M. FARID RUBIANSYAH
8E
Di
sebuah negeri nun jauh di sana, dua orang menapakkan kakinya. Mereka berdua adalah
penjelajah kedua setelah orang lokal di sana benar benar meninggali tanah tak
bertuan itu. Mereka bernama Joe dan “soldier” nya, Emmy. Mereka datang untuk
berpetualang ke negeri tersebut untuk menyelesaikan daftar yang ingin mereka
lakukan ketika masih hidup, yaitu melawan para monster.
“Akhirnya
kita sampai juga," ucap Emmy dengan nafas lega. Joe melihat sekelilingnya
dan melihat bahwa mereka dikelilingi bentang alam yang begitu luas, mulai dari
pegunungan, sungai, hingga hutan.
“Iya…,
ayo Emmy, kita habisi semua monster yang ada di sini," ucap Joe dengan
sangat tidak sabar.
“Tenanglah
Joe. Kita baru saja sampai. Lihatlah, bahkan kita tidak membawa apa-apa ke
sini, setidaknya kita bangun dulu rumah kita dengan kayu dan batu." Emmy
menanggapi pernyataan sahabatnya yang tidak sabaran itu.
Singkat
cerita. Pertama tama yang mereka lakukan adalah memburu hewan liar untuk
makanan, membuat peralatan sederhana dari kayu dan batu. Mereka menambang bijih
besi untuk di buat senjata, menebang banyak pohon, dan memulai konstruksi
rumah.
Ketika
pemasangan pintu untuk bagian depan rumah mereka. Datanglah seorang warga lokal
ingin bertemu dengan Joe. Ia berkata ‘’Aku ingin berbagi kebahagiaan dengan
kalian!’’.
"Hai
Emmy, lihatlah ada orang aneh berhidung besar ingin berbagi kebahagiaan dengan
kita!," ucap Joe dengan tidak sopan.
‘’Oh,
biarkan saja dia. Dia hanya ingin bermain main dengan kita. Lebih baik
selesaikan saja pemasangan pintunya agar tidak keburu malam!’’, jawab Emmy. Ia nampak
ingin segera membereskan rumahnya.
‘’Baiklah,
selamat tinggal, orang aneh," ucap Joe. Kemudian, ia menutup pintunya dan
membiarkan orang dari desa itu sendirian di luar dengan perasaan kecewa berat.
‘’Ah,
lihatlah itu, sangat luar biasa," ucap Joe dengan penuh rasa bangga
melihat rumahnya yang hanya terbuat dari kayu dan batu. Waktu pun larut menjadi
malam dan mereka menyalakan api unggun untuk sekadar menghangatkan badan dan
memasak makanan.
‘’Lalu,
apa yang sekarang kita akan lakukan?," tanya Joe.
“Yah…,
kita akan menunggu hingga pagi menjelang," jawab Emmy.
“Apa…?. Duduk memandangi perapian
semalaman?. Itu tidak
seru!. Harusnya kita melawan monster-monster di luar sana. Mereka sudah
menunggu kita sedari tadi," keluh Joe.
“Oh
jangan Joe. Mereka itu banyak dan kita hanya berdua. Kita jangan gegabah, ikuti
saranku supaya kita selamat," terdengar Emmy memberi saran.
Namun,
Joe tidak mempedulikan saran Emmy. Ia
tetap keluar saking tidak sabarnya. Akhirnya, yang ia tunggu-tunggu pun datang juga. Para monster datang,
Joe berduel dengan para monster monster itu. Ada zombie hingga tengkorak. Joe
melawan dengan sekuat tenaga. Namun karena jumlah monster-monster itu terlalu
banyak, ia pun memutuskan untuk kembali.
“Baiklah,
aku mendengarkan," ucap Joe dengan nafas tersengal-sengal karena dikejar
segerombolan mahkluk tak hidup dan tak mati itu.
“Bagus!
Kau baru saja memancing makhluk-makhluk itu datang ke sini dan meneror rumah kita
semalam suntuk," jawab Emmy dengan nada kesal.
Sementara
itu, para mahkluk-mahkluk di luar sana mencoba mendobrak pintu yang dibuat oleh
Joe. Pada akhirnya, pintu pun rusak. Segerombolan mahkluk itu menyerbu rumah
milik Joe dan Emmy. Emmy mencoba melawan mereka dengan menembakkan beberapa
anak panah. Namun, Joe malah mengurung dirinya di sudut ruangan.
“Ayolah
Joe. Bantu aku cepat!," paksa Emmy karena ia sudah mulai terdesak.
‘’Baiklah,"
ucap Joe. Ia melemparkan pedang besinya pada salah satu mahkluk itu, namun,
mahkluk itu terlihat tambah marah.
Sementara
itu, fajar mulai menyongsong. Memperlihatkan matahari yang bersinar cerah di
ufuk timur.
Joe
merasa silau dan menutup matanya. Ia pun menggerutu ‘’Oh, terang sekali, aku tidak bisa melihat". Melihat
kesempatan itu, Emmy mendesak Joe agar menghancurkan tembok rumah mereka.
‘’Cepat,
Joe. Hancurkan sisi tembok yang menghadap ke arah matahari," desak Emmy.
Tanpa
pikir panjang, Joe pun menghancurkan sisi tembok yang menghadap ke arah
matahari terbit itu. Para
mahkluk itu pun berhenti menyerang dan mulai merasa terbakar. Mereka berlarian
mondar mandir karena kepanasan sebelum akhirnya menghilang.
“Kerja
bagus Joe. Kau segera menghancurkan tembok itu meskipun kau merasa silau karena
cahaya mataharinya. Kau puas melawan monster di sini," ujar Emmy.
“Ya,
kau juga. Tapi sebelumnya maafkan aku karena tidak mau mengikuti saranmu. Tapi
jujur, aku puas sejauh ini," jawab Joe sambil tertawa kecil.
“Sudahlah. Kita bereskan yang harus
kita bereskan," ucap Emmy.
Bersambung
0 comments:
Post a Comment