08 March 2024

Lomba Story Telling and Story Reading

Edit Posted by with No comments

 Asri Fajriani

9D

Beberapa minggu terakhir ini, SMPN 1 Malangbong mengadakan berbagai lomba. Salah satu lomba yang diadakan adalah lomba Story Telling and Story Reading yang dilaksanakan  pada hari Selasa, 5 Maret, 2024 lalu. Apa itu Story Telling and Story Reading?

"Story Telling and Story Reading adalah kegiatan aktif bercerita dan membaca secara terstruktur dan utuh. Ungkapan Story Telling and Story Reading diperoleh dari kata story, yang berarti cerita atau kisah, dimana kegiatan ini biasanya bertujuan untuk menghibur tapi juga mengandung hikmah atau nilai moral tertentu," ujar Ibu Argina Suryalillah, yang merupakan salah satu juri kegiatan tersebut.

Ada sekitar 28 siswa yang mengikuti lomba ini. Kelas VII terdiri dari 10 peserta, dari kelas VIII terdiri dari 8 peserta, dan kelas IX terdiri dari 10 peserta.

Ada 3 orang juri dalam kegiatan ini, yaitu Bapak Rizmal Banyu Aji, Ibu Argina Suryalillah, dan Bapak Reka Oktora Atmanegara.

Seperti yang kita tahu, Bahasa inggris adalah bahasa Internasional. Bahasa yang digunakan oleh sebagian besar manusia di dunia. Bahasa Inggris sangat penting untuk dipelajari karena teknologi yang kita gunakan sehari-hari tidak akan lepas dari bahasa ini. Hal ini juga menjadi salah satu alasan diadakannya lomba Story Telling and Story Reading?

            "Tujuan diadakannya Story Telling and Story Reading adalah untuk mengetahui potensi-potensi siswa dalam bidang bahasa inggris," ucap Ibu Argina. Dengan begitu, para siswa/i dapat meningkatkan pemahaman dan pengucapannya dalam berbahasa inggris.

"Dengan diadakannya lomba Story Telling and Story Reading, ibu berharap semua siswa bisa meningkatkan kemampuan bahasa inggrisnya dan dapat menumbuhkan kreativitas siswa juga," tambahnya.

Para peserta sangat antusias dan bersemangat dalam mengikuti lomba. "Karena saya sangat menyukai hal yg berbau public speaking. Bedanya, dalam lomba ini kita memakai Bahasa Inggris," ungkap Khinara Meira Ayu, yang merupakan peserta lomba perwakilan dari kelas IX-D.

Khinara juga menyatakan kesan dan harapannya setelah mengikuti lomba.  "Saya sangat senang bisa mengikuti lomba ini. Hal ini akan menjadi pelajaran ataupun pengalaman jika saya terpilih lagi sebagai peserta lomba Story Telling and Story Reading," ucap Khinara.

 

Salah satu peserta lainnya ialah Siti Khoerunnisa, perwakilan dari kelas IX-H yang juga mengungkapkan alasannya mengikuti lomba,. "Karena ingin melatih potensi diri sejauh mana pemahaman dalam berbahasa Inggris, dan ingin mendapatkan pengalaman yang membuat aku lebih percaya diri lagi ketika tampil di depan umum," ucapnya.

Di setiap perlombaan, pasti ada yang terbaik di antara yang terbaik. Siti Khoerunnisa, berhasil meraih juara pertama dalam lomba Story Telling and Story Reading untuk kelas IX.

"Seneng, terharu, dan bangga sama diri sendiri bisa jadi pemenang," ungkap Siti.

"Semoga aku bisa lebih mahir dalam berbahasa Inggris dan bisa menggapai impian aku," sambungnya.

Demikianlah informasi mengenai lomba Story Telling and Story Reading yang dapat disampaikan. Semoga dengan adanya lomba ini bisa meningkatkan kemampuan berbahasa inggris bagi para siswa/i lain dan semoga SMPN 1 Malangbong dapat terus melahirkan siswa-siswi yang mahir dalam berbahasa inggris.***

JONO SI PEKERJA KERAS

Edit Posted by with No comments

Ulfa Renita 

9G 

"Selamat! Telah diciptakan kaki palsu untuk yang berkebutuhan khusus!"

Tulisan itu terletak di mana-mana. Di papan iklan gedung-gedung, pasar, dan di tempat ramai lainnya. Jono tersenyum bahagia dan bangga karena ia dapat membantu sebagian orang yang berkebutuhan khusus.

Jono, si anak yang ceria, tinggal di pelosok tanpa sosok seorang ayah. Jono hanya tinggal bersama ibunya. Ibunya mencari nafkah dengan menjual koran di pinggir jalan. Tentu saja, pekerjaan ibunya tak cukup untuk membiayai mereka.

“Jono, lihat ini! Pasti kamu nggak punya, ya? Kasihan… ahahaha!” Ryan tertawa terbahak-bahak menertawakan.

Brukk!

Mainan Ryan jatuh. Jono sengaja menjatuhkannya. 

“Jono! Kok kamu gitu sih? Emang kamu bisa ganti? Aku nggak mau tahu, ya. Pokoknya, mainan ini harus kamu ganti!" Ryan marah sembari menunjuk-nunjuk ke arah wajah Jono. Jono kesal, lalu ia meninggalkan Ryan bersama teman-temannya.

Seperti biasa, sepulang sekolah, Jono diam di rumah sendirian. Perutnya sangat lapar. Ia berjalan ke arah meja. Tak ada apa pun di meja, kosong. Jono mendesah pelan, lalu ke kamar dan beristirahat.

“Jono…. Sudah bangun?" Ibunya tersenyum, lalu menyodorkan sepiring nasi untuknya.

“Asik! Jono makan siang!” Jono berlari dan langsung menyambar sepiring nasi tersebut.

“Siang? Ini udah sore, Jono.”

“Jono lelah, Bu, jadi ketiduran sampai lupa waktu, hehe.”

“Jono, setelah makan temuin ibu, ya. Ada yang ingin ibu bicarakan.” ujar Ibu dan meninggalkan Jono. Jono pun makan dengan bergegas agar dapat mengetahui apa yang akan dibicarakan oleh ibunya.

“Ibu mau bicara apa?" Jono menghampiri ibunya di kamar.

“Kamu kenapa lagi, Jono? Ibu Ryan datang ke ibu. Katanya kamu merusak mainan Ryan, ya?” Nada bicara ibu berubah. Jono bergidik ketakutan.

“Kok gak jawab? Orang tua ngomong tuh dijawab, Jono!”

“Iya ibu, Jono yang merusak mainan Ryan.”

“Kamu sudah besar Jono. Seharusnya kamu sudah bisa mengerti kondisi ekonomi kita! Utang di mana-mana, makan susah, dapat penghasilan juga susah, kamu malah bikin ulah.” Ibu membentak Jono. Jono hanya bisa terdiam dan menunduk.

        Setelah dimarahi ibu, perasaan Jono tidak enak. Ia menaiki sepeda pemberian kakeknya yang sudah tiada. Ia akan menemui teman ayahnya dulu, yaitu pak Toni.

“Assalamualaikum, Pak,” Jono mengetuk pintu rumah Pak Toni.

“Waalaikumsalam, Jono. Ada apa, Nak?” jawab Pak Toni setelah membuka pintu.

"Pak Toni punya uang dua ratus ribu? Aku membutuhkannya. Aku mohon.”

"Ada. Tapi uangnya akan bapak pake minggu depan. Buat apa, Jon?”

"Tak apa Pak, aku bisa ganti dengan waktu dua minggu.” Jono sangat memohon pada pak Toni. Pak Toni yang tak tega, ia segera memberikan uang berjumlah dua ratus ribu pada Jono.

***

"Ini uang buat mengganti mainan kamu. Maafin, ya.” Jono menyodorkan 2 lembar kertas berwarna merah pada Ryan dan meninggalkan Ryan yang masih terdiam tak percaya Jono dapat membayar mainan yang telah ia rusak.

Jono sangat lelah memikirkan bagaimana membayar hutangnya pada Pak Toni dalam kurun waktu 2 minggu.

“Ah aku tahu! Jualan karya gambar, kali ya? Semoga laku! Semangat, Jono!” ucap Jono menyemangati dirinya sendiri.

Jono pun mulai menjual gambar hasil karyanya. Usaha Jono sangat laku. Namun, ini tidak mudah bagi Jono. Setiap pulang sekolah ia harus pergi ke pasar untuk menjual dagangannya. Dan setiap malam ia harus menggambar. Tetapi, Jono sangat senang karena bisa mendapatkan uang untuk membantu ibunya.

Uang sebesar dua ratus tujuh puluh ribu telah Jono dapatkan dalam jangka waktu dua minggu. Akhirnya, Jono memakai uang itu untuk membayar hutangnya pada Pak Toni. Jono melanjutkan usahanya. Penghasilan dari dagangan yang ia dapatkan dibagi dua. Setengah untuk dirinya, dan setengahnya lagi untuk ibunya. Tapi, semakin lama ia berdagang, semakin sedikit juga pembeli yang datang padanya. Karena sudah lelah dan mulai tak ada yang ingin membeli karya nya, Jono berhenti berjualan. Dan kembali terpuruk di kondisi ekonominya.

Bertahun-tahun telah Jono lewati. Kini, ia telah menginjak umur 20 tahun. Ia sekarang telah meraih pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Jono dapat kuliah karena mendapat beasiswa. Walaupun Jono mendapatkan beasiswa, namun tetap saja itu tidak mudah bagi Jono. Usaha Jono untuk mendapatkan beasiswa sangat tidak mudah. Dan saat menjalani kuliah dengan beasiswa pun, tidak mudah. Banyak cobaan yang harus Jono lewati. Seperti bekerja untuk biaya hidup sehari-hari, bekerja untuk hidup ibunya di kampung sana, dan mengimbangi gaya hidup seperti teman di kampusnya.

Hubungan Jono dengan ibunya semakin renggang. Apalagi ia sekarang tinggal di Jogja, jauh dari ibunya. Jono mencari pekerjaan sampingan dengan berjualan di pasar, dengan ilmu yang ia dapatkan saat berjualan karya gambarnya dulu. Tapi tak bisa di pungkiri, penghasilannya tidak cukup untuk bertahan hidup di kota.

Kini Jono melihat pemandangan kota Jogja dari kaca sebuah bus. Ia sedang di perjalanan menuju ke kampungnya. Tetangganya menelepon Jono, ia berkata bahwa ibu Jono tertabrak dan harus diamputasi. Jono saat mendengar apa yang di katakan oleh tetangganya, ia menangis sejadi-jadinya. Ia sangat khawatir. Sebab, ibunya ialah satu-satunya yang paling berharga dalam hidupnya. Semangat yang ada di diri Jono hanyalah ibu nya. Tanpa dukungan ibunya, ia tak akan bisa melawan pahitnya dunia.

Sesampainya di rumah sakit, ia menangis. Hatinya sangat sedih. Air mata yang sedari tadi sudah hilang, kini kembali. Ia melihat ibunya terbaring lemas di atas ranjang rumah sakit. Jono berlari dan memeluk ibunya tanpa sepatah kata pun.

"Jono, kamu baik-baik aja nak? Maaf selama ini ibu selalu membentakmu. Perkataan ibu selalu menyinggungmu. Maaf juga ibu tidak bisa memberi seperti yang ibu orang lain beri.” Ibu menangis di pelukan Jono. Jono mengeratkan pelukannya dan ikut menangis.

***

Jono semakin semangat kuliahnya. Ia pun sekarang lebih serius dalam pekerjaannya. Sehingga ia mempunyai lebih banyak penghasilan. Penghasilan itu ia pakai untuk berobat ibunya, dan sebagian untuk kebutuhan kuliahnya. Ia juga sedang mengumpulkan bahan untuk membuat kaki palsu untuk ibunya. Karena harga yang sangat mahal untuk membeli bahan-bahan yang di butuhkan, Jono sangat kesulitan untuk membelinya. Mau tidak mau ia menundanya. Jono berpikir, apa ia selipkan karya gambarnya ke barang dagangannya di pasar? Jono akan mencobanya. Tidak salah kan jika ia mencoba?

Usaha Jono laku. Ia pun mulai bisa membeli bahan-bahan untuk pembuatan kaki palsu untuk ibunya.

Sekitar 4 bulanan, akhirnya kaki palsu untuk ibunya pun sudah jadi. Ia segera bersiap untuk mengunjungi ibunya. Ia sangat tak sabar melihat reaksi ibunya ketika ia memberikan sebuah kaki palsu untuknya.

"Ibu, bagaimana kabar ibu? Apa ibu baik-baik saja? Aku membawakan sesuatu untuk ibu." Jono tersenyum, lalu menyodorkan kotak besar pada ibunya.

"Apa ini, anakku?"

"Buka saja, Bu." Ibu Jono membuka kotak itu. Ia menangis bahagia. Ternyata meski jarang mengunjunginya, Jono sangat perhatian. Ibu Jono telah berburuk sangka. Ia kira, Jono jarang berkunjung karena tidak peduli padanya. Ternyata, Jono selalu sibuk membuat kaki palsu. Ibu menyimpan kotak itu lalu merentangkan tangannya. Jono yang melihat ibunya memberi merentangkan tangannya, langsung memeluk ibunya. Mereka berdua menangis bahagia.

Sejak saat itu, Jono menjadi orang yang sukses. Ia sekarang sudah membuat pabrik untuk pembuatan kaki palsu, guna membantu orang lain yang berkebutuhan khusus. Jono sangat bahagia. Namun sayang, kaki palsu yang dibuat untuk ibunya hanya terpakai dua minggu oleh ibunya. Karena, setelah Jono memberikan kaki palsu untuknya, dua minggu setelahnya ibu Jono meninggal. Namun, Jono senang karena setidaknya orang yang berkebutuhan khusus dapat menggunakan kaki palsu buatannya.***

Gudang Paman

Edit Posted by with No comments

 Ulfa Renita

9G 

Menjalani hidup memang tidaklah mudah. Namun, bukan berarti tidak ada kebahagiaan. Namaku Adit.             Aku adalah seorang anak laki-laki yang selalu berusaha untuk mencari sebuah kebahagiaan. Sedari kecil, aku diasuh oleh pamanku. Aku tidak tahu mengenai kedua orang tuaku. Setiap kali aku bertanya, pasti paman hanya berkata, “Belum waktunya kamu tahu.”

Paman bukan orang yang dilimpahi oleh harta namun dia selalu berusaha untuk dapat membiayaiku dari bayi sampai sekarang. Aku sebentar lagi akan lulus dari SMA. Maka dari itu, aku selalu belajar keras agar bisa mendapatkan pekerjaan yang bisa membantu ekonomi paman.

Hari ini, aku diajak paman untuk membersihkan Gudang. Sudah bertahun-tahun lamanya tempat itu tidak dibersihkan. Saat sedang membereskan kotak-kotak, aku tertuju pada kotak berwarna hitam yang terbuat dari kayu. Saat kubuka, isinya terdapat foto diriku saat masih bayi dan seorang wanita bersama paman. Keringat mulai bercucuran. Wanita ini adalah wanita yang sering menghantuiku. Sedari aku kecil, wanita ini selalu mengikutiku kemana-mana. Dia tidak memang tidak mengganggu. Dia hanya seperti memperhatikanku dari kejauhan. Rasa penasaran mulai menggelitik. Wanita ini siapa? Mengapa wanita ini sangat mirip dengan wanita yang ada di foto dengan paman?

“Dit, udah lihat-lihatnya. Sekarang kamu beresin kamar kamu aja. Gudang ini biar sama paman,” suara paman Budi mengejutkanku. Dengan tergesa-gesa aku menuju kamarku.

Waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam. Aku sangat sulit untuk terlelap. Aku masih memikirkan foto yang kutemukan di gudang tadi. Apakah itu istri paman? Jika itu istri paman, mengapa sekarang tidak bersama paman? Aku sangat menyesal tidak bertanya pada paman tadi. Tapi paman tidak akan memberitahuku. Paman adalah orang yang sangat tertutup. Tapi seiring perkembangan usiaku yang semakin besar, semakin besar pula rasa ingin tahu tentang kehidupanku dan juga paman. Terlebih wanita itu terlihat sedang duduk di atas lemari sambil tersenyum. Ahh sudahlah. Ini sangat membuat stres. Aku perlahan memejamkan mataku, dan....

            Aku terbangun di rumah besar namun sedikit terlihat tua, sendirian. Ini seperti rumah paman, tetapi dengan furnitur yang berbeda. Aku merasa sekujur tubuhku kaku. Aku mulai ketakutan. Apakah aku diculik? Tapi tadi aku tertidur di kamarku.

“Rin! Kamu pilih dia daripada aku?!”

“Hiks, Mas….”

Suara tersebut seolah menyadarkanku. Tubuh kakuku mulai bisa kugerakkan. Aku melihat ke sekitar, lalu berjalan mencari sumber suara. Ternyata itu adalah paman. Muka paman memerah, tersulut emosi. Jarinya menunjuk pada seorang wanita dan pria. Berbagai kata-kata kasar dikeluarkan oleh paman dan juga pria itu. Mereka benar-benar saling meneriaki satu sama lain. Aku terkejut sejadi-jadinya. Dengan mendengarkan pembicaraan itu, dapat kupastikan bahwa wanita dan pria itu adalah orang tuaku. Tunggu, bukan kah mereka sudah tiada?

Jleb!

“Aaaa!” teriak wanita itu. Aku melihat ayahku dihabisi oleh paman. Aku bergidik ngeri. Saking takutnya, aku sampai kencing di celana. Aku benar-benar ketakutan, ini terasa seperti nyata.

“Jangan Bud, kumohon jangan," wanita itu memohon pada paman. Bukannya kasihan, paman malah menghabisi wanita itu sampai terbujur lemah. Aku hanya bisa diam menangis, aku yakin ini hanya mimpi. Orang sebaik paman tidak mungkin sejahat ini. Aku ingin cepat-cepat bangun dari tidurku.

Paman berteriak dan mulai membenturkan kepalanya ke tembok dengan keras. Aku panik, walau kutahu ini hanya mimpi namun aku berlari menghampiri paman dan berusaha untuk menahannya. Namun nihil, paman bersikap acuh seakan dia tidak melihatku. Aku hanya bisa menangis dan berteriak mengucapkan kata, "hentikan!" berulang kali. Akhirnya, paman berhenti. Dia duduk melihat semua yang telah dia perbuat. Dia berdiri, dan membawa jasad pria dan wanita tersebut secara bergantian ke halaman rumah. Dia mulai memasukan jasad pria dan wanita itu ke koper. Dia terdiam sejenak sebelum mulai mengambil alat bangunan. Aku sangat terkejut, paman memakai alat bangunan untuk membuat kursi dari tembok. Di dalam tembok itulah paman menyembunyikan jasad pria dan wanita itu. Yang lebih mengejutkannya lagi, tembok itu adalah tembok yang kugunakan untuk berduduk santai di dekat kolam. Aku mulai tidak yakin bahwa ini hanya mimpi.

Aku tersadar, tidak, ini hanya mimpi buruk. Aku melihat sebuah pisau dan kucoba untuk melukai tanganku. Berdarah. Aku harap ini bisa membuktikan bahwa ini bukan mimpi.

Aku terbangun dari tidur ku dengan nafas yang tidak beraturan. Aku melihat tanganku yang berdarah. Benar, ini bukan mimpi. Tanganku terluka dan masih meneteskan darah. Aku mulai berpikir apa yang harus aku lakukan. Tanpa pikir panjang, aku membawa jaket dan mulai mengendarai mobil ku di tengah gelapnya malam untuk ke kantor polisi. Tentu aku tidak mungkin ke kantor polisi dengan cerita konyolku. Mereka pasti tidak akan percaya. Dan akhirnya aku membawa kotak hitam itu sebagai bukti. Aku akan menceritakan semuanya walau pasti mereka tidak akan percaya. Aku akan menyerahkan kursi tembok itu pada polisi. Karena itu, aku menjadi tidak fokus. Sebuah mobil truk yang sedang melaju dengan kencang menghantam mobilku.

Aku terbangun di rumah sakit. Paman tertidur di sampingku sambil memegang tanganku. Aku coba untuk duduk, dan paman mulai terbangun dari tidurnya. Paman hanya menatap ku dalam. Dia tidak melontarkan sepatah kata pun. Dengan hati yang masih kecewa, aku lebih memilih menatap ke bawah dibandingkan harus menatap mata paman.

“Adit, sebenarnya kamu anak paman,” ucap paman sembari terisak. Aku terkejut, menatap paman tanpa sepatah kata pun.

“Kamu sebenarnya anak paman, Adit. Sekarang kamu harus transfuse darah. Darah kamu dan paman cocok.”

Aku menangis. Ternyata paman yang selalu kupuja ialah ayah sekaligus pembunuh yang sangat jahat. Aku menepis tangan paman yang memegang tanganku. Aku merasa dibohongi selama ini. Aku merasa sangat kecewa pada paman. Aku sangat tidak mengerti dengan takdir, mengapa bisa serumit ini.

Tujuh tahun sudah kulewati. Kini aku sudah menjalani hidup sendiri tanpa bantuan paman. Paman sudah dipenjara. Paman seperti sudah tahu hal ini akan terjadi. Dia hanya tersenyum dan mengaku bahwa ia telah melakukan semua kejahatan itu.

Menjalani hidup tanpa paman tidak mudah. Aku harus mencari pekerjaan sendiri untuk membiayai hidup ku, terlebih saat itu aku masih menjadi seorang siswa. Perasaan bersalah selalu menghantui diriku. Aku terkadang menyesal telah melapor ke polisi. Paman mengaku dia mengurusku dari bayi karena dia merasa bersalah dan ingin menebus kesalahannya.

Setelah sekian lama menghilang, wanita dalam mimpi, yang ternyata ibuku, berkunjung ke mimpiku. Dia hanya tersenyum, lalu mengucapkan terimakasih sembari mengusap kepalaku, lalu menghilang. Setelah itu, aku tidak pernah melihat ibu menampakkan diri.***

PELANGI YANG BERBEDA

Edit Posted by with No comments

Nayla Ameera

9D


Aldara, dan Clarissa adalah saudara kembar. Meski bukan kembar identik, namun Aldara adalah selalu dibanding-bandingkan dengan saudara kembarnya. Kekurangannya yang selalu dianggap remeh oleh sebagian orang, terkadang membuatnya ingin menyerah dengan keadaan. Berbeda jauh dengan Clarissa, seorang gadis yang dikenal nyaris sempurna, entah itu dari segi fisik, kepintaran dan lainnya.

Aldara selalu merasa bahwa dirinya sungguh tidak berarti. Ia hanya seperti tokoh yang seharusnya tidak ada. Hingga suatu hari, Aldara benar-benar sudah lelah atas segala yang menimpanya di sekolah. Ia berlari menuju kamar dan menangis tanpa suara. Aldara menangis lama sekali hingga tertidur pulas.

Di alam bawah sadarnya, ia tengah menangis di tengah hamparan putih tanpa ujung. Tak berselang lama, seseorang berusaha menghampirinya. Awalnya Aldara tak sadar siapa orang itu. Namun, ketika semakin dekat, ia mulai menyadari bahwa orang tersebut adalah neneknya yang telah lama tiada. Aldara lantas berlari dan memeluk sang nenek. Neneknya membalas pelukan itu. Beberapa saat kemudian, sang nenek baru menyadari bahwa cucunya baru saja menangis.

“Cucuku, mengapa kau menangis?” tanya nenek sembari menghapus air mata Aldara.

Aldara menceritakan segala kegundahan hatinya, rasa sakit yang selama ini ia tahan sendiri. Setelah mendengar keluh kesah Aldara, nenek tersenyum dan mengusap rambut Aldara. Tiba-tiba saja pelangi muncul di antara mereka berdua.

“Lihatlah pelangi itu, cantik bukan?” tanya nenek.

Aldara mengangguk.

“Aldara, pelangi adalah salah satu objek yang dicintai banyak orang karena keindahan warnanya yang berjajar rapi. Namun bisakah kamu bayangkan jika pelangi itu kehilangan salah satu warnanya, atau bahkan lebih? Mungkin akan banyak sekali orang yang bisa saja hilang ketertarikannya pada pelangi itu. Hanya beberapa saja orang yang akan bertahan dengan ketertarikannya. Pelanginya memang masih indah, namun ia kehilangan kesempurnaannya. Tapi, ingatlah Aldara, pelangi tak menampakan seluruh warna yang ada, ia hanya menampakan 7 warna saja. Jika pelangi yang kehilangan warnanya ada kemauan untuk berubah, maka ia bisa saja mencari warna lain untuk melengkapinya dan menjadi pelangi yang berbeda namun masih memiliki keindahan yang sangat menawan. Jadilah pelangi itu Aldara, pelangi yang berbeda namun memiliki daya tarik tersendiri. Di dunia ini, tidak semua orang menyukaimu namun juga tidak semua orang membencimu. Kamu tidak harus terobsesi untuk sempurna di mata semua orang karena  hal itu hanya akan sangat melelahkan dan tiada akhirnya. Jadilah versi terbaik dari dirimu, ya?” Nenek berbicara panjang lebar untuk menyemangati cucunya.

Aldara mengangguk, air matanya kembali jatuh membasahi pipi sendunya. Ia lalu memeluk nenek dengan erat. Namun, sang nenek perlahan menghilang. Tak lama, Aldara terbangun dari tidurnya. Saat itu juga, rasa sakit yang selama ini menyelimuti dirinya tiba-tiba berubah menjadi sebuah kepercayaan diri, bahwa semua yang ia miliki sekarang adalah sebuah keistimewaan yang tak semua orang miliki.

Inilah Aldara sekarang, ia telah menjadi “pelangi yang berbeda.”***

PEMILU OSIS SMPN 1 MALANGBONG

Edit Posted by with No comments

 Ulfa Renita

9G

Pemilihan Ketua OSIS SMP Negeri 1 Malangbong masa bakti 2024-2025 dilaksanakan pada Senin, tanggal 4 Maret 2024 di lapangan SMP Negeri 1 Malangbong. Sistem pemilihan ketua OSIS SMP Negeri 1 Malangbong adalah pemungutan suara dari siswa/i serta para guru yang dilakukan secara LUBER JURDIL (Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur, dan Adil.)

Pencoblosan dimulai pada pukul 08.15, setelah upacara bendera. Ada dua kandidat yang mencalonkan, yaitu kandidat nomor 01 M. Yusuf Baihaqi bersama Qiana Nadila Gertine, dan kandidat nomor 02 Azka Chaerunnisa Sawaludin Nugraha.

"Jika saya terpilih menjadi ketua OSIS masa bakti 2024-2025, saya akan menjalankan program 4 sehat 5 sempurna, senam bersama dan mengadakan lomba-lomba untuk mencari potensi siswa/i SMP Negeri 1 Malangbong untuk mengharumkan nama sekolah," ujar Azka Chaerunnisa calon ketua OSIS kandidat nomor 02.

Pencoblosan berlangsung dengan sangat baik, dan berlangsung dengan cepat. Penghitungan suara pun dilaksanakan saat jam 11.00 yang dihitung oleh panitia dan disaksikan oleh seluruh siswa. Hasil dari penghitungan suara tersebut, 98 suara tidak sah, 97 suara kandidat nomor 02, dan 783 suara diraih oleh kandidat nomor 01. Dari hasil pemungutan suara, ketua OSIS masa bakti 2024-2025 ialah Yusuf Baihaqi dan Qiana Nadila Gertine.

"Saya merasa senang serta bangga karena saya bisa menjadi ketua OSIA SMP Negeri 1 Malangbong, dan bisa menjalankan program-program yang akan saya kembangkan," ujar Yusuf Baihaqi calon Ketua OSIS kandidat nomor 01.

Selain itu, pencoblosan ini memberikan pengalaman bagi siswa-siswi SMP Negeri 1 Malangbong untuk menumbuhkan karakter warga negara yang baik, rasa bertanggungjawab, dan jujur.

"Saya berharap, kedua kandidat dapat membawa perubahan kearah yang lebih baik dan bisa menggali potensi siswa/i lebih jauh lagi," ujar Yusuf Habiburrahman selaku ketua OSIS masa bakti 2023-2024.***


Debat Calon Ketua dan Wakil Ketua OSIS

Edit Posted by with No comments

 


 

SMPN 1 Malangbong mengadakan debat kandidat calon ketua OSIS dan wakil ketua OSIS pada hari Jum'at, 1 Maret 2024. Terdapat dua calon, yakni Muhammad Yusuf Baihaqi dengan Qiana Nadila Gertine sebagai paslon nomor urut 01 dan Azka Chaerunnissa bersama Sawaludin Nugraha sebagai paslon nomor urut 02. Bagi sebagian siswa mungkin masih bertanya-tanya mengapa harus diadakan debat sebelum pemilihan.

Asri Fajriani 9D

Wahyu Pratama Dikva, panitia pemilihan Ketua dan Wakil Ketua OSIS, mengatakan pemahamannya dari tujuan diadakan debat.

"Agar para siswa/i dapat mengetahui siapa saja calon Ketua & Wakil Ketua OSIS, sehingga mereka bisa memilih siapa yang pantas menjadi Ketua dan Wakil  Ketua OSIS," ungkapnya.

Para calon mempunyai visi dan misi yang luar biasa. Pada hakikatnya, kedua pasangan calon mempunyai visi dan misi untuk memajukan SMPN 1 Malangbong.

Mereka pun mempunyai slogan yang luar biasa yaitu muda adalah waktunya untuk berkarya (paslon nomor urut 01) dan siap mengajak setiap siswa menjadi pelopor perubahan menuju kesuksesan (paslon nomor urut 02.)

Lantas, siapakah yang akan terpilih menjadi Ketua dan Wakil Ketua OSIS SMPN 1 Malangbong? Mari kita nantikan jawabannya dan kita sukseskan perhelatan besar ini yang akan diselenggarakan pada hari Senin tanggal 4 Maret 2024 mendatang. Diharapkan, semua warga SMPN 1 Malangbong dapat memakai hak pilihnya untuk menentukan siapa yang akan menjadi Ketua dan Wakil Ketua OSIS.

Semangat untuk para pasangan calon, baik bagi paslon nomor urut 01 maupun paslon nomor urut 02. Semoga seluruh warga SMPN 1 Malangbong bisa memilih yang terbaik dari yang terbaik. Dan siapapun yang terpilih, semoga bisa memberikan perubahan yang lebih baik lagi bagi SMPN 1 Malangbong.