29 September 2023

HYDRA

Edit Posted by with No comments

 Asri Fajriani

Kelas 9D



Tahukah kalian dengan legenda Hydra, si monster naga berkepala 9? Tentu saja.

Kalian pasti pernah mendengar cerita tentang naga atau ular berkepala 9 yang jika salah satu kepalanya dipotong, dia tidak akan mati. Namun kepalanya justru bertambah.

Hydra, atau dengan nama latin Hydra Vulgaris adalah genus dari hewan air tawar yang sangat kecil. Dalam kingdom animalia, Hydra dikenal sebagai hewan invertebrata.

Hydra berkembang biak dengan cara tunas (aseksual), yaitu penonjolan yang terdapat pada bagian tubuh induknya yang beberapa lama kemudian akan lepas. Sehingga, terbentuklah individu baru.

Selain dengan cara aseksual, Hydra juga berkembang biak secara seksual. Yakni, dengan cara melepaskan sel sperma oleh Hydra jantan melalui gonad jantan. Sel sperma kemudian akan diterima oleh ovarium Hydra betina yang lalu melepaskan sel telur. Namun, ketika pelepasan sel telur ini berlangsung, secara bersamaan Hydra betina akan mati.

Berbeda dengan Hydra yang ada di film-film, Hydra Vulgaris ini tidak dapat menyakiti manusia. Besarnya juga hanya sekitar 10 milimeter. Sangat kecil bukan?

Namun, tahukah kamu? Makhluk kecil ini, berpotensi dapat hidup abadi. Hydra dapat melakukan regenerasi sel tanpa batas. Misalnya, ketika ada salah satu sel yang mati, Hydra dapat membuatnya kembali. Karena itulah, Hydra tidak pernah menjadi tua. Mereka juga dapat memulihkan bagian tubuh manapun yang rusak.

Sejauh ini, dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab kematian Hydra hanya karena predator, penyakit, serta ketika proses pelepasan sel telur pada Hydra betina.

Tapi tanpa 3 hal itu, Hydra dipercaya dapat hidup untuk waktu yang sangat lama.***

 

Daftar pustaka :

Somnivera, Pepaver, 2022. "Hydra,hewan yang menentang konsep penuaan" , YouTube, 28 Juli 2022, dilihat pada 17 Maret 2023.

https://youtube.com/shorts/oYM_IxViwF8?feature=share

Daftar link:

Hydra ( genus ). (t.t.). dalam Wikipedia diakses pada 18 Maret 2023 dari https://id.m.wikipedia.org/wiki/Hydra_(genus)

Watry, Greg. 2018 . "Hydra and the Quest to Understand Immortality". Biologi.Ucdavis.Edu., 4 Januari 2018. dilihat pada 17 Maret 2023. https://biology.ucdavis.edu/news/hydra-and-quest-understand-immortality


Ren yang Keras Kepala

Edit Posted by with No comments

Ulfa Renita

Kelas 9 G


Pada siang hari yang sangat panas, dipinggir hutan hiduplah sekumpulan keluarga kelinci. Diantaranya, Tri si ibu kelinci, Pen si sulung, Ren si anak tengah, dan Sen si bungsu.

"Hhh..hhh..hhh." Ren terengah-engah dan beristirahat sejenak.

"Teman-teman, bagaimana jika kita bermain di sana?" Ren menunjuk ke dalam hutan.

"Bagaimana jika Ibu tidak mengizinkan kita ke sana? Kan pesan ibu jangan bermain ke hutan. Lebih baik pulang dan izin terlebih dahulu kepada Ibu," jawab Pen si sulung dengan bijak.

"Aahh tidak perlu. Ibu tidak akan mengizinkan kita. Ayolah, saudaraku," ucap Ren memohon pada Pen.

"Ayolahh, di sini panas," sahut Sen setuju dengan ajakan Ren.

Sesampainya di hutan, mereka bermain dengan sangat gembira. Tetapi, Pen dan Ren asik bermain berdua. Sen meminta untuk pulang terlebih dahulu, tetapi kedua kakanya tidak menghiraukan Sen dan tetap asyik bermain. Akhirnya Sen berinisiatif untuk pulang sendiri dan meninggalkan kedua kakaknya di hutan.

"Hahahahaha!" Ren tertawa sangat keras.

"Eh, di mana Sen?" Ren tidak melihat Sen, lalu ia bertanya pada Pen.

"Loh? Dimana dia?" Pen menjawab pertanyaan Ren dengan bingung.

"Jangan-jangan, Sen bermain sendiri dan tersesat?" ujar Pen dengan panik.

"Bagaimana ini? Ibu bisa marah dan kita akan kena hukumannya!" sahut Ren tak kalah panik.

Mereka berlarian mencari Sen di hutan. Akan tetapi, usaha mereka sia-sia. Mereka pun pulang dan akan memberi tahukan pada ibu bahwa Sen sudah tidak bersama mereka lagi.

"Ibu!" teriak Ren dan Pen.

"Kenapa anak-anak?" tanya ibu

"Sen di mana?" tanya Ibu saat tidak melihat anak terakhirnya.

" Sen menghilang," ucap Pen terbata-bata.

"Apa?" teriak Ibu.

"Kami bermain di hutan. Tiba-tiba Sen menghilang begitu saja," Ren ikut menjelaskan.

"Kan Ibu pernah bilang, jangan bermain di dalam hutan. Ibu melarang kalian untuk kebaikan kalian sendiri!"ujar Ibu.

"Ayo ikut ibu, mari kita cari Sen bersama sebelum matahari terbenam,” ujar ibu.

 

"Sen!!" teriak Ibu, Pen, dan Ren. Matahari akan segera terbenam. Akan tetapi, Sen belum juga ditemukan. Ibu sangat putus asa.

"Anak-anak, bagaimana ini? Sen belum di temukan. Sekarang matahari akan segera terbenam." Ibu terlihat sedih.

"Ini semua salahmu, Ren! Kamu yang pertama kali ingin pergi ke hutan. Aku sudah melarang tapi kamu tetap memaksa!" Ren hanya terdiam saat mendengar ucapan Pen. Ia sangat merasa bersalah.

"Ini bukan sepenuhnya salahku! Jika kamu bersikeras melarangku, kita tidak akan pergi ke sana!" kilah Ren.

"Apa maksudmu? Aku sudah ku peringatkan, namun kamu tetap memaksa aku dan Sen!" ucap Pen. Mereka terus berselisih sepanjang jalan.

Setelah keluar dari dalam hutan. Ibu segera membukakan pintu. Tiba-tiba, Sen memeluk ibu.

"Ibu dari mana saja? Aku takut sendirian di rumah."

"Seharusnya ibu yang bertanya, Sen dari mana saja? Ibu sangat khawatir padamu," Ibu berbicara sambil menahan tangisnya.

Ren dan Pen sangat gembira melihat Sen baik-baik saja.

"Ibu, kami minta maaf sudah lalai menjaga Sen, kami janji tidak akan mengulangi nya kembali," ucap Pen dan Ren.

"Sudah, tidak apa-apa, ibu memaafkan kalian. Tetapi, jangan sekali lagi melalaikan larangan Ibu, ya? Ini peringatan terakhir. Jika kalian tetap melanggarnya, Ibu tidak akan membantu." Ibu mengambil nafas sejenak dan berkata.

"Sen ceritakan, mengapa kau bisa menghilang tadi?" Ibu bertanya dengan lembut pada Sen.

"Saat bermain, aku ingin pulang karena merasa bosan dengan Pen dan Ren yang asik main berdua. Aku mengajak Sen dan Ren pulang, tetapi mereka tidak menghiraukanku. Akhirnya, aku pulang sendiri. Karena tidak tahu arah pulang ke rumah, aku tersesat di dalam hutan. Beruntungnya, seorang penyihir kucing datang dan membantuku keluar hutan dan mengantarku pulang ke rumah ini. Ia ialah penyihir yang baik." Sen tersenyum mengingat bagaimana baiknya sang penyihir tersebut.

"Itu sebabnya Ibu melarang kalian bermain di hutan.  Sekarang kalian mandi dan istirahat, ya." Ibu berkata dengan sangat lembut.

"Baik, Bu!" sahut Pen, Ren, dan Sen secara bersamaan.

***

Yolo (Kisah Dua Orang Pengembara Di Negeri Antah Berantah) (Bagian 1)

Edit Posted by with No comments

 M. FARID RUBIANSYAH

8E


                Di sebuah negeri nun jauh di sana, dua orang menapakkan kakinya. Mereka berdua adalah penjelajah kedua setelah orang lokal di sana benar benar meninggali tanah tak bertuan itu. Mereka bernama Joe dan “soldier” nya, Emmy. Mereka datang untuk berpetualang ke negeri tersebut untuk menyelesaikan daftar yang ingin mereka lakukan ketika masih hidup, yaitu melawan para monster.         

                “Akhirnya kita sampai juga," ucap Emmy dengan nafas lega. Joe melihat sekelilingnya dan melihat bahwa mereka dikelilingi bentang alam yang begitu luas, mulai dari pegunungan, sungai, hingga hutan.

                “Iya…, ayo Emmy, kita habisi semua monster yang ada di sini," ucap Joe dengan sangat tidak sabar.

                “Tenanglah Joe. Kita baru saja sampai. Lihatlah, bahkan kita tidak membawa apa-apa ke sini, setidaknya kita bangun dulu rumah kita dengan kayu dan batu." Emmy menanggapi pernyataan sahabatnya yang tidak sabaran itu.

                Singkat cerita. Pertama tama yang mereka lakukan adalah memburu hewan liar untuk makanan, membuat peralatan sederhana dari kayu dan batu. Mereka menambang bijih besi untuk di buat senjata, menebang banyak pohon, dan memulai konstruksi rumah.

                Ketika pemasangan pintu untuk bagian depan rumah mereka. Datanglah seorang warga lokal ingin bertemu dengan Joe. Ia berkata ‘’Aku ingin berbagi kebahagiaan dengan kalian!’’.

                "Hai Emmy, lihatlah ada orang aneh berhidung besar ingin berbagi kebahagiaan dengan kita!," ucap Joe dengan tidak sopan.

                ‘’Oh, biarkan saja dia. Dia hanya ingin bermain main dengan kita. Lebih baik selesaikan saja pemasangan pintunya agar tidak keburu malam!’’, jawab Emmy. Ia nampak ingin segera membereskan rumahnya.

                ‘’Baiklah, selamat tinggal, orang aneh," ucap Joe. Kemudian, ia menutup pintunya dan membiarkan orang dari desa itu sendirian di luar dengan perasaan kecewa berat.

                ‘’Ah, lihatlah itu, sangat luar biasa," ucap Joe dengan penuh rasa bangga melihat rumahnya yang hanya terbuat dari kayu dan batu. Waktu pun larut menjadi malam dan mereka menyalakan api unggun untuk sekadar menghangatkan badan dan memasak makanan.

                ‘’Lalu, apa yang sekarang kita akan lakukan?," tanya Joe.

                “Yah…, kita akan menunggu hingga pagi menjelang," jawab Emmy.

                “Apa…?. Duduk memandangi perapian semalaman?. Itu tidak seru!. Harusnya kita melawan monster-monster di luar sana. Mereka sudah menunggu kita sedari tadi," keluh Joe.

                “Oh jangan Joe. Mereka itu banyak dan kita hanya berdua. Kita jangan gegabah, ikuti saranku supaya kita selamat," terdengar Emmy memberi saran.

                Namun,  Joe tidak mempedulikan saran Emmy. Ia tetap keluar saking tidak sabarnya. Akhirnya, yang ia tunggu-tunggu pun datang juga. Para monster datang, Joe berduel dengan para monster monster itu. Ada zombie hingga tengkorak. Joe melawan dengan sekuat tenaga. Namun karena jumlah monster-monster itu terlalu banyak, ia pun memutuskan untuk kembali.

                “Baiklah, aku mendengarkan," ucap Joe dengan nafas tersengal-sengal karena dikejar segerombolan mahkluk tak hidup dan tak mati itu.

                “Bagus! Kau baru saja memancing makhluk-makhluk itu datang ke sini dan meneror rumah kita semalam suntuk," jawab Emmy dengan nada kesal.

                Sementara itu, para mahkluk-mahkluk di luar sana mencoba mendobrak pintu yang dibuat oleh Joe. Pada akhirnya, pintu pun rusak. Segerombolan mahkluk itu menyerbu rumah milik Joe dan Emmy. Emmy mencoba melawan mereka dengan menembakkan beberapa anak panah. Namun, Joe malah mengurung dirinya di sudut ruangan.

                “Ayolah Joe. Bantu aku cepat!," paksa Emmy karena ia sudah mulai terdesak.

                ‘’Baiklah," ucap Joe. Ia melemparkan pedang besinya pada salah satu mahkluk itu, namun, mahkluk itu terlihat tambah marah.

                Sementara itu, fajar mulai menyongsong. Memperlihatkan matahari yang bersinar cerah di ufuk timur.

                Joe merasa silau dan menutup matanya. Ia pun menggerutu ‘’Oh, terang sekali, aku tidak bisa melihat". Melihat kesempatan itu, Emmy mendesak Joe agar menghancurkan tembok rumah mereka.

                ‘’Cepat, Joe. Hancurkan sisi tembok yang menghadap ke arah matahari," desak Emmy.

                Tanpa pikir panjang, Joe pun menghancurkan sisi tembok yang menghadap ke arah matahari terbit itu. Para mahkluk itu pun berhenti menyerang dan mulai merasa terbakar. Mereka berlarian mondar mandir karena kepanasan sebelum akhirnya menghilang.

                “Kerja bagus Joe. Kau segera menghancurkan tembok itu meskipun kau merasa silau karena cahaya mataharinya. Kau puas melawan monster di sini," ujar Emmy.

                “Ya, kau juga. Tapi sebelumnya maafkan aku karena tidak mau mengikuti saranmu. Tapi jujur, aku puas sejauh ini," jawab Joe sambil tertawa kecil.

                “Sudahlah. Kita bereskan yang harus kita bereskan," ucap Emmy.

Bersambung

Rasa yang Terpendam

Edit Posted by with No comments

 Putri Nuraini

9C

Saat aku masih kecil, aku pernah mengunjungi rumah Rafel bersama orang tuaku. Rafael adalah kerabatku. Setelah aku remaja, aku merasa ada sesuatu hal yang kurasakan padanya. Aku menyukainya. Tapi aku kecewa saat mendengar Rafel sudah memiliki pasangan. Aku sangat sedih dan aku mencoba melupakannya.

Suatu hari saat aku sedang berjalan-jalan bersama keluargaku, Rafel menghampiri.

                "Mika, fotbar, yu," kata Rafael.

                "Eh, engga ah," ujarku.

                "Ayolah, Mika,” Rafel memaksa.

                 "Ya udah deh. Ayo," ujarku.

 

Lalu kami foto bareng. Dalam hati, aku berteriak, "Kyaaaa!! Gak nyangka aku, bisa fotbar bersama orang yang aku suka.” Tetapi, kesenangan itu tidak berlangsung lama saat aku ingat dia sudah memiliki pacar.

Suatu hari saat aku sedang berjalan, seorang perempuan datang menghampiriku. Dia terlihat begitu kesal.

 "PLAKKK!!" Sebuah tamparan mendarat di pipiku.

                 "Kenapa kamu menamparku? Aku salah apa? Kita kan gak kenal!!" Aku kaget campur marah.

Dia pun berteriak, "Dasar kamu gak tahu diri perusak hubungan orang!”

Aku masih kebingungan saat kemudian ia mengeluarkan sesuatu. Ia menunjukkan sebuah foto di handphone-nya. Ternyata, itu foto aku dan Rafel.

"Ini apa? Ini kamu kan yang ada di foto ini? Berani banget kamu foto sama pacar aku!"  teriaknya.

"Ini salah faham," jawabku.

" Salah faham apanya?" dia pun bertanya

"Rafel itu saudaraku. Kami hanya fotbar. Jadi kayaknya kamu salah faham," jawabku.

                Tiba-tiba Rafael datang.

               "Loh Fany, kok kamu ada di sini?" tanya Rafel

"Rafell apa benar cewek ini sodaramu?" tanya Fany.

"Iya dia saudaraku. Memangnya kenapa?" jawab Rafael.

"Kalo begitu, aku salah faham," ujar Fany. Kemudian iameminta maaf padaku.

 

Aku dan Fany kemudian berteman. Hubungan Fany dan Rafel pun baik baik saja. Sedangkan aku harus menyembunyikan perasaanku pada Rafael. Aku tidak mau hubungan Fany dan Rafel rusak. Jadi, aku harus tetap memendam perasaan ini. ***

RINDU AYAH

Edit Posted by with No comments

RIKA ANGGRAENI 

9C


Ayah,

Aku sangat merindukanmu

Berharap kau bisa datang kembali ke duniaku

Rintih tangisanku setiap mengingatmu

Kau adalah penyemangatku

 

Ayah,

Aku rindu senyumanmu

Aku rindu tawa candamu

Aku rindu kasih sayangmu

 

Ayah,

Di setiap malam

Aku mendoakanmu

Disertai tetesan air mata

Aku berdoa semoga kau bahagia di surga

 

PERPISAHAN

Edit Posted by with No comments

RIKA ANGGRAENI

9C

 

Sahabat

Kau lebih dari obat

Saat aku dirundung masalah

Kau selalu menyemangatiku

Kau selalu ada di sampingku

 

Sahabat

Tidak bisa aku tanpamu

Tanpa kau di sampingku

Aku merasa kesepian

 

Sahabat

Kau bagai bintang di malam hari

Menemani malamku yang sepi

Kau bagai matahari di pagi hari

Selalu menyemangati hari-hariku

 

Namun kini bintang dan matahari tak lagi bersamaku

Kini aku sendiri

Demi masa depan dan harga diri

Kita harus berpisah

 

Sahabat

Jangan kau lupakan kenangan kita

Saat kita tertawa bersama

Berjuang bersama-sama

 

Sahabatku

Jangan lupakan diriku

Tentang kenangan kau dan aku

Sebut namaku saat kau rindu

Berjanjilah kepadaku

Kau dan aku akan bertemu di lain waktu

 

28 September 2023

IMPIANKU

Edit Posted by with No comments
   
Nabila Tresiana, Ex. 9G
                                                 

Saat pelajaran kedua guru, tidak datang hanya menyerahkan tugas kepada ketua kelas. Jingga berniat keluar kelas untuk pergi ke perpustakaan karena kelas sangat berisik. Jingga tidak suka suasana itu karena mengganggu konsentrasinya dalam belajar. Jingga lebih suka menyendiri di perpustakaan karena menurutnya lebih enak dan lebih fokus mengerjakan tugas. Sebelum berangkat, Jingga memilih izin terlebih dahulu kepada ketua kelas. Jingga pun berdiri dari kursi yang dia duduki dan berjalan ke arah bangku ketua kelas.

"Laskar, aku izin mau ke perpustakaan," ucap Jingga. 

"Oke, tapi kamu harus  kembali ke kelas 10 menit, sebelum pelajaran ke-3 dimulai. Tugas yang tadi harus diserahkan hari ini juga. Aku tidak ingin kamu terlambat mengumpulkannya karena kamu meninggalkan kelas," jawab Laskar serius.

"Siap, pak Ketu," kata Jingga, sambil mengacungkan kedua jempol.

Jingga segera kembali ke tempat duduknya untuk mengambil buku dan alat tulis yang harus dikerjakan. Setelah menggambilnya, Jingga pun berjalan menuju keluar kelas.

Dalam perjalanan ke perpustakaan, Jingga melewati ruang musik. Terlihat di sana para siswa sedang berlatih menyanyi untuk lomba grup vocal. Jingga ingin sekali bergabung. Mimpinya adalah menjadi seorang penyanyi. Tapi tidak mudah untuk mencapai mimpi itu karena Jingga tidak berbakat dalam musik.

Jingga melihat Fella di ruangan itu. Fella adalah seorang siswi yang sangat berbakat dalam musik. Jingga mengenalnya karena Fella sering mengikuti kompetisi dan selalu membanggakan sekolah dengan memenangkan berbagai piala. Jingga sangat ingin berteman dengannya dan belajar menyanyi dengannya. Tapi itu tidak mungkin karena Jingga hanya siswa biasa yang tidak berbakat dalam hal apa pun dan sangat sulit untuk berinteraksi. Jingga memilih untuk melanjutkan perjalanan menuju perpustakaan dari pada memikirkan yang seharusnya tidak perlu dipikirkan.

Beberapa menit kemudian, sampailah Jingga di perpustakaan. Jingga segera masuk untuk meminta izin kepada pustakawan.

"Kak, izin Aku mau nugas di sini," kata Jingga sedikit takut karena ini belum waktunya istirahat tetapi Jingga tidak peduli dari pada di kelas sangat tidak nyaman.

"Kenapa tidak di kelas? ini masih jam pelajaran," Pustakawan itu bertanya sambil menatapnya dengan tatapan sedikit tajam.

"Di kelas berisik soalnya tidak ada guru," jawab Jingga jujur sambil menunduk, ciut sekali dirinya ditatap seperti itu. Rasanya ingin kembali ke kelas.

"Silahkan," ucap pustakawan itu memberikan Jingga izin.

"Terima kasih," kata Jingga sambil tersenyum. 

Setelah diberi izin, Jingga langsung berjalan ke kursi belakang. Segera Jingga duduk di kursi dan Jingga mulai membuka bukunya untuk dikerjakan, tidak lupa mengeluarkan ponsel dari sakunya untuk memutar musik di aplikasi Sportify sambil memakai earphone. Sangat tenang, terasa sangat berbeda dengan suasana di kelas tadi.



30 menit kemudian…

"Akhirnya selesai juga," ucap Jingga lega.

Jingga segera berdiri untuk membereskan alat tulis dan buku tugas yang sudah dikerjakannya.

Setelah itu, ia berniat untuk tidak langsung kembali ke kelas. Masih ada 30 menit menuju jam pelajaran ketiga. Jingga mengelilingi perpustakaan ini terlebih dahulu untuk mencari buku tentang musik untuk dipelajari. 
Entahlah, setelah dirinya melewati ruang musik tadi, Jingga sangat ingin belajar tentang musik. Walaupun Jingga tahu suaranya tidak enak didengar, tetapi Jingga tidak peduli, Dia akan berusaha sebaik mungkin.

Segera Jingga berjalan menuju rak buku untuk mencari buku tentang musik, Di perpustakaan ini ada 5 rak. Jingga mencari buku di rak pertama. Ternyata tidak ada. Begitu Jingga jalan ke rak 2, ternyata disitulah buku yang Jingga cari.

"Ternyata bukunya ada disini,” kata Jingga.

Segera Jingga mengambil buku itu. Jingga langsung berjalan kembali ke kursi yang tadi didudukinya. Segera Jingga membuka buku itu.

"Itu buku tentang musik, ya?" suara seseorang dari belakang.

Jingga pun menoleh kebelakang untuk melihat siapa sumber suara itu. Tenyata itu fella. Mimpi apa aku semalam sampe Fella bertanya kepadaku?" batin Jingga.

"E-eh iya," ucap Jingga sambil berbicara terbata bata.

"Kamu suka seni musik?" tanya Fella sambil tersenyum.

"Ahaha iyaa" balas Jingga canggung. "Ternyata selain berbakat tenyata Fella ramah juga orangnya" batinnya.

"Wah sama dong," ucap Fella sambil sedikit heboh.

"Tapi aku tidak berbakat dalam musik. Meskipun aku menyukai musik". ucap Jingga dengan ekspresi sedikit sedih.

"Aku juga dulu seperti itu," kata Fella.

"Iyakah?" jawab Jingga kurang percaya.

"He'em. Sejak memasuki umur 9 tahun, aku menyukai musik. Saking  sukanya aku ingin menjadi seorang penyanyi. Setelah itu aku pun belajar bernyanyi di rumah lebih tepat nya di kamarku karena waktu itu aku tidak mempunyai ruangan khusus untuk belajar nyanyi. Itupun aku belajar bernyanyi dari YouTube dan buku buku yang aku beli," jawab Fella.

"Wah, hebat ya. Kamu cuma belajar dari YouTube dan buku bisa menguasai tekniknya dan suara kamu sekarang bagus banget," Jingga terlihat takjub.

"Bukan cuma YouTube dan buku doang. nah, Waktu umurku menginjak 10 tahun, mamahku menyarankan untuk mengikut les privat khusus bernyanyi karena mamah melihat perjuanganku belajar bernyanyi di rumah, dan Beliau ingin mewujudkan mimpiku untuk menjadi penyanyi terkenal," jawab Fella.

"Kamu ikut les bernyanyi?" tanya Jingga sedikit kepo.

"Iya sampai sekarang pun aku masih mengikuti les itu. Kalo kamu mau kamu boleh gabung les itu juga," ucap Fella.

"Mau bangetttt," ucap Jingga.

 "Oke, kalau gitu nanti sehabis pulang sekolah kita ketemuan, ya," ucap Fella.

"OKEEE," Jawab Jingga dengan penuh semangat.

"Eh btw kita belum kenalan," ucap Fella. "Kenalin aku Fella," sambil mengarahkan tangannya kepada Jingga.

"Jingga," ucapnya sambil menjabat tangan Fella tidak lupa sambil tersenyum.


Setelah berkenalan, mereka berdua pun memilih untuk kembali ke kelasnya masing masing.




Sepulang sekolah..

Mereka memutuskan untuk pergi ke kafe yang tidak jauh dari sekolah, untuk saling mengobrol agar lebih mengenal satu sama lain. Mereka memilih duduk di paling ujung dekat jendela sambil menikmati secangkir teh.

"Kira kira ikut les itu biaya nya berapa?" tanya Jingga.

"Kalo ngga salah 100 ribu perminggu," jawab Fella.

"Waw murah sekali. Kapan aku bisa mendaftar ke les itu?" tanya Jingga lagi.

"Besok juga bisa kalau kamu memang sudah siap," jawab Fella.

"Siap bangetttt," ucap Jingga terlihat sangat bahagia.

Setelah mereka berbincang tentang les. Mereka melanjutkan berbincang dengan membahas hal yang random. Hingga tidak terasa hari sudah sore. Mereka pun memutuskan untuk pulang ke rumah masing masing.


Keesokan harinya….


Mereka sedang berada di tempat les itu karena ini hari minggu. Ini pertama kalinya Jingga berada di tempat itu. Ternyata di sana begitu ramai banyak sekali orang yang sedang latihan bernyanyi mulai dari anak anak, remaja, hingga dewasa.

Fella mengajak Jingga ke sebuah ruangan. Jingga pun mengikuti langkah Fella. Ternyata itu ruangan pemilik tempat les ini. Fella pun menyuruh Jingga untuk masuk bersamanya. Untuk mendaftarkan jingga terlebih dahulu. Jingga pun segera masuk menyusul Fella.

beberapa menit kemudian….

Setelah selesai mendaftar. Mereka pun keluar dari ruangan itu. Setelah itu, Fella mengajak Jingga sebuah ruangan lagi. Fella pun segara masuk Jingga pun mengikutinya.

"Ini ruangan saat aku belajar bernyanyi," ucap Fella.

"Wow…, bagus banget," ucap Jingga terlihat takjub, Ruangan itu sangat bangus. Di sana terdapat gitar, piano, dan alat musik lainnya. Temboknya berwarna hitam dan terdapat foto foto penyanyi terkenal.

Saat Jingga melihat isi ruangan tersebut, seorang pria yang datang dan masuk Keruangan itu. Tenyata itu guru Fella. Fella segera menghampiri pria tersebut.

"Selamat pagi Pak. Ia teman saya. Ia akan ikut latihan di sini," ucap Fella.

Jingga pun segera memperkenalkan dirinya. "Selamat pagi pak, perkenalkan saya Jingga," ucap Jingga tidak lupa sambil tersenyum.
 
"Selamat pagi juga, Selamat bergabung Jingga. Nanti kita belajar bersama. Perlu Jingga ketahui kalau belajar sama bapak harus serius dan disiplin agar nanti apa yang diinginkan dapat tercapai," ucap guru Fella tersebut.

"Baik Pak. Saya akan belajar dengan serius," ucap Jingga sambil tersenyum.


Setelah percakapan itu, Jingga pun langsung belajar bernyanyi. Ia dilatih oleh pak Arga dan juga didampingi oleh Fella. Ternyata sangat sulit untuk mempelajarinya. Karena Jingga buta nada dan tidak tau tekniknya. Tetapi, tidak apa-apa. Ia baru pertama kali belajar. Besok Jingga akan belajar lebih baik lagi dan lebih semangat lagi.

Tak terasa hari sudah sore. Jingga pun memutuskan untuk pulang sendiri. Fella masih ada urusan di sana. Tak lupa untuk berpamitan dulu kepada guru barunya.


"Pak saya izin pulang duluan. Soalnya sudah sore," ucap Jingga.


"Oiya hati-hati di jalan. Jangan lupa besok latihan lagi ya," kata pak Arga.

"Baik, Pak," ucap Jingga.

Jingga pun segera keluar dari ruangan itu dan menuju ke arah pintu keluar tempat les itu. Setelah itu, Jingga menunggu bis agar bisa pulang.

Beberapa bulan kemudian…..





Tidak terasa, Jingga sudah mengikuti les itu hampir 5 bulan dan sudah terlihat hasilnya. Kebetulan hari ini ada pelajaran seni budaya dan para siswa diberi tugas untuk menampilkan sebuah lagu. Kesempatan Jingga untuk bernyanyi di depan teman temannya. Jingga sudah pasti akan tampil sebaik mungkin. Jingga menampilkan sebuah lagu dengan judul Celengan Rindu.

Setelah penampilan tadi, guru menyuruh Jingga untuk pergi ke kantor sepulang sekolah. Jingga tidak tahu beliau mau menyuruhnya tentang perihal apa Jingga hanya mengangguk setuju saja.

Bel sekolah pun berbunyi….


Semua siswa berlarian, ini kebiasaan para siswa. Terkadang, mereka saling bertubrukan. Jingga memilih mempercepat langkah kaki dari pada ikut bertubrukan. Jingga segera pergi dari kelas menuju kantor. Sesampainya di ruangan itu Jingga melihat Fella. Jingga pun menghampirinya.


"Hai Fella," Jingga menyapa Fella. Sambil tersenyum.

"Eh, Jingga, hai juga," jawab Fella sambil tersenyum juga.

Jingga ingin bertanya kenapa dia bisa berada di sini juga. Jingga mengurungkan niat itu karena merasa tidak sopan. Jingga pun memilih diam.


"Kalian sudah berada di sini ternyata? Silakan duduk," ucap Bu, guru Seni Budaya.

Mereka pun duduk saling berdampingan.


"Ibu menyuruh kalian datang kesini ingin menawarkan sesuatu, Bulan depan ada perlombaan tingkat sekolah. Apa kalian siap untuk mengikuti lomba itu? Terutama kamu, Fella, harus siap ya karena ini bukan pertama kalinya lagi kamu mengikuti lomba seperti ini," ucap Bu Mawar.

 "Aku Always siap bu, hehe," ucap Fella tersenyum sambil memperlihatkan giginya.

"Dan kamu Jingga, ibu harap kamu menyetujuinya. Ibu lihat tadi saat tampil di kelas, suara kamu sangat bagus. Ibu tidak akan membiarkan siswa yang berbakat memendam bakatnya begitu saja. Ibu ingin kamu bisa mengembangkan bakat itu," ucap bu Mawar


Jingga pun berpikir sejenak. "Setuju atau tolak, ya? Aku tidak mau mengecewakan beliau karena menolaknya. Tetapi aku juga tidak tahu kalau aku ikut lomba itu aku takut akan mengecewakan semua orang," batin Jingga.


Saat melihat raut muka Jingga. Fella peka. Dia langsung menenangkan Jingga dan berkata "Kamu tidak usah takut Jingga lombanya 1 bulan lagi kok. Tenang saja. Nanti kita bisa latihan bersama-sama," kata Fella.

Jingga tersenyum.

"Gimana Jingga apa kamu menyetujuinya?" kata bu Mawar itu yang sangat berharap kepada Jingga.

"Siap Bu," ucap Jingga. "Semoga pilihanku benar ya Allah" batinnya.

"Alhamdulillah, kalian sudah setuju dengan itu. Ibu harap kalian latihan dengan giat karena kalau kita terus belajar Insya Allah hasilnya tidak akan mengecewakan," ucap bu Mawar.

"Iya Bu," ucap mereka kompak.

"Baik, Kalau begitu, kalian bisa pulang. Hati hati di jalan, ya," kata guru mereka.

"Iya Bu," kata mereka berbarengan lagi.

Mereka pun segera pulang ke rumahnya masing-masing.



1 bulan kemudian..


Tak terasa, Waktu perlombaanpun tiba. Selama ini, mereka latihan dengan sangat giat. Jingga berharap dia tidak akan mengecewakan semua orang. Sedangkan Fella berharap Ia akan memenangkan lomba itu seperti tahun sebelumnya.

Jingga dan Fella sudah berada di lokasi lomba berada. Tidak lupa di dampingi oleh guru seni budayanya. Jingga sedikit gugup karena di sana sangat amat ramai. Jingga berusaha menenangkan dirinya sendiri. Jingga mendapatkan nomber peserta ke 05 dan Fella mendapatkan nomber peserta ke 7, tidak beda jauh. Bu Mawar mengajak mereka duduk barisan ke 4. Mereka pun segera duduk. Acara pun akan segera dimulai.

Beberapa menit kemudian..


Acaranya sudah dimulai, Kini tinggal Jingga yang akan tampil. Dia sangat gugup karena peserta sebelumnya penampilannya bagus-bagus.


"Oke, peserta selanjutnya, kita tampilkan Jingga Zilovia," ucap host itu.


Jingga yang mendengar nama lengkapnya disebut dia langsung sangat gugup. Tetapi dia akan menampilkan sebaik mungkin. Dia pun berdiri dari kursi yang diduduki.

"Semangat Jingga, kamu pasti bisa," ucap Fella berada dii sebelahnya.

"Semangat Jingga kamu pasti bisa. Ibu yakin kamu akan menampilkan sebaik mungkin," ucap gurunya memberikan Jingga semangat.

"Terima kasih, Bu, Fella, sudah menyemangatiku," ucap Jingga sambil tersenyum.



Setelah itu jingga pun melangkahkan kakinya untuk menuju ke panggung. Tenyata dilihat dari atas panggung terlihat jelas banyak sekali orang orang. Jingga pun berdoa dalam hatinya agar bisa menampilkan dengan lancar dan sesuai apa yang sudah di rencanakannya. Dia membawakan sebuah lagu dengan berjudul "Takut". Karena menurutnya lagu itu sangat relate dalam kehidupannya. Jingga pun memulai menyanyikan lagu itu. Tidak lupa dengan alunan piano.

Sudah di kepala dua
Harus mulai dari mana?
Ambisiku bergejolak, antusias tak karuan
Banyak mimpi-mimpi yang 'kan kukejar
Lika-liku perjalanan
Ku terjebak sendirian
Tumbuh dari kebaikan, bangkit dari kesalahan
Berusaha pendamkan kenyataan bahwa


Takut tambah dewasa
Takut aku kecewa
Takut tak seindah yang kukira
Takut tambah dewasa
Takut aku kecewa
Takut tak sekuat yang kukira
Aku tetap bernafas
Meski sering tercekat
Aku tetap bernafas
Meski aku tak merasa bebas

Pertengahan 25
Selanjutnya bagaimana?
Banyak mimpi yang terkubur, mengorbankan waktu tidur
Ku tak tahu apa lagi yang 'kan kukejar

Takut tambah dewasa
Takut aku kecewa
Takut tak seindah yang kukira
Takut tambah dewasa
Takut aku kecewa
Takut tak sekuat yang kukira
Aku tetap bernafas
Meski sering tercekat
Aku tetap bernafas
Meski aku tak merasa bebas, ho-oh-ho-oh


Setelah menampilkan lagu itu semua orang bertepuk tangan. Jingga sangat bangga dengan dirinya dan dia sangat puas dengan apa yang sudah di tampilkan tadi. Setelah itu Jingga pun turun dari panggung untuk kembali duduk di tempat tadi.


"Wow suara kamu sangat baguss Jingga. Kamu hebat," ucap Fella dengan senyuman yang sangat lebar.

"Ibu bangga, Jingga. Kamu sudah menampilkan dengan sangat baik," kata Guru Jingga terlihat sangat bahagia.

"Terima kasih ini juga berkat ibu dan Fella," kata Jingga.

Setelah itu mereka pun menunggu giliran Fella.



Beberapa jam kemudian…


Semua peserta sudah tampil. Giliran menunggu pengumuman juara.


"Terima kasih kami ucapkan kepada peserta yang telah mengikuti kegiatan lomba solo vokal yang telah diikuti. Dan Terima kasih semuanya sudah menampilkan yang terbaik dan luar biasa. Disini saya akan mengumumkan siapa saja pemenang tahun ini," ucap hots itu.

Fella dengan Jingga pun terlihat sangat gugup.

"Juara ke tiga jatuh kepada Rehan saputra dari Smpn 05 Badangsari," ucap hots itu.

"Juara yang ke 2 jatuh kepada Jingga Zaviola" Smpn 01 Winangbadar ucap hots itu kembali.


Jingga sangat bahagia, Dia tidak menyangka akan memenangkan lomba ini. Dan Dia sangat bersyukur karena kerja kerasnya tidak sia sia.

"Dan juara yang ke 1 jatuh kepada Alea Fella" Smpn Winangbadar ucap hots itu lagi.

Berita tepuk tangan yang meriah kepada ketiga pemenang ini. 

Jingga dengan Fella menuju ke arah panggung. 


"Selamat untuk kalian bertiga. Semoga menambah semangat berkarya dan berprestasi kedepannya," ucap juri sambil menyerahkan sebuah piala.

"Kepada para pemenang kami ucapakan selamat. Bagi peserta yang belum mendapat kesempatan menang agar tdak berkecil hati karena masih banyak kesempatan dimasa-masa mendatang. Dan saya ucapkan terimakasih kepada seluruh peserta yang telah berpartisipasi mengikuti lomba," ucap juri itu kepada seluruh peserta.

Setelah itu Jingga dengan Fella pun turun dari panggung menuju ke tempat gurunya berada.


"Ibu sangat bangga kepada kalian. Ibu ucapkan terima kasih juga karena sudah membanggakan nama sekolah kita," ucap guru itu, terlihat sangat bahagia.

"Terima kasih kembali bu karena berkat dukungan dan doa ibu juga kami bisa seperti ini," ucap Jingga dan Fella.



End.