Neisca Althafunnisa
Ex IX B
Yura terbangun di sebuah tempat yang asing. Ia melihat pemandangan yang belum pernah lihat sebelumnya. Tempat
serba abu yang berkabut, tempat yang tidak berpenghuni.
"Ini di mana?"
Yura mulai bangun dari
posisinya yang tengkurap. Dia tidak bisa memastikan yang dia tiduri adalah
tanah atau aspal, karena teksturnya sangat lembut, seperti tembok yang baru dicat.
Yura berdiri. Dia mulai
berjalan dan kehilangan arah. Setiap arah yang dia lewati seperti tempat pertama
kali dia datang, berkabut dan membuatnya tidak bisa melihat dengan jelas
pemandangan apa yang jauh di depan dia.
"HALO?!" Yura
berteriak ke arah sembarang. Sementara itu, ia terus berjalan.
Tidak ada jawaban.
Lebih dari lima detik
heningnya. Yura kini benar-benar ketakutan. Bernbgai pertanyaan berkecamuk di pikirannya:
Apa yang terjadi? Bagaimana dia bisa tersedot ke dunia ini? Apakah tempat
ini benar-benar tidak berpenghuni?
"Halo?! Ada
orang?!"
Tiba-tiba Yura mendengar
teriakan dari arah yang tidak menentu. Teriakan itu terus bergema. Seakan
mendapat pencerahan, Yura berteriak kembali sekeras mungkin.
"HALO?! DI SINI!"
Yura berusaha mencari sumber suara yang terus menjawab dengan berlari secepat
mungkin.
Suara itu semakin
mendekat dan semakin jelas. Kini, di hadapannya, Yura melihat seorang gadis
yang lebih tinggi dari dia dan bersurai merah.
"Kamu…." gumam
gadis itu. Suara yang Yura dengar saat ini sangat familiar, seperti suara yang
ia dengar setiap hari.
"Kamu…,” ujar Yura.
"Ah! Yuu,
bukan?!" gadis itu memotong perkataan Yura yang membuat Yura terkesiap
kaget.tidak main.
"Carrol...?"
"Benar! Sudah
kuduga. Sahutan kamu dari kejauhan terdengar sangat jelas. Ini di mana?” Carrol
menggaruk tengkuknnya dan terus menatap kiri dan kanan tanpa karuan.
"Carrol. Apa kamu
mengingat apa yang kita lakukan di tempat sebelumnya?" tanya Yura tegas.
"Aku? Aku berada di
telepon bersama kalian, bukan? kita sempat membicarakan tentang hilangnya Zeta.
Lalu kau mengarahkan aku dan Amia untuk membuka file terbaru yang
dikirim di hari yang tepat pada hilangnya Zeta. Aku klik filenya, lalu..
monitor ku terang sekali! Sampai membutakan mata lho! Lalu… ah… aku terbawa ke sini."
jelas Carrol. Yura mengangguk.
"Aku pun sama. Yang jelas,
kau juga terbawa ke sini. Lalu bagaimana dengan Amia..?" Yura baru
tersadar dan bertanya-tanya dalamhati apakah Amia juga terbawa ke sini?
"Sebelum aku
mendengar suaramu, aku juga mendengar suara orang lain, namun sayup sayup. Sepertinya
dia agak jauh. Ahh! Seluas apa sih tempat in—"
"Tidak
terbatas," suara perempuan yang lembut muncul dari samping kanan di mana
Yura dan Carrol sedang berbincang.
"Apa yang kalian
sedang lakukan di sini?" tanya gadis itu. Sorotan iris mata merah milik
perempuan itu terasa menusuk. Bulu kuduk Yura tiba-tiba bergetar karena ngeri.
"Zeta?" bisik
Carrol.
Perempuan yang berada di
hadapan Carrol dan Yura itu berpenampilan seperti anak kelas SMA biasa dengan
seragam kuno tahun 1980-an. Rambutnya yang tergolong sangat panjang dan iris matanya
berwarna merah.
"Aku tanya sekali
lagi, kenapa kalian di sini?" tanya Zeta tegas.
"Tidak, di mana Amia?"
potong Carrol.
Zeta menjentikkan jari
tengah dan ibu jari milik dia dan menghasilkan suara jentikan yang menggema.
Seakan tempat yang tadi di diami itu sedikit bergeser. Tempatnya masih sama,
namun posisi yang mereka diami berubah. Sekarang Yura dan Carrol percaya bahwa
tempat ini tidak terbatas luasnya.
Sekarang pandangan Carrol
dan Yura terdistraksi oleh gadis yang sedang membelakangi mereka. Gadis itu ber
rambut pendek di belakang namun memiliki rambut depan yang sedada dan bersurai cokelat
muda.
"Amia..?" sapa
Yura dan Carrol.
"Suara ini….” gumam
gadis tersebut. “Yura, Carrol?!" Amia menengok ke belakang dan mendapati
Carrol dan Yura dibelakangnya.
"Astaga kalian juga
terbawa?!" seru Amia. Kantung matanya merah dan hidungnya merah menandakan
Amia baru selesai menangis. Amia memeluk mereka berdua dengan senyap. Zeta memandangi
mereka di belakang Yura dan Carrol.
"Aku kira kita akan
bertemu di kafe asli dan menyebutkan nama asli kita masing masing. Tapi…kita
bertemu di sini. Ah! Yang di belakang itu siapa?" Amia melepaskan
pelukannya dan menunjuk ke arah Zeta.
"Dia Zeta."
jawab Carrol dengan lirih.
"Zeta?!" Amia
menghampiri Zeta yang diam dan memegang kedua tangan Zeta.
"Astaga kamu juga
terbawa ke sini..? Apa kamu sudah tahu seberapa luas temp—" tidak sempat
menyelesaikan kata-katanya. Amia melebur hilang dari mata Zeta bagaikan puzzle
yang terpasang dan dihancurkan begitu saja.
"Kalian harus pulang."
Zeta menghampiri Carrol dan ikut menyentuh tangan Carrol. Carrol juga
menghilang begitu saja.
"Dunia kosong ini…
milikku. Kamu sebaiknya tidak ke sini," Zeta hendak memegang tangan Yura namun
Yura menghindarinya dengan mundur satu langkah.
"Kenapa? Lalu kau
akan hilang begitu saja di dunia nyata?"
"Aku membuat musik
di sini—"
"Musik apa?!"
Yura meninggikan suaranya.
"LEO. Kau ingat itu?
LEO, adalah aku." ucap Zeta.
"Kalian juga harus
melupakan aku. Lalu, ya…hapus file kosong itu." Zeta mencengkeram erat
lengan Yura. Yura tidak bisa lari lagi sekarang. Ia bahkan tidak sempat
menyelesaikan beberapa pertanyaan yang terus menggantung di hatinya.
Sekarang Yura tidak melihat
apa-apa selain cahaya yang sangat menusuk mata dan suara dengungan yang keras dan
bergema.
"Aaaaaa…..!"
Yura berteriak.
Yura membuka mata dia. Dia
sadar bahwa dia kembali ke dunia nyata. Dia bahkan sempat mencubit pipinya
sekeras mungkin untuk memastikan ini hanya sebatas mimpi. Namun ini nyatanya
kenyataan yang harus dihadapi olehnya.
"Yuuu, kamu tidak
apa-apa?!" terdengar sebuah suara keluar dari komputer Yura yang sedari
tadi menyala.
"Yura! Jawab
aku!" suara itu adalah suara Carrol dan Amia.
"Kalian…. sudah
kembali dari dunia kosong itu?" tanya Yura dengan penuh kebingungan.
"Dunia kosong apa,
sih?"
"Kamu sempat
menghilang dari telepon ini.... tidak lama dari itu kamu tiba-tiba
berteriak." jawab Amia.
"Ah… oke…. Zeta
belum masuk ke discord call? Atau.. Zeta belum kembali?" Yura
memijit keningnya. Dia rasanya merasakan pusing yang hebat.
"Zeta?"
"Iya, Zeta, loh…."
"Yura.. band kita
hanya tiga orang. Kamu tidak apa-apa? Kau bermimpi buruk? Dari tadi pertanyaanmu
tidak masuk akal," jelas Carrol.
"Kau seperti
meracau."
Yura kaget bukan main
saat kedua temannya tidak mengenali Zeta, bahkan mereka tidak mengingat mereka
masuk ke dunia kosong milik Zeta tadi.
Apa Zeta akan selamanya
tinggal di sana? Tidak ada tanda-tanda semuanya akan kembali seperti semula.
Semuanya terasa sangat aneh.
"Ah, maaf." Yura
menghela nafas sangat panjang. Kemudian ia mengecek file dunia kosong itu. Semuanya
masih ada. Yura mengerutkan keningnya dan mengangguk kuat.
“Jika itu maumu, akan kulakukan,”
ujar Yura seraya memijit tombol delete.
“KALIAN…ADA FILE BARU ‘UNTITLED 01’, BUKAN? JANGAN DIBUKA. HAPUS
SAJA.”
0 comments:
Post a Comment