertawa kecil, yang membuat siswa kelas lX-A tertawa terbahak-bahak.

   "Bagaimana kalau kita semua foto bersama?" ajak bu Sukma yang langsung disetujui oleh semua siswa kelas lX-A.

    Mereka pun berfoto diiringi dengan gelak tawa yang memenuhi ruangan kelas lX-A.Kembalinya Sang Pelita


Di sebuah sekolah menengah pertama, tepatnya di kelas lX-A, terjadi sebuah peristiwa yang membuat kelas lX-A bersedih.

    "Teman - temanku, mari kita berdoa untuk kesehatan bu Sukma, semoga bu Sukma lekas sembuh dan bisa kembali membimbing kita semua, " ujar Mahesa selaku ketua kelas.

" Amin... Semoga saja bu Sukma lekas sembuh. Jujur aku sedih sekali saat mendapatkan kabar buruk tentang bu Sukma," jawab Indah dengan wajah sedihnya.

     Satu bulan berlalu. Hingga saat belum juga ada kabar. Entah bagaimana keadaan bu Sukma saat ini.

    "Assalamualaikum wr.wb. Anak-anaku kelas lX-A. Pada hari ini Bapak akan memberikan satu kejutan buat kalian semua," ujar pa Ahmad, Kepala Sekolah SMP Nusa Bangsa.

    "Kalau boleh tahu, apa itu, Pak? " tanya Naya.

    "Mmm.... Kami gak mau kejutan apa - apa, Pak. Kami cuma mau ibu Sukma selaku wali kelas kami kembali membimbing kami di sini," ungkap Raka.

     "Kalau begitu, keinginan kalian terkabul. Bu Sukma, silakan masuk."

     Para siswa dan siswi kelas lX-A terkejut akan kehadiran bu Sukma. Bagaimana tidak, bagi mereka bu Sukma adalah pelita yang mampu menerangi perjalanan mereka dalam menuntut ilmu.

      "Assalamualaikum, anak-anakku. Bagaimana kabar kalian semuanya?" tanya bu Sukma dengan senyum manisnya.

   "Baik, Bu!!!" jawab para siswa kelas lX-A.

       "Ibu, boleh gal kalau kita semua peluk ibu? Soalnya kami sangat merindukan Ibu," ujar Naya dengan penuh harapan.

     "Boleh, Nak. Kemarilah."

Semua siswa kelas lX-A memeluk bu Sukma satu persatu.

    "Bu, kami benar-benar sangat merindukan Ibu. Ibu tahu gak? Ibu itu bagai pelita yang menjadi penerang untuk kami, " ujar Mahesa.

    "Aduh... romantis sekali kelas lX-A ini. Bapak jadi terharu, deh," ujar pa Ahmad sambil tertawa kecil, yang membuat siswa kelas lX-A tertawa terbahak-bahak.

   "Bagaimana kalau kita semua foto bersama?" ajak bu Sukma yang langsung disetujui oleh semua siswa kelas lX-A.

    Mereka pun berfoto diiringi dengan gelak tawa yang memenuhi ruangan kelas lX-A.

Semua Ada Masanya

Edit Posted by with No comments

Naira Hilmiyah

Kelas 9G

"Aku capek banget. Kenapa sih masalah terus datang ke aku? Apa salahku ya Tuhan sehingga engkau memberikanku cobaan yang seberat ini?" ungkap Inayah.

       "Ada apa dengan dirimu, Inaya? Seberat apa masalahmu hingga membuat dirimu mengeluh seperti ini?" tanya Riko.

    "Kamu gak akan mengerti dengan apa yang aku rasakan."

   "Menurutmu cuma kamu yang diberi cobaan seperti ini? Tidak, Inaya. Semua orang pasti punya masalah," ujar Riko.

    "Aku tahu!! Tapi aku tidak sekuat mereka."

     "Lihatlah gadis yang ada di pinggir danau itu. Ia tengah memikul beban yang begitu berat tapi tidak sedikitpun ia mengeluh." 

    Inaya menatap gadis itu.

     "Wajah gadis itu terlihat damai. Dia sangat mahir dalam menutupi masalah hidupnya. Bisakah aku seperti dirinya?" tanya Inaya.

    "Jangan menjadi orang lain, Inaya. Jadilah dirimu sendiri. Kita sebagai manusia hanya perlu bersyukur dan bersabar dalam menghadapi ujian ini. Biarlah Allah yang berkehendak atas apa yang terjadi di dunia ini. Ingatlah satu hal bahwa semua orang mempunyai masa, masa di mana kita akan bahagia dan terluka. Dan kita hanya perlu menunggu kapan masa kita bahagia."

20 September 2024

Hujan di Malam Hari

Edit Posted by with No comments

Siti Hanifa

Kelas 7K


Tud! Tud! Tud! Tidak dijawab. Sepertinya ayah dan ibu akan pulang malam. Tiba-tiba lampu mati dan hujan turun sangat deras. Langit pun mulai gelap.
    "Mama, Disa takut," ucap Disa sambil menangis.
    Disa, si anak yang penakut yang kekamar mandipun harus ditemani, sekarang dia sendirian di rumah. Terdengar suara adzan di kampung sebelah.
     "Ah, sudah adzan. Disa harus sholat supaya Disa nggak takut," ucap Disa sambil berlari ke kamar mandi.
      Selesai sholat, Disa pun berlari tanpa membuka mekenanya dan duduk di shopa sembari menunggu pulang ayah dan ibunya. Duarrr... suara petir yang menggelegar terdengar. Disa ketakutan.
       "Ibu, ibu kapan pulang? Disa takut," kata Disa sambil memeluk dirinya sendiri.
       Disa mencari lilin karena hari mulai gelap. Disa menemukan lilin kecil dan korek. Disa menyalakannya. Disa pun mulai mengantuk dan tidur di shopa.
        Grusuk! Grusuk! Terdengar suara yang sangat keras sampai Disa terbangun.
        "Hah, apa itu? Mana lilin sudah mati. Disa tidak bisa melihat apa-apa!" ucap Disa sambil ketakutan. Dan...terbukalah pintu. Duarr....Suara petir dan pintu membuat Disa takut. 
       Tiba-tiba...
       "Duarr, tante datang Disa," seru Tante dengan ceria.
       "Disa, kamu pasti ketakutan. Maaf, ya, Tante baru datang," kata Tante.
         "Iya gak apa-apa, Tante. Lain kali jangan buat Disa kaget, ya," jawab Disa. 
        Tanpa terasa, waktu sudah tengah malam. Lampu pun sudah menyala. Ayah dan ibu sudah pulang.
        "Disa, ibu dan ayah pulang!" ucap ibunya. Disa langsung memeluk ibu dan ayah.
        "Ibu! Ayah! Sekarang Disa sudah tidak takut sendirian lagi," ucap Disa sambil tersenyum.
        "Wih, anak Ibu memang hebat!" jawab ibunya.***