26 December 2023

EMPTY WORLD 2

Edit Posted by with No comments

 Neisca Althafunnisa

Ex IX B


Yura terbangun di sebuah tempat yang asing. Ia melihat pemandangan yang belum pernah lihat sebelumnya. Tempat serba abu yang berkabut, tempat yang tidak berpenghuni.

"Ini di mana?"

Yura mulai bangun dari posisinya yang tengkurap. Dia tidak bisa memastikan yang dia tiduri adalah tanah atau aspal, karena teksturnya sangat lembut, seperti tembok yang baru dicat.

Yura berdiri. Dia mulai berjalan dan kehilangan arah. Setiap arah yang dia lewati seperti tempat pertama kali dia datang, berkabut dan membuatnya tidak bisa melihat dengan jelas pemandangan apa yang jauh di depan dia.

"HALO?!" Yura berteriak ke arah sembarang. Sementara itu, ia terus berjalan.

Tidak ada jawaban.

Lebih dari lima detik heningnya. Yura kini benar-benar ketakutan. Bernbgai pertanyaan berkecamuk di pikirannya: Apa yang terjadi? Bagaimana dia bisa tersedot ke dunia ini? Apakah tempat ini benar-benar tidak berpenghuni?

"Halo?! Ada orang?!"

Tiba-tiba Yura mendengar teriakan dari arah yang tidak menentu. Teriakan itu terus bergema. Seakan mendapat pencerahan, Yura berteriak kembali sekeras mungkin.

"HALO?! DI SINI!" Yura berusaha mencari sumber suara yang terus menjawab dengan berlari secepat mungkin.

Suara itu semakin mendekat dan semakin jelas. Kini, di hadapannya, Yura melihat seorang gadis yang lebih tinggi dari dia dan bersurai merah.

"Kamu…." gumam gadis itu. Suara yang Yura dengar saat ini sangat familiar, seperti suara yang ia dengar setiap hari.

"Kamu…,” ujar Yura.

"Ah! Yuu, bukan?!" gadis itu memotong perkataan Yura yang membuat Yura terkesiap kaget.tidak main.

"Carrol...?"

"Benar! Sudah kuduga. Sahutan kamu dari kejauhan terdengar sangat jelas. Ini di mana?” Carrol menggaruk tengkuknnya dan terus menatap kiri dan kanan tanpa karuan.

"Carrol. Apa kamu mengingat apa yang kita lakukan di tempat sebelumnya?" tanya Yura tegas.

"Aku? Aku berada di telepon bersama kalian, bukan? kita sempat membicarakan tentang hilangnya Zeta. Lalu kau mengarahkan aku dan Amia untuk membuka file terbaru yang dikirim di hari yang tepat pada hilangnya Zeta. Aku klik filenya, lalu.. monitor ku terang sekali! Sampai membutakan mata lho! Lalu… ah… aku terbawa ke sini." jelas Carrol. Yura mengangguk.

"Aku pun sama. Yang jelas, kau juga terbawa ke sini. Lalu bagaimana dengan Amia..?" Yura baru tersadar dan bertanya-tanya dalamhati apakah Amia juga terbawa ke sini?

"Sebelum aku mendengar suaramu, aku juga mendengar suara orang lain, namun sayup sayup. Sepertinya dia agak jauh. Ahh! Seluas apa sih tempat in—"

"Tidak terbatas," suara perempuan yang lembut muncul dari samping kanan di mana Yura dan Carrol sedang berbincang.

"Apa yang kalian sedang lakukan di sini?" tanya gadis itu. Sorotan iris mata merah milik perempuan itu terasa menusuk. Bulu kuduk Yura tiba-tiba bergetar karena ngeri.

"Zeta?" bisik Carrol.

Perempuan yang berada di hadapan Carrol dan Yura itu berpenampilan seperti anak kelas SMA biasa dengan seragam kuno tahun 1980-an. Rambutnya yang tergolong sangat panjang dan iris matanya berwarna merah.

"Aku tanya sekali lagi, kenapa kalian di sini?" tanya Zeta tegas.

"Tidak, di mana Amia?" potong Carrol.

Zeta menjentikkan jari tengah dan ibu jari milik dia dan menghasilkan suara jentikan yang menggema. Seakan tempat yang tadi di diami itu sedikit bergeser. Tempatnya masih sama, namun posisi yang mereka diami berubah. Sekarang Yura dan Carrol percaya bahwa tempat ini tidak terbatas luasnya.

Sekarang pandangan Carrol dan Yura terdistraksi oleh gadis yang sedang membelakangi mereka. Gadis itu ber rambut pendek di belakang namun memiliki rambut depan yang sedada dan bersurai cokelat muda.  

"Amia..?" sapa Yura dan Carrol.

"Suara ini….” gumam gadis tersebut. “Yura, Carrol?!" Amia menengok ke belakang dan mendapati Carrol dan Yura dibelakangnya.

"Astaga kalian juga terbawa?!" seru Amia. Kantung matanya merah dan hidungnya merah menandakan Amia baru selesai menangis. Amia memeluk mereka berdua dengan senyap. Zeta memandangi mereka di belakang Yura dan Carrol.

"Aku kira kita akan bertemu di kafe asli dan menyebutkan nama asli kita masing masing. Tapi…kita bertemu di sini. Ah! Yang di belakang itu siapa?" Amia melepaskan pelukannya dan menunjuk ke arah Zeta.

"Dia Zeta." jawab Carrol dengan lirih.

"Zeta?!" Amia menghampiri Zeta yang diam dan memegang kedua tangan Zeta.

"Astaga kamu juga terbawa ke sini..? Apa kamu sudah tahu seberapa luas temp—" tidak sempat menyelesaikan kata-katanya. Amia melebur hilang dari mata Zeta bagaikan puzzle yang terpasang dan dihancurkan begitu saja.

"Kalian harus pulang." Zeta menghampiri Carrol dan ikut menyentuh tangan Carrol. Carrol juga menghilang begitu saja.

"Dunia kosong ini… milikku. Kamu sebaiknya tidak ke sini," Zeta hendak memegang tangan Yura namun Yura menghindarinya dengan mundur satu langkah.

"Kenapa? Lalu kau akan hilang begitu saja di dunia nyata?"

"Aku membuat musik di sini—"

"Musik apa?!" Yura meninggikan suaranya.

"LEO. Kau ingat itu? LEO, adalah aku." ucap Zeta.

"Kalian juga harus melupakan aku. Lalu, ya…hapus file kosong itu." Zeta mencengkeram erat lengan Yura. Yura tidak bisa lari lagi sekarang. Ia bahkan tidak sempat menyelesaikan beberapa pertanyaan yang terus menggantung di hatinya.

Sekarang Yura tidak melihat apa-apa selain cahaya yang sangat menusuk mata dan suara dengungan yang keras dan bergema.

"Aaaaaa…..!" Yura berteriak.

Yura membuka mata dia. Dia sadar bahwa dia kembali ke dunia nyata. Dia bahkan sempat mencubit pipinya sekeras mungkin untuk memastikan ini hanya sebatas mimpi. Namun ini nyatanya kenyataan yang harus dihadapi olehnya.

"Yuuu, kamu tidak apa-apa?!" terdengar sebuah suara keluar dari komputer Yura yang sedari tadi menyala.

"Yura! Jawab aku!" suara itu adalah suara Carrol dan Amia.

"Kalian…. sudah kembali dari dunia kosong itu?" tanya Yura dengan penuh kebingungan.

"Dunia kosong apa, sih?"

"Kamu sempat menghilang dari telepon ini.... tidak lama dari itu kamu tiba-tiba berteriak." jawab Amia.

"Ah… oke…. Zeta belum masuk ke discord call? Atau.. Zeta belum kembali?" Yura memijit keningnya. Dia rasanya merasakan pusing yang hebat.

"Zeta?"

"Iya, Zeta, loh…."

"Yura.. band kita hanya tiga orang. Kamu tidak apa-apa? Kau bermimpi buruk? Dari tadi pertanyaanmu tidak masuk akal," jelas Carrol.

"Kau seperti meracau."

Yura kaget bukan main saat kedua temannya tidak mengenali Zeta, bahkan mereka tidak mengingat mereka masuk ke dunia kosong milik Zeta tadi.

Apa Zeta akan selamanya tinggal di sana? Tidak ada tanda-tanda semuanya akan kembali seperti semula. Semuanya terasa sangat aneh.

"Ah, maaf." Yura menghela nafas sangat panjang. Kemudian ia mengecek file dunia kosong itu. Semuanya masih ada. Yura mengerutkan keningnya dan mengangguk kuat.

“Jika itu maumu, akan kulakukan,” ujar Yura seraya memijit tombol delete.

“KALIAN…ADA FILE BARU ‘UNTITLED 01’, BUKAN? JANGAN DIBUKA. HAPUS SAJA.”

0 comments:

Post a Comment