27 December 2023
26 December 2023
Olm Salamander
Edit Posted by Sastra NESAMA with No commentsAsri Fajriani
IX C
https://www.mongabay.co.id/wp-content/uploads/2020/04/Salamander.jpg
Olm Salamander terlihat seperti makhluk yang hanya ada dalam cerita
dongeng, namun nyata. Ia mempunyai kulit seperti manusia.
Olm Salamander adalah hewan yang sangat jarang ditemui karena
ia tinggal di dalam gua. Karena itu juga, saking asingnya, hewan ini sering
digunakan untuk tulisan-tulisan hoax. Padahal, Olm termasuk hewan
amfibi. Hanya saja, ia lebih sering tinggal dan berkembang biak di air.
Terkadang, Olm disebut sebagai manusia ikan karena
kulitnya yang seperti kulit manusia. Olm tidak suka dengan cahaya matahari. Sebab
itu ia tinggal di gua-gua yang gelap.
Meski Olm mempunyai mata, ia tidak bisa melihat. Namun
dengan indra pendengarannya yang luar biasa, Olm mampu mendeteksi
getaran-getaran kecil yang terdapat di sekitarnya.
Selain bentuknya yang tidak biasa dan julukannya sebagai
manusia ikan, ada keunikan lain yang dimiliki hewan ini yaitu pada saat proses
perkawinan. Pasangan Olm akan berpacaran terlebih dahulu.
Olm memakan hewan-hewan invertebrata kecil dan organisme
mikroskopis lain yang ada di sekitarnya. Olm dapat mengonsumsi makanan yang
banyak sekaligus lalu menyimpan kelebihan nutrisi untuk digunakan saat makanan
mulai langka. Dengan begini, Olm memungkinkan untuk bertahan hidup tanpa makan
hingga 10 tahun.
Walaupun gerakannya yang lambat dan terlihat rapuh, Olm
mampu hidup sampai 100 tahun. Hebat sekali bukan?
Namun, meskipun begitu, populasi Olm semakin berkurang
sampai saat ini dikarenakan wilayah mereka yang terbatas.
Daftar pusaka :
Olm . (t.t.). dalam Wikipedia diakses pada 2 Juli
2023 dari https://id.m.wikipedia.org/wiki/OlmPrihatini, Zintan. 2022 .
"Mengenal olm Salamander gua yang bisa hidup sampai 100 tahun".
amp.kompas.com, 25 Agustus 2022 , dilihat 1 Juli 2023.
https://amp.kompas.com/sains/read/2022/08/25/110500123/mengenal-olm-salamander-gua-yang-bisa-hidup-sampai-100-tahun
Somnivera, Pepaver, 2022. "Olm Salamander, hewan
unik yang tidak suka dengan sinar matahari" , YouTube, 14 Agustus 2022,
dilihat pada 27 Juni 2023 . https://youtube.com/shorts/Any-pWcSZSs?feature=share
Pesugihan
Edit Posted by Sastra NESAMA with No commentsAsri Fajriani
IX F
Di sebuah desa, hiduplah seorang penjual sate keliling
yang berdagang di malam hari. Namanya Pak Dayat. Ia hidup bersama anaknya yang
bernama Dika. Semenjak istrinya meninggal, kehidupan mereka berubah total. Dari
mulai perekonomian yang turun drastis, Dika anaknya menjadi pendiam, hingga
dagangan satenya yang tak laku lagi.
Singkat cerita...
Setelah Pak Dayat pergi ke dukun, dagangannya mulai laku
kembali. Bahkan lebih laku daripada saat istrinya masih hidup. Namun, sejak
saat itu, Pak Dayat libur berjualan pada
hari Kamis atau malam Jum'at. Pada setiap malam Jum’at, ia pergi ke sebuah
pohon beringin yang terbilang angker sambil membawa sesajen. Ia lalu melakukan
ritual. Pak Dayat melakukan ritual itu di setiap jam 12 malam sampai terbit
matahari.
Meskipun dagangannya telah ramai pembeli, Dika semakin
terlihat lesu dan sering kali mengurung diri di kamar. Semakin lama, dagangan
Pak Dayat terus laris walau Pak Dayat berjualan di malam hari bahkan tengah
malam sekalipun.
Hingga pada suatu ketika, ada seorang warga yang
menyadari keanehan yang terjadi pada Pak Dayat. Pak Shamsyul yang merasa curiga
dengan Pak Dayat, pergi menemui Pak Kyai yang tinggal di desa tersebut. Pak
Shamsyul kemudian menceritakan keanehan yang ia lihat.
Malam berikutnya, Pak Shamsyul berpura-pura membeli sate
Pak Dayat dan membawanya ke rumah Pak Kyai. Lalu, Pak Kyai membacakan do'a-do'a
sebelum memakan sate tersebut. Betapa kagetnya Pak Kyai dengan Pak Shamsyul
saat melihat satenya berubah menjadi belatung sebesar ibu jari. Pak Kyai
kemudian menyadari, bahwa ternyata selama ini Pak Dayat melakukan pesugihan.
Keesokan harinya,
Pak Kyai beserta beberapa orang warga pergi ke rumah Pak Dayat untuk menemui
Pak Dayat dan mencari bukti. Sesampainya di rumah Pak Dayat ternyata Pak Dayat
sedang menangis sambil memeluk mayat anaknya yang sudah digerogoti belatung.
Pak Kyai dengan warga setempat pun segera mengurus
jenazah Dika. Sementara itu, Pak Dayat hanya memasang wajah sedih dan
penyesalan. Setelah pengurusan jenazah selesai, Pak Dayat kemudian menceritakan
semua yang telah ia lakukan selama ini.
Sejak saat itu, Pak Dayat tak lagi melakukan pesugihan
dan memulai kehidupan yang lebih baik. Kemudian, Pak Kyai bersama warga
setempat berinisiatif untuk menebang pohon beringin tua itu karena warga merasa
terganggu oleh hal-hal yang ghaib setiap kali melewati pohon tersebut.
"Sehingga Allah akan mengazab orang-orang munafik laki-laki dan
perempuan, orang-orang musyrik, laki-laki dan perempuan; dan Allah akan
menerima taubat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan Allah Maha
Pengampun, Maha Penyayang. " (Q.S. Al-Ahzab : 73)
"Rezeki udah ada yang ngatur. Kadang, kalo diatur sama diri
sendiri bisa ancur. Kita cuma tinggal ikhtiar sama do'a. Selebihnya, pasrahin
aja sama yang Maha Kuasa.“ -Asri .F.
Lukisan Dirimu
Edit Posted by Sastra NESAMA with No commentsRika Anggraeni
IX C
Belajarlah berpijak pada hidupmu
Kau adalah lukisan yang belum selesai
Teruslah lukis hidupmu
Dengan warna yang kau miliki
Buatlah lukisan itu dengan seindah mungkin
Sampai kau bersinar di mata orang
Kau adalah goresan tinta
Setiap goresan yang kau miliki
Adalah cerita yang kau lalui
Teruslah menggores
Sampai merangkai cerita yang indah
Kini...
Hanya mimpilah temanmu
Gapailah mimpimu setinggi angkasa
Berjuanglah dengan dirimu sendiri
Sampai kau terletak di puncak yang tinggi
Perkemahan
Edit Posted by Sastra NESAMA with No commentsRika Anggraeni
IX C
Panas membara di siang hari
lelehkan keringat dari raga yang lelah
Namun, ku tak menyerah
kobarkan semangat perjuangan
Ku tetap berdiri
walau diselimuti panas
karna Pramuka
tak kenal panas
tak kenal lelah
Saat malam tiba
api unggun dinyalakan
angin berembus kencang
di malam yang gulita dan dingin
namun semangat ini tak tergoyahkan
tuk menyalakan api unggun bersama
dan menikmati malam bersama alunan lagu
terciptalah sebuah kebersamaan
di mana aku dan kau bergandengan tangan
mengelilingi api unggun persaudaraan
Suasana dingin berubah meriah
dengan pijarnya api menembus angkasa
rasa kebersamaan dan persaudaraan
semakin indah dan mengagumkan
Beginilah rasanya perkemahan
selalu semangat dalam setiap keadaan
menjadi Praja Muda Karana
yang satu dan kompak bersama
semua cerita dalam perkemahan
tersimpan indah dalam sebuah kenangan
Misteri Pohon Duku
Edit Posted by Sastra NESAMA with No commentsDelvan Satria Kustiadi
IX C
Ayah dan ibuku biasa pergi ke kota untuk menjual buah-buahan dan
sayuran hasil tani. Aku dan adikku sudah biasa ditinggalkan ke kota oleh ayah
dan ibu. Mereka sudah memberi uang saku selama seminggu untuk kami dan sudah
menyiapkan makanan yang banyak untuk kami.
Keesokan harinya sepulang sekolah, kami pulang bersama
dengan naik angkot. Tapi angkotnya tidak sampai ke rumah. Angkot hanya behenti
sampai dekat pohon duku besar.
Saat kami berjalan
melewati pohon itu, terdengar suara anak kecil yang menangis. Kami mencari
sumber suara namun tidak ada siapa-siapa. Kami merinding ketakutan.
"Kak, aku takut dengan suara anak yang menangis
itu," kata adikku.
"Tenang, kan ada kakak di sini ." Aku berusaha
menenangkannya.
Dan kami terus berjalan dengan langkah yang cepat. Tapi
saat kami sedang berjalan, terdengar seseorang memanggil kami.
" Nak, jangan buru- buru jalanya. Mampir dulu ke sini," ujar seorang nenek yang tiba-tiba muncul.
"Maaf Nek, kami berdua tidak bisa mampir ke rumah
Nenek,” jawabku dengan suara ketakutan.
Kami berdua terus berjalan. Meski takut, kami penasaran
dan menengok ke belakang. Terlihat seorang
nenek sedang duduk dengan seorang anak bayi. Seorang bapak dan dan
seorang ibu terlihat sedang duduk. Kami semakin merinding ketakutan dengan
sosok orang-orang itu. Kami pun berlari menuju ke rumah. Sesampainya di rumah, kami
langsung masuk rumah tanpa basa-basi.
Hari berganti pagi. Saat bangun, ayah dan ibu ternyata
sudah pulang. Kami langsung bercerita tentang sosok yang kami lihat dekat pohon
duku. Kami bercerita dengan penuh rasa takut karena kami mengira itu adalah
hantu.
"Itu bukan hantu tapi itu adalah keluarga pengemis.
Mereka semua tidak punya rumah jadi mereka membuat rumah di dalam pohon duku
karena pohonya besar. Ibu dan ayah juga sering bertemu dengan mereka. Mereka
semua itu baik dan ramah. Ibu dan ayah sering memberi buah buahan ," kata
ibu dan ayah.
"Oooh, jadi mereka itu bukan hantu? Ternyata
keluarga pengemis,” ujar kami sambil tersenyum lega.***
EMPTY WORLD 2
Edit Posted by Sastra NESAMA with No commentsNeisca Althafunnisa
Ex IX B
Yura terbangun di sebuah tempat yang asing. Ia melihat pemandangan yang belum pernah lihat sebelumnya. Tempat
serba abu yang berkabut, tempat yang tidak berpenghuni.
"Ini di mana?"
Yura mulai bangun dari
posisinya yang tengkurap. Dia tidak bisa memastikan yang dia tiduri adalah
tanah atau aspal, karena teksturnya sangat lembut, seperti tembok yang baru dicat.
Yura berdiri. Dia mulai
berjalan dan kehilangan arah. Setiap arah yang dia lewati seperti tempat pertama
kali dia datang, berkabut dan membuatnya tidak bisa melihat dengan jelas
pemandangan apa yang jauh di depan dia.
"HALO?!" Yura
berteriak ke arah sembarang. Sementara itu, ia terus berjalan.
Tidak ada jawaban.
Lebih dari lima detik
heningnya. Yura kini benar-benar ketakutan. Bernbgai pertanyaan berkecamuk di pikirannya:
Apa yang terjadi? Bagaimana dia bisa tersedot ke dunia ini? Apakah tempat
ini benar-benar tidak berpenghuni?
"Halo?! Ada
orang?!"
Tiba-tiba Yura mendengar
teriakan dari arah yang tidak menentu. Teriakan itu terus bergema. Seakan
mendapat pencerahan, Yura berteriak kembali sekeras mungkin.
"HALO?! DI SINI!"
Yura berusaha mencari sumber suara yang terus menjawab dengan berlari secepat
mungkin.
Suara itu semakin
mendekat dan semakin jelas. Kini, di hadapannya, Yura melihat seorang gadis
yang lebih tinggi dari dia dan bersurai merah.
"Kamu…." gumam
gadis itu. Suara yang Yura dengar saat ini sangat familiar, seperti suara yang
ia dengar setiap hari.
"Kamu…,” ujar Yura.
"Ah! Yuu,
bukan?!" gadis itu memotong perkataan Yura yang membuat Yura terkesiap
kaget.tidak main.
"Carrol...?"
"Benar! Sudah
kuduga. Sahutan kamu dari kejauhan terdengar sangat jelas. Ini di mana?” Carrol
menggaruk tengkuknnya dan terus menatap kiri dan kanan tanpa karuan.
"Carrol. Apa kamu
mengingat apa yang kita lakukan di tempat sebelumnya?" tanya Yura tegas.
"Aku? Aku berada di
telepon bersama kalian, bukan? kita sempat membicarakan tentang hilangnya Zeta.
Lalu kau mengarahkan aku dan Amia untuk membuka file terbaru yang
dikirim di hari yang tepat pada hilangnya Zeta. Aku klik filenya, lalu..
monitor ku terang sekali! Sampai membutakan mata lho! Lalu… ah… aku terbawa ke sini."
jelas Carrol. Yura mengangguk.
"Aku pun sama. Yang jelas,
kau juga terbawa ke sini. Lalu bagaimana dengan Amia..?" Yura baru
tersadar dan bertanya-tanya dalamhati apakah Amia juga terbawa ke sini?
"Sebelum aku
mendengar suaramu, aku juga mendengar suara orang lain, namun sayup sayup. Sepertinya
dia agak jauh. Ahh! Seluas apa sih tempat in—"
"Tidak
terbatas," suara perempuan yang lembut muncul dari samping kanan di mana
Yura dan Carrol sedang berbincang.
"Apa yang kalian
sedang lakukan di sini?" tanya gadis itu. Sorotan iris mata merah milik
perempuan itu terasa menusuk. Bulu kuduk Yura tiba-tiba bergetar karena ngeri.
"Zeta?" bisik
Carrol.
Perempuan yang berada di
hadapan Carrol dan Yura itu berpenampilan seperti anak kelas SMA biasa dengan
seragam kuno tahun 1980-an. Rambutnya yang tergolong sangat panjang dan iris matanya
berwarna merah.
"Aku tanya sekali
lagi, kenapa kalian di sini?" tanya Zeta tegas.
"Tidak, di mana Amia?"
potong Carrol.
Zeta menjentikkan jari
tengah dan ibu jari milik dia dan menghasilkan suara jentikan yang menggema.
Seakan tempat yang tadi di diami itu sedikit bergeser. Tempatnya masih sama,
namun posisi yang mereka diami berubah. Sekarang Yura dan Carrol percaya bahwa
tempat ini tidak terbatas luasnya.
Sekarang pandangan Carrol
dan Yura terdistraksi oleh gadis yang sedang membelakangi mereka. Gadis itu ber
rambut pendek di belakang namun memiliki rambut depan yang sedada dan bersurai cokelat
muda.
"Amia..?" sapa
Yura dan Carrol.
"Suara ini….” gumam
gadis tersebut. “Yura, Carrol?!" Amia menengok ke belakang dan mendapati
Carrol dan Yura dibelakangnya.
"Astaga kalian juga
terbawa?!" seru Amia. Kantung matanya merah dan hidungnya merah menandakan
Amia baru selesai menangis. Amia memeluk mereka berdua dengan senyap. Zeta memandangi
mereka di belakang Yura dan Carrol.
"Aku kira kita akan
bertemu di kafe asli dan menyebutkan nama asli kita masing masing. Tapi…kita
bertemu di sini. Ah! Yang di belakang itu siapa?" Amia melepaskan
pelukannya dan menunjuk ke arah Zeta.
"Dia Zeta."
jawab Carrol dengan lirih.
"Zeta?!" Amia
menghampiri Zeta yang diam dan memegang kedua tangan Zeta.
"Astaga kamu juga
terbawa ke sini..? Apa kamu sudah tahu seberapa luas temp—" tidak sempat
menyelesaikan kata-katanya. Amia melebur hilang dari mata Zeta bagaikan puzzle
yang terpasang dan dihancurkan begitu saja.
"Kalian harus pulang."
Zeta menghampiri Carrol dan ikut menyentuh tangan Carrol. Carrol juga
menghilang begitu saja.
"Dunia kosong ini…
milikku. Kamu sebaiknya tidak ke sini," Zeta hendak memegang tangan Yura namun
Yura menghindarinya dengan mundur satu langkah.
"Kenapa? Lalu kau
akan hilang begitu saja di dunia nyata?"
"Aku membuat musik
di sini—"
"Musik apa?!"
Yura meninggikan suaranya.
"LEO. Kau ingat itu?
LEO, adalah aku." ucap Zeta.
"Kalian juga harus
melupakan aku. Lalu, ya…hapus file kosong itu." Zeta mencengkeram erat
lengan Yura. Yura tidak bisa lari lagi sekarang. Ia bahkan tidak sempat
menyelesaikan beberapa pertanyaan yang terus menggantung di hatinya.
Sekarang Yura tidak melihat
apa-apa selain cahaya yang sangat menusuk mata dan suara dengungan yang keras dan
bergema.
"Aaaaaa…..!"
Yura berteriak.
Yura membuka mata dia. Dia
sadar bahwa dia kembali ke dunia nyata. Dia bahkan sempat mencubit pipinya
sekeras mungkin untuk memastikan ini hanya sebatas mimpi. Namun ini nyatanya
kenyataan yang harus dihadapi olehnya.
"Yuuu, kamu tidak
apa-apa?!" terdengar sebuah suara keluar dari komputer Yura yang sedari
tadi menyala.
"Yura! Jawab
aku!" suara itu adalah suara Carrol dan Amia.
"Kalian…. sudah
kembali dari dunia kosong itu?" tanya Yura dengan penuh kebingungan.
"Dunia kosong apa,
sih?"
"Kamu sempat
menghilang dari telepon ini.... tidak lama dari itu kamu tiba-tiba
berteriak." jawab Amia.
"Ah… oke…. Zeta
belum masuk ke discord call? Atau.. Zeta belum kembali?" Yura
memijit keningnya. Dia rasanya merasakan pusing yang hebat.
"Zeta?"
"Iya, Zeta, loh…."
"Yura.. band kita
hanya tiga orang. Kamu tidak apa-apa? Kau bermimpi buruk? Dari tadi pertanyaanmu
tidak masuk akal," jelas Carrol.
"Kau seperti
meracau."
Yura kaget bukan main
saat kedua temannya tidak mengenali Zeta, bahkan mereka tidak mengingat mereka
masuk ke dunia kosong milik Zeta tadi.
Apa Zeta akan selamanya
tinggal di sana? Tidak ada tanda-tanda semuanya akan kembali seperti semula.
Semuanya terasa sangat aneh.
"Ah, maaf." Yura
menghela nafas sangat panjang. Kemudian ia mengecek file dunia kosong itu. Semuanya
masih ada. Yura mengerutkan keningnya dan mengangguk kuat.
“Jika itu maumu, akan kulakukan,”
ujar Yura seraya memijit tombol delete.
“KALIAN…ADA FILE BARU ‘UNTITLED 01’, BUKAN? JANGAN DIBUKA. HAPUS
SAJA.”
Yolo (Kisah Dua Orang Pengembara Di Negeri Antah Berantah) (Bagian 2)
Edit Posted by Sastra NESAMA with No commentsM. Farid Rubiansyah
VIII E
Kurun
demi kurun telah berlalu. Joe dan partnernya Emmy berhasil menguasai tanah tak
bertuan itu dan membuat kerajaannya sendiri. Persis seperti apa yang tertuang
dalam puisi yang ditulis oleh salah satu pelayan dan penyair kesukaan Joe,
Mistrole, yang isinya :
"Dialah yang melawan tentara dan membunuh
raja mereka
Dialah yang merebut semua tanah mereka dan
mencuri pedang milik mereka
Warga desa pura pura menyukai dia
Dan namanya adalah Joe".
Siang
itu, Joe dan Emmy sedang duduk di singgasananya yang megah. Ketika itu mereka
menerima seorang tamu dari kalangan orang lokal. Tamu tersebut membawa kabar
mengenai sesuatu yang telah terjadi di pusat kota.
‘’Apa yang membuatmu datang ke istana
ini, rakyat Joeland yang rendahan?" tanya Joe dengan nada angkuh.
‘’Ohh,
Yang Mulia Pemilik Kerajaan Joeland...," sahut sang warga desa.
‘’Eeh…hem!"
dehem Emmy agak dipaksakan karena namanya tidak disebut.
‘’Dan
partnernya yang ia percayakan," timpal sang warga desa sedikit kesal.
‘’Sesungguhnya
aku membawa berita kurang mengenakkan dari kota kepada Baginda. Sebuah portal
ke dunia lain telah terbuka di pusat kota. Semua warga ketakutan, dari dalam
portal itu keluar suara yang cukup mengerikan," lanjut sang warga desa.
‘’Suara
apakah itu?" Joe kembali bertanya.
‘’Suara
seperti Haaaaa…. Hua……. He……., tapi yang jelas itu suara naga, ya itu
naga!," jawab sang warga desa.
‘’Naga
kau bilang ha. Oh, aku dapat menyelesaikan masalah ini karena akulah yang
terhebat dan terbaik di seluruh negeri ini," jawab Joe dengan nada yang
sombong
‘’Kabarkan
berita gembira pada seluruh rakyat di kota, bahwa aku, Joe yang sangat kuat dan
penuh keagungan akan mengalahkan naga kecil dan lemah yang kau katakan tadi, bawalah
aku ke portalmu itu!" tukasnya.
Singkatnya,
rombongan yang terdiri atas Joe, Emmy, Mistrole, dan sang warga desa itu sampai
di tempat yang dituju. Banyak warga telah berkumpul di tempat itu untuk
menyambut rombongan.
‘’Salam
rakyat Joeland yang saya hormati. Sekarang juru selamat kalian telah hadir
untuk menghancurkan monster yang kalian telah adukan kepadaku lewat warga
berhidung besar ini," sapa Joe kepada seluruh rakyatnya.
‘’Juru
selamat?" para warga kebingungan.
‘’Aku.
Akulah juru selamat kalian dari monster lemah yang bersembunyi di balik portal
ini," Joe kembali menjawab.
Kemudian, terdengar sorak sorai warganya saat itu juga.
Emmy
menarik tangan Joe dan mengajaknya berdiskusi, apa Joe memang benar benar
sanggup mengalahkan naga itu.
‘’Jadi,
kau sanggup tidak mengalahkan naga itu ?," tanya Emmy.
‘’Apa?Beraninya
kau mempertanyakan keberanianku ini ?" jawab Joe.
Kemudian suara naga keluar dari
mulut portal. Membuat
Joe terkejut dan melompat ketakutan. Ia hanya bisa melihat Emmy tersenyum melihat
respon temannya itu.
Emmy
berpikir bahwa Joe mungkin sebenarnya tidak bisa melakukan ini semua, dia hanya
melakukan akting berani di depan warganya karena gengsi. Sebenarnya yang
membantunya mendapatkan semua tanah di negeri itu adalah dirinya sendiri, namun
Joelah yang menikmati sorak sorai dari warganya yang payah. Semuanya, harta,
tahta, dan ketenarannya di masyarakat telah membuat Joe lupa daratan,
menjadikannya pribadi yang awalnya pengecut dan penakut menjadi angkuh dan
sombong dengan tidak menghilangkan rasa penakut dan pengecutnya itu. Mungkin
sudah saatnya Joe mendapat balasan karena keangkuhannya dan kesombongannya itu
dengan membiarkan ia masuk ke dalam portal itu.
“Baiklah
warga Joeland yang setia, sekarang aku akan masuk ke dalam untuk mengalahkan
naga itu, ini hanya perlu waktu lima menit saja!”, tungkas Joe.
Joe
pun masuk kedalam portal itu disusul Emmy, Mistrole membuntuti mereka dari
belakang. Di sana, Joe terkejut melihat bahwa mereka bertiga ada di sebuah
tanah nan kering dimana mereka dapat melihat kekosongan dan kehampaan di bawah
tanah itu. Joe melihat sesuatu yang membuatnya respon mengeluarkan pedang nya
dan membunuh se4suatu tersebut.
“Ya,
akhirnya kita membunuh naga itu dan menyelesaikan daftar yang ingin kita
lakukan selagi hidup," ucap Joe dengan bangganya menoleh ke arah Emmy di
belakangnya.
“Tunggu,
kau pikir itu naga?" tanya Emmy.
“Jadi
seperti apa naga itu?," Joe berbalik menanya.
‘’Nah,
seperti itu!" jawab Emmy terkejut.
Joe
menoleh ke belakang dan betapa terkejutnya dia bahwa yang ia lihat adalah naga
yang besar, membuatnya melemparkan pedangnya ke belakang dan membuatnya
berteriak sejadi-jadinya.
“Hai, namaku Joe. Senang bertemu kau!,"
sapa Joe terbata bata.
Naga itu menghembuskan nafasnya ke
arah Joe, membuat nyalinya ciut. Dia berlari ke belakang menghampiri Emmy dan Mistrole.
Sementara, naga itu terbang tinggi mendekati mereka, membuka mulutnya dan
mengeluarkan api yang sangat besar yang mengarah kepada mereka berdua.
‘’Awass!!!’’
teriak Joe. Ia memeluk erat Emmy, menghindarkan mereka berdua dari nafas naga.
‘’Cepat,
kita harus berbuat sesuatu sebelum naga itu kembali!" desak Joe.
Untuk
sesaat, Emmy merasa bahwa Joe sudah mampu mengatasi kepayahannya dalam
bertempur. Ia tidak menyangka bahwa sahabatnya itu bisa setegas itu
mengungkapkan keberaniannya. Mungkin karena Joe sangat menikmati pertempuran
ini. Kini, ia harus mengikuti apa yang di perintahkan oleh sahabatnya itu.
Emmy
menembakkan beberapa anak panah ke arah naga itu, sedangkan Joe menaiki sebuah
gunung untuk bisa menaiki naga itu dan menusuknya. Namun, ketika ia sampai di
puncak gunung, ia melihat Mistrole sedang berdiri mengamati naga itu.
“Hei,
sedang apa kau disana?," tanya Joe keheranan.
‘’Aku
sedang mengamati naga itu. Sebenarnya aku kasihan melihat Emmy sendirian di
bawah sana melawan naga itu. Kau pula sedang apa disini?," ucap Mistrole
berbalik bertanya.
‘’Aku
sedang membantu sahabatku itu, dengan cara seperti ini…..!!!," seketika
itu juga Joe melompat dari atas ketinggian ke tubuh naga itu. Ia sudah menusuknya,
namun, kekuatan naga itu sangat besar, ia tidak mati juga. Naga itu menggoyang
goyangkan badannya, membuat Joe terjatuh ke bawah.
‘’Joe,
kau tidak apa apa?," ucap Emmy merasa khawatir pada kondisi Joe.
‘’Aku
baik baik saja," sahut Joe.
‘’Kelihatannya,
kekuatan naga itu terletak pada batu permata yang ada di kepalanya. Ia menyerap
kekuatan batu permata itu, kita harus menghancurkan batu itu!," ucap Emmy
mengernyitkan matanya pada batu permata yang ada pada kepala naga itu sambil
membantu kawannya itu berdiri.
“Sudahlah,
aku sudah percayakan semuanya pada MIstrole, dia akan menangani semua ini,"
ucap Joe dengan tenangnya.
Sementara itu di atas gunung. Mistrole
melompat ke arah naga itu, ia berhasil mendarat di tubuh naga. Ia mencabut
pedang yang telah tertusuk di tubuhnya sebelumnya, kemudian berjalan dengan
tertatih tatih ke arah kepala naga itu. Ia akan menusuknya tepat di tempat batu
permata itu berada. Sebelum menusuk, ia berkata kata untuk yang terakhir
kalinya.
‘’mereka tidak cukup dan tidak akan
pernah cukup untuk membayarku melakukan ini !!!." Kemudian, dia
menusuk permata yang ada di naga itu. Naga itu berhenti menyerang Joe dan Emmy.
Naga itu mengapung dan terus
mengapung, hingga akhirnya meledak. Membuat Mistrole terpental sangat jauh ke
langit dan kemudian jatuh ke tanah dengan cepatnya.
Setelah
kondisi aman. Joe pun
berteriak ‘’Yah. Akhirnya kita berhasil mengalahkan naga itu".
Emmy
berdehem dan berkata “Ya, meskipun bukan kau yang menghabisi naga itu. Yang
menghabisinya adalah Mistrole;. Tunggu, dimana dia?," lanjutnya dengan
nada keheranan.
Mereka
terus mencari Mistrole dan akhirnya mereka menemukannya tergeletak di tanah.
Hari itu akan selalu mereka ingat, penyair dan pelayan yang baru saja menyelamatkan mereka
dari marabahaya dan selalu mengagung agungkan nama mereka berdua di mata
masyarakat telah berpulang ke pangkuannya yang memiliki hidup.
Sebagai
penghormatan terhadap pelayan mereka yang selalu mereka marahi dan caci. Joe
dan Emmy pun sepakat untuk menamai tanah itu sebagai “Mistroland”. Mereka
menangis sebagai rasa bangga karena mereka sudah menyelesaikan daftar keinginan
mereka sekaligus sebagai rasa sedih karena mereka baru saja kehilangan orang
yang paling mereka percayai.
“Sudahlah,
kita hanya bisa bersabar untuk itu, tidak ada seorang pun yang tahu bahwa
kejadian ini akan terjadi!," hibur Emmy untuk menghilangkan rasa sedih Joe.
“Iyah,
aku tahu itu. Kita harus bisa bangkit setelah semua yang kita alami hari ini.
Hai, bagaimana kalau kita buat daftar keinginan baru yang berisi apa saja yang
ingin kita lakukan seperti ikut kelas dansa atau mengikuti pertunjukan sirkus,
bagaimana ha..?," ujar Joe terdengar menyarankan.
“Terus bermimpi Joe, teruslah
bermimpi yang indah," sahut Emmy.
Tammat
Rumah Kosong
Edit Posted by Sastra NESAMA with 1 commentPutri Nuraini
IX C
<a href='https://id.pngtree.com/freebackground/an-abandoned-house-in-sepia-in-the-field_3140185.html'>foto latar belakang gratis dari id.pngtree.com/</a>
'BRAKKK' suara
keras muncul dari dapur rumah rumah kosong itu.
"Suara apa itu?" tanya Ophelia
"Aku tidak tahu. Mending kita pulang saja. Aku
takut" Ella ketakutan. Ella terus menempel pada Ophelia dan memegang
tangannya dengan erat.
Tiba tiba mereka baru sadar bahwa Opal tidak ada di
samping mereka.
"Hey, ke mana Opal?" tanya Ian
"Tadi dia di sini. Tapi, kemana dia sekarang? Apa
dia diculik oleh hantu?" Ella merinding ketakutan.
Pada suatu hari Ophelia dan Opal berpikir untuk uji
nyali di rumah kosong yang tidak jauh dari rumahnya. Rumah kosong itu sangat
besar dan halamannya sangat luas. Sayangnya, rumah itu tidak terurus dan
menjadi terlihat sangat menakutkan, banyak rumput liar dan pohon yang besar.
"Ayo kita coba uji nyali di rumah kosong itu,"
Ophelia mengajak Ella dan Ian.
"Aku ngikut saja," jawab Ian sambil fokus
bermain game di ponsel nya.
"Gak mau ah, takut," Ella mendengar nya
langsung merinding ketakutan.
"Kita ke rumah kosong itu hanya sebentar saja. Aku
hanya ingin membuat vidio dan dikirim ke media sosial. Aku yakin tidak akan ada
hantu. Walaupun ada, itu pasti akan menyenangkan," canda Opal. Opal juga
berencana untuk membuat vidio dan dikirim ke media sosial agar viral.
"Tapi..., Baiklah, aku ikut dengan kalian. Tapi,
hanya sebentar saja. Janji, ya?" Ella merasa khawatir dan takut
"Janji, hanya sebentar saja. Lagipula aku hanya
penasaran dengan rumah kosong itu. Kita akan ke sana jam 17:00 ya,"
Ophelia menentukan jam untuk pergi ke rumah kosong itu.
Ian dan Opal setuju. Ella masih ragu ragu dan takut .
Tapi, Ella tetap tersenyum dan mengangguk kecil.
Saat sudah jam 17:00 mereka sudah berkumpul di depan
gerbang rumah kosong itu. Ophelia membuka sedikit gerbangnya dan masuk.
Teman-temannya mengikutinya dari belakang. Ella masih berdiri di luar gerbang
dan gemetar ketakutan. Ella memutuskan untuk mengikuti teman temannya dan masuk
ke dalam dan meraih tangan Ophelia agar
tidak tersesat.
"Apa kalian sudah siap untuk masuk ke dalam
rumahnya?" tanya Ophelia.
"Aku sudah siap" Opal memegang ponsel dan
mulai merekam.
“Ayo masuk"
Ian memegang senter. Ella mengangguk
Ophelia membuka pintu dan masuk ke dalam rumah itu.
Mereka disambut dengan bau melati yang sangat menyengat di hidung mereka. Ella
merinding ketakutan. Saat melihat ke atas tangga, terlihat ada sosok perempuan,
dengan pakaian putih. Wajahnya pucat. Badannya melayang. Kedua matanya menatap
ke arah Ophelia dan Ella seperti marah. Kemudian melesat ke lantai atas.
“Teman teman, seperti nya kita harus pulang," Ella
merinding ketakutan. Ia tidak menceritakan bahwa dia melihat sosok perempuan.
“Kita baru saja masuk. Tidak seru jika langsung pulang.
Walaupun ada bau bunga melati, kita bersama-sama. Jangan takut." Opal
mencoba menenangkan Ella
“Firasatku tidak enak. Tapi ayo coba jelajahi rumah
ini," Ophelia mulai berjalan memimpin dan melihat barang-barang di rumah
tersebut.
“Barang-barangnya mewah, pasti mereka orang
kaya." Ian melihat barang-barang yang berlapis emas di lemari kaca.
“Kamu benar. Tapi, kenapa barang-barang ini tidak dicuri
ya?" Tanya Opal.
“Aku pernah mendengar cerita dari warga. Katanya
pernah ada yang mengambil satu barang di rumah ini, lalu orang itu tiba tiba
menghilang dan tidak di temukan sampai sekarang," jawab Ophelia
'BRAKKK' suara keras muncul dari dapur rumah itu
“Suara apa itu?" tanya Ophelia
“Aku tidak tahu. Mending kita pulang saja. Aku
takut." Ella ketakutan. Ella terus menempel pada Ophelia dan memegang
tangannya dengan erat.
“Hey, ke mana Opal?" tanya Ian.
“Tadi dia di sini. Tapi, ke mana dia sekarang? Apa dia
diculik oleh hantu?" Ella merinding
ketakutan.
“Kita harus cari Opal," Ophelia berbicara dengan
tegas.
“Ophelia, bagaimana kita mencarinya?" tanya Ian
“Apa kalian mau berpencar?" tanya Ophelia
“APA! BERPENCAR? TENTU SAJA AKU TIDAK MAU!" jawab
Ella sambil berteriak dan menutup matanya.
“Ya, akan lebih berbahaya jika kita berpencar. Bagaimana
kalo kita mencarinya bersama?" Ajak Ian
“Itu ide yang bagus," Ophelia dan Ella setuju.
Mereka kemudian mencari Opal ke segala ruangan di lantai
bawah. Sayangnya, mereka tidak menemukan Opal.
“Hari sudah semakin gelap. Tapi, Opal belum ketemu.
Bagaimana ini?" Ella khawatir
“Jangan putus asa. Kita belum memeriksa lantai dua"
jawab Ophelia
“Tapi... tapi lantai dua itu," Ella menghentikan
kata katanya dan ketakutan.
“Ada apa dengan
lantai dua?" tanya Ian
“T...tidak" Ella menjawab dengan gagap
Saat itu, Ophelia memutuskan untuk mencari Opal ke
lantai dua. Saat sampai di lantai dua mereka masuk ke setiap kamar. Saat masuk
ke kamar paling pojok yang ada di rumah itu, mereka melihat Opal tidak sadarkan
diri. Mereka langsung ke arah Opal dan menepuk pipinya.
“Opal, bangun! Opall" Ophelia, Ella dan Ian sangat
khawatir. Di saat mereka khawatir, tiba-tiba pintu menutup dengan sangat keras
'BRAKKKK' mereka bertiga terkejut dan saling berdekatan.
“Aku takut sekali, aku ingin pulang," rengek Ella
“Tenang, jangan takut, kita akan segera pulang."
Ian mencoba menenangkan Ella. Sementara Ophelin mencoba membangunkan Opal.
Setelah beberapa menit, akhirnya Opal terbangun.
“Akhirnya kamu bangun. Ayo, kita harus keluar dari rumah
ini," ujar Ophelia
Opal mengangguk dan bangun. Mereka mencoba membuka
pintu, namun pintu tidak bisa dibuka. Mereka berempat terjebak di kamar itu.
Mereka mulai ketakutan dan saling berdekatan. Tiba-tiba ada bau anyir yang
menusuk hidung mereka.
“Bau sekali." Mereka menutup hidung. Saat mereka
melihat ke atas, mereka dikejutkan dengan nampaknya beberapa pocong dengan muka
hancur dan berlumuran darah. Mereka ketakutan dan memejamkan mata. Ella
meneteskan air mata dan memeluk Ophelia. Ophelia merasa penasaran dan membuka
matanya perlahan. Saat membuka matanya dia benar-benar kaget karena di depannya
terlihat ada sosok dengan wajah yang benar-benar mengerikan. Wajah sosok itu
hancur dan dia menyeringai ke Ophelia.
Ophelia merasa badannya membeku. Ian, Opal, dan Ella membuka matanya. Mereka juga
melihat sosok itu. Mereka terkejut dan pingsan. Ophelia yang masih sadar
mencoba untuk bergerak. Tapi saat Ophelia mencoba bergerak sosok itu mendekati
Ophelia dengan cepat dan menghilang. Lalu, sosok itu tiba-tiba muncul di depan
wajah Ophelia. Ophelia pun pingsan.
Saat mereka sadar, mereka melihat sekeliling ternyata
itu rumah Ophelia. Mereka melihat hari sudah terang dan melihat warga
berkumpul.
Sejak saat itu, mereka tidak berani lagi menginjakkan kaki ke rumah itu atau uji nyali.
Tamat