Nayla Ameera
9D
Aldara, dan Clarissa adalah saudara kembar. Meski bukan kembar identik, namun Aldara adalah selalu dibanding-bandingkan dengan saudara kembarnya. Kekurangannya yang selalu dianggap remeh oleh sebagian orang, terkadang membuatnya ingin menyerah dengan keadaan. Berbeda jauh dengan Clarissa, seorang gadis yang dikenal nyaris sempurna, entah itu dari segi fisik, kepintaran dan lainnya.
Aldara selalu merasa bahwa dirinya sungguh tidak
berarti. Ia hanya seperti tokoh yang seharusnya tidak ada. Hingga suatu hari,
Aldara benar-benar sudah lelah atas segala yang menimpanya di sekolah. Ia
berlari menuju kamar dan menangis tanpa suara. Aldara menangis lama sekali
hingga tertidur pulas.
Di alam bawah sadarnya, ia tengah menangis di tengah
hamparan putih tanpa ujung. Tak berselang lama, seseorang berusaha
menghampirinya. Awalnya Aldara tak sadar siapa orang itu. Namun, ketika semakin
dekat, ia mulai menyadari bahwa orang tersebut adalah neneknya yang telah lama
tiada. Aldara lantas berlari dan memeluk sang nenek. Neneknya membalas pelukan
itu. Beberapa saat kemudian, sang nenek baru menyadari bahwa cucunya baru saja
menangis.
“Cucuku, mengapa kau menangis?” tanya nenek sembari
menghapus air mata Aldara.
Aldara menceritakan segala kegundahan hatinya, rasa
sakit yang selama ini ia tahan sendiri. Setelah mendengar keluh kesah Aldara,
nenek tersenyum dan mengusap rambut Aldara. Tiba-tiba saja pelangi muncul di
antara mereka berdua.
“Lihatlah pelangi itu, cantik bukan?” tanya nenek.
Aldara
mengangguk.
“Aldara, pelangi adalah salah satu objek yang dicintai
banyak orang karena keindahan warnanya yang berjajar rapi. Namun bisakah kamu
bayangkan jika pelangi itu kehilangan salah satu warnanya, atau bahkan lebih?
Mungkin akan banyak sekali orang yang bisa saja hilang ketertarikannya pada
pelangi itu. Hanya beberapa saja orang yang akan bertahan dengan
ketertarikannya. Pelanginya memang masih indah, namun ia kehilangan
kesempurnaannya. Tapi, ingatlah Aldara, pelangi tak menampakan seluruh warna
yang ada, ia hanya menampakan 7 warna saja. Jika pelangi yang kehilangan
warnanya ada kemauan untuk berubah, maka ia bisa saja mencari warna lain untuk
melengkapinya dan menjadi pelangi yang berbeda namun masih memiliki keindahan
yang sangat menawan. Jadilah pelangi itu Aldara, pelangi yang berbeda namun
memiliki daya tarik tersendiri. Di dunia ini, tidak semua orang menyukaimu
namun juga tidak semua orang membencimu. Kamu tidak harus terobsesi untuk
sempurna di mata semua orang karena hal
itu hanya akan sangat melelahkan dan tiada akhirnya. Jadilah versi terbaik dari
dirimu, ya?” Nenek berbicara panjang lebar untuk menyemangati cucunya.
Aldara mengangguk, air matanya kembali jatuh membasahi
pipi sendunya. Ia lalu memeluk nenek dengan erat. Namun, sang nenek perlahan
menghilang. Tak lama, Aldara terbangun dari tidurnya. Saat itu juga, rasa sakit
yang selama ini menyelimuti dirinya tiba-tiba berubah menjadi sebuah
kepercayaan diri, bahwa semua yang ia miliki sekarang adalah sebuah
keistimewaan yang tak semua orang miliki.
Inilah Aldara sekarang, ia telah menjadi “pelangi yang
berbeda.”***
0 comments:
Post a Comment