17 November 2025

Dokter Bedah

Edit Posted by with No comments

Penulis: Sarah 

Kelas: 8

Di suatu hari, keluargaku sedang berkumpul di ruangan keluarga. Kami menonton TV bersama film tersebut adalah film kanak-kanak yang menceritakan tentang cita-cita. Aku bertanya kepada ayahku yang sedang duduk di sampingku. 

"Ayah.... Apa itu cita-cita?" tanyaku kepada ayah. Ayahku menengokku. 

"Cita-cita itu adalah harapan kamu kalau sudah besar ingin menjadi apa. Atau seperti impianmu untuk masa depan," jawab ayahku 


Aku hanya sedikit mengerti dengan jawaban ayah. Lalu ayahku menceritakan lagi yang dimaksud cita-cita, aku mendengarkannya dengan hati yang gembira lalu aku menanyakan satu hal lagi. 


"Apa cita-cita ayah?" tanyaku kepadanya. Lalu ayahku menjawab dengan senyuman tipis.


"Dulu cita-cita ayah adalah polisi. Namun dulu ayah sangat nakal, jadi ayah tidak diterima di seleksi kepolisian. Karena di paru-paru ayah ada sesuatu yang menggagalkan ayah diseleksi kepolisian," ucap ayah dengan tersenyum tipis. Berapa detik kemudian ayahku bertanya.


"Apa cita-citamu nak?" ucap ayah. Aku termenung sebentar.

"Aku ingin menjadi seperti yang ada di televisi" jawabku kepada ayah. 

"Dokter bedah?" tanya ayahku lagi, aku pun mengganggu lalu aku berkata. 


"Aku ingin mencoba menjadi dokter bedah lalu membersihkan sesuatu yang ada di paru-paru ayah, jadi ayah bisa menjadi polisi," ucapku sambil melihat pantulan wajahku di benda tajam yang mengkilap. 


Esok harinya aku menonton TV di ruangan yang sangat asing bagiku. Di setiap channel yang ku temukan hanyalah berita siang yang beritahukan seorang pria tua yang mati terbunuh dengan posisi organ tubuh yang hancur menggunakan pisau. Aku sangat sedih karena biasanya ayahku selalu menemaniku saat menonton televisi. Namun di sisi lain aku begitu sangat-sangat bahagia karena ayah sudah mengabulkan cita-citaku menjadi dokter bedah dan ayah menjadi pasien pertamaku.

31 October 2025

Menata Kembali Hidup

Edit Posted by with No comments

 Penulis: Anisya Rahmadani 

Kelas: 9E


   Berhari-hari Vio merasa dirinya kurang fokus dalam belajar. Entah dari segi manapun. Hanya raganya yang hadir, tapi tidak dengan hati dan pikirannya. Ia seperti hidup dalam kabut.


   "Kamu kenapa, Vio? Belakangan ini kamu kelihatan nggak fokus," tanya Qila, sahabat dekatnya.


   Vio terdiam, lalu bergumam dalam hati.


   "Iya juga, ya? Kenapa aku akhir-akhir ini nggak fokus sama sekali."

   "Aku juga nggak tahu, Qil," jawab Vio.


   "Aku lihat kamu juga gampang capek. Ada yang kamu pikirin?" tanya Qila sekali lagi.


   "Nggak tahu," jawab Vio singkat.


   Bel istirahat berbunyi. Vio dan Qila langsung melipir ke kantin. Sesampainya di sana, mereka memesan makanan. Qila memilih sayur dan buah seperti biasanya. Sementara Vio mengambil semangkuk bakso super pedas, tanpa peduli perutnya yang sudah sering bermasalah.


   "Wah! Itu pedas banget, loh!" seru Qila.


   "Ah, ini mah nggak ada apa-apanya buat aku," sahut Vio santai.



   "Tapi itu nggak sehat, Vi. Kamu tuh harus jaga badan juga," ucap Qila mengingatkan.


   Tapi Vio tetap mengabaikannya dan mulai menyantap makanannya. Qila yang merasa diabaikan, hanya bisa menghela napas lalu fokus pada makanannya sendiri.



---


   Bel pulang berbunyi. Murid-murid berbondong-bondong meninggalkan sekolah. Vio merasa sangat lelah dan mengantuk. Badannya remuk, padahal jam olahraga hanya sebentar.


   Langit mulai gelap. Siang perlahan berganti malam. Vio yang seharusnya tidur justru sibuk bermain ponsel sambil tiduran. Jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari, tapi ia tidak memedulikannya. Ia tak tidur semalaman dan pagi harinya langsung berangkat ke sekolah.


   Saat pelajaran berlangsung, rasa kantuk menyerangnya hebat.


   "Vio! Kenapa kamu tidur? Keluar sekarang juga!" ucap Bu Lena dengan tegas.


   Vio tersentak dan meringis, lalu berjalan keluar kelas dengan lesu.


   Hari demi hari berlalu. Vio tetap berlaku seperti itu: begadang di malam hari dan tidur saat sedang belajar di sekolah. Tidak ada perubahan. Orang tuanya mulai kesal. Begitu juga Qila yang hampir setiap hari menasihatinya. Tapi semua nasihat seperti masuk telinga kiri keluar telinga kanan.


   "Ini memang udah jalanku kali, Qil. Takdir aku kayak gini," ucap Vio suatu hari.


   Ucapan itu membuat Qila kecewa. Ia lelah. Ia pun berhenti mencoba, berhenti peduli.


---


   Beberapa hari setelahnya, saat di kantin..


    "Qila," panggil Vio dengan suara pelan.


    "Iya?" jawab Qila datar sambil menyuap makanannya.


    "Aku capek. Aku ingin berubah. Aku sadar… ini semua bukan takdir. Aku yang bikin semua ini jadi kebiasaan buruk."


   Qila langsung menoleh, terkejut.


    "Apa? Kamu serius, Vio?"


    "Iya, Qil. Tapi aku bingung harus mulai dari mana."


   Qila tersenyum lega.


    "Kamu tinggal mulai dari Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat!" jawab Qila antusias.


    "Apa itu?" tanya Vio penasaran.


    "Yaitu bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat dan bergizi, gemar belajar, bermasyarakat, dan tidur tepat waktu."


   Vio mengangguk ragu.


    "Tapi...aku gak yakin bisa," ucap Vio.


    "Kamu pasti bisa! Aku percaya sama kamu. Yuk, mulai bareng-bareng!" ucap Qila sambil tersenyum.


   Hari itu, Vio pun berjanji untuk berubah. Ia mulai menerapkan tujuh kebiasaan itu dengan perlahan.



---


   Dua bulan berlalu...


   Fokusnya kembali. Semangatnya semakin menyala. Kebiasaan buruknya juga pelan-pelan mulai menghilang. Sekarang, ia menyadari bahwa perubahan itu nyata. Tujuh kebiasaan itu bukan hanya rutinitas, tapi fondasi yang penting untuk masa depan.


    “Aku sadar, kebiasaan baik bukan hanya membuatku sehat, tapi juga membuat hidupku lebih bermakna,” pikir Vio sambil tersenyum memandang langit pagi.***

30 October 2025

Hutan Terlarang

Edit Posted by with No comments

Penulis: Mahardika

Kelas: 7J


Aku pergi ke hutan untuk mencari binatang yang bisa dijual. Banyak orang melarangku untuk menangkap binatang di hutan itu. Tapi aku tetap pergi ke sana.


Saat sedang berjalan, tiba-tiba sesosok tinggi besar mengejarku. Aku tak tahu salahku apa sehingga dia mengejarku dengan penuh amarah. Aku sangat ketakutan dan badanku penuh dengan keringat dingin.


Aku berlari sekencang mungkin dan aku juga terjatuh berkali-kali karena kelelahan. 


Saat aku menoleh ke kiri, aku melihat sebuah cahaya putih. Seketika pandanganku gelap. Aku membuka mataku sedikit. Samar-samar aku melihat sosok tinggi itu melambai kepadaku lalu menghilang. Aku terbangun dan merasa diriku sehat seperti tidak terjadi apa-apa, akupun menghela nafas lega dan kembali ke rumah. 


Saat kembali ke rumah, aku bingung mengapa ada bendera kuning di depan rumahku. Akupun masuk ke dalam rumah dan melihat keluargaku sedang menangis.

 "Mengapa kalian semua menangis? Apa yang terjadi?" tanyaku dengan penasaran. Hening, tidak ada satu pun dari mereka yang menjawabku. 


Lalu aku melihat sesosok tubuh yang ditutupi kain. Aku  penasaran siapa orang di balik kain itu. Dengan rasa penasaran, aku pun membuka sedikit kain yang menutupi wajahnya. Deg! Dadaku terasa sesak dan perasaanku tak karuan, seolah semua ini hanya mimpi. Betapa tidak! Orang di balik kain itu adalah diriku sendiri.

24 October 2025

Sifaka Berdiadem

Edit Posted by with No comments

 Penulis: Sabrina Syahraztany Alkubro 

Kelas: 9B



Guys, pernah denger nama sifaka berdiadem nggak? Kalau belum pernah, sini aku kasih tahu! Kalau udah pernah? Ya…baca aja deh hehe, biar kamu bisa tahu lebih dalam mengenai sifaka berdiadem!

Sifaka berdiadem(Propithecus diadema), atau simpona berdiadem, atau diademed sifaka dalam bahasa inggrisnya adalah salah satu spesies lemur yang hanya dapat kita temukan di pulau Madagascar lho, dan semua spesies sifaka ini terancam, mulai dari genting hingga terancam kritis.

Kok bisa ya, dinamai sifaka berdiadem? Asal-usulnya dari mana sih? Nah, untuk kata ‘sifaka’ itu diambil dari panggilan tanda bahaya mereka yang khas, yaitu “shi-fak” dan untuk diadem itu diambil dari primata tersebut yang memiliki pola warna putih keperakan di atas kepalanya yang terlihat seperti mahkota atau diadem atau ikat hias kepala yang dipakai oleh para bangsawan! 

Oh iya! Mau tahu gak, tentang deskripsi lebih dalam mengenai fisiknya? Kita jelaskan lebih dalam ya guys…

Nah, spesies ini tuh merupakan salah satu dari dua jenis lemur terbesar, dengan bobot rata-rata yaitu 6,5 kg dan panjang total dewasa sekitar 105 cm, di mana setengahnya adalah ekor. Russel Mittermeier yang merupakan salah satu ahli lemur kontemporer, mendeskripsikan sifaka berdiadem ini sebagai “salah satu yang paling memikat dan berwarna di antara semua lemur”, memiliki bulu yang panjang seperti sutra. Spesies ini juga, dikenal dengan nama Malagasy-nya, yaitu simpona, simpony dan ankomba joby. Eh, Malagasy itu apa ya? Nah, Malagasy itu adalah bangsa Malagasi, yaitu suatu bangsa yang terdiri dari berbagai kelompok etnis dan merupakan penghuni asli Madagaskar. Dan spesies ini tuh berada dalam famili Indriidae.

Daftar Pustaka:

Sifaka berdiadem. (t.t). dalam Wikipedia diakses pada 8 Maret 2025 dari https://id.wikipedia.org/wiki/Sifaka_berdiadem#:~:text=Sifaka%20berdiadem%20(Propithecus%20diadema,yang%20endemik%20ke%20Madagaskar%20timur.

Orang Malagasi. (t.t). dalam Wikipedia diakses pada 8 Maret 2025 dari https://id.wikipedia.org/wiki/Orang_Malagasi.

Safira, Nur Aulia. 2024. “6 Fakta Diademed Sifaka, seperti Memakai Ikat Kepala Hias Bangsawan”. IDN Times, 2 Mei 2024, dilihat 8 Maret 2025. https://www.idntimes.com/science/discovery/nur-aulia-safira/fakta-diademed-sifaka-c1c2.

NN. 2008. “SELAMAT DATANG DI… “…MADAHUHA?””. dalam MAJALAH Sigma “Aku Orang Berilmu!”, 2008, h. 18-21.

Bulu-bulu Gagak

Edit Posted by with No comments

 Penulis: Axelia Yurizaki 

Kelas: 8H


Di sebuah kamar yang besar dan megah, terlihat seorang pria yang sedang membaca buku di atas kasurnya. Namanya adalah Valerius Nyx Raven Holt, atau yang lebih dikenal dengan Val. Val merupakan pangeran dari Kerajaan Ravenholt. 


  Ia sedang membaca buku novel kesukaannya, yang menceritakan perjalanan kesatria-kesatria kegelapan. Val sudah membaca buku itu berkali-kali. Dia terlihat begitu serius membacanya. Karena salah satu karakter kesukaannya yang merupakan seorang calon pewaris kerajaan sedang bertarung mempertaruhkan nyawanya melawan seorang ratu legendaris, lalu... 


"Augh! Hah... yang benar saja...," Val terdengar sangat kecewa dan kesal akan sesuatu.


"Kenapa sih semua karakter kesukaanku kebanyakan harus mati? Mana lagi diubah jadi gagak." Kekecewaan terpampang jelas di wajahnya.


Selagi ia meratapi nasib karakter kesukaannya itu, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Val menoleh ke arah pintu, lalu terdengar suara seorang wanita paruh baya dibaliknya. 


"Yang mulia, makan malam telah siap. Yang lain sudah menunggu di ruang makan," ucap pelayan itu dari luar.


"Baiklah, saya akan segera kesana," Val sedikit berteriak agar pelayan itu bisa mendengarnya. Ia melirik jam di dinding dan benar saja ini sudah waktunya untuk makan malam.


Sang pelayanan yang mendengarnya pun pergi. Suara langkah kakinya menggema ke sepanjang lorong. Val menutup novelnya, ia beranjak dari kasurnya dan menyimpan novel itu di rak buku miliknya. Val tiba tiba sekilas mendengar suara gagak namun ia hiraukan hal itu karena ada banyak gagak di sekitar kerajaan. 


Ia sekarang sedang berjalan menyusuri lorong-lorong kerajaan. Jarak kamarnya dan ruang makan cukup jauh, jadi ia terkadang malas jika harus berjalan jauh hanya untuk makan saja. Terlebih lagi pengawal pribadinya sedang mengambil cuti untuk beberapa hari. Sungguh menyebalkan. 


Ia terus menuruni anak tangga yang rasanya tidak ada habisnya sebelum ia akhirnya sampai di ruang makan. Di dalam sudah ada saudara-saudaranya dan beberapa pelayan. Val duduk di kursi miliknya. Semua orang menunggu untuk sang raja untuk datang. Tidak ada satupun dari mereka yang ingin berbicara dengan satu sama lain. 


Beberapa saat kemudian seseorang memasuki ruangan. Sang raja telah tiba, semua orang di ruangan tersebut langsung memberi hormat kepadanya. 


"Sepertinya kalian sudah menunggu cukup lama ya?" tanya sang raja. Mereka pun mulai makan. 


Di pertengahan acara makan mereka. Sang raja mengumumkan bahwa ia akan menunjuk salah satu dari mereka untuk menjadi penerusnya.


Semua orang di ruangan itu terdiam. Setelah beberapa menit keheningan yang menusuk itu, Raja akhirnya menunjukkan seseorang. 


"Valerius. Kaulah yang akan mewarisi tahta kerajaan," ucap sang raja. Val terkejut ketika mendengar namanya disebut. 


"Apa? Ayahanda kenapa harus saya?" tanya Val. 


"Kau adalah anak yang baik dan ayah tidak bisa mempercayai saudara-saudaramu." Seluruh ruang kembali hening. Val bisa merasakan tatapan tajam dari saudara-saudaranya. Val lama kelamaan kehilangan nafsu makannya dan pamit untuk pergi ke kamarnya lebih dulu. 


Val akhirnya sampai di kamarnya namun ia terkejut ketika menemukan kamarnya yang tadinya rapih menjadi hancur berantakan. Namun, yang menarik perhatiannya adalah sehelai buru gagak yang terletak di tengah-tengah kamarnya. 


"Apa-apaan ini?!" Val mencoba untuk menenangkan dirinya dan memanggil pelayan untuk membersihkan kamarnya. 


Beberapa bulan kemudian, Val sudah lupa dengan kejadian itu. Ia lebih memikirkan apa yang harus ia lakukan karena besok adalah hari dimana ia akan secara resmi diangkat menjadi seorang pewaris kerajaan.


Waktu sudah menunjukkan jam sembilan malam. Val sedang berjalan menuju kamarnya, ia ingin segera tidur. Ketika sampai, ia langsung menutup pintu dan melemparkan dirinya ke atas kasur dan mencoba untuk tidur. 


Sekarang sudah lewat tengah malam dan Val masih tidak bisa tidur karena ia terus mendengar suara-suara bisikan seorang wanita yang terus-menerus memanggilnya. 


Pada akhirnya Val yang sudah tidak kuat memutuskan untuk mencari sumber suara itu. Ia berjalan menyusuri kerajaan mencoba mencari sumber suara wanita itu. 


Di perjalanan ia sesekali mengintip keluar jendela dan melihat bulan purnama merah yang menerangi malam itu. 


Val mendengar suara itu semakin jelas ia yakin bahwa ia semakin dekat dengan sumber suara tersebut, Ia berjalan menuju aula. Suara itu sekarang sangat jelas. 


Val melihat seekor gagak yang sedang terbang mengelilingi langit-langit aula kerajaan terus menerus. 


Tiba-tiba gagak itu berhenti terbang mengelilingi langit-langit dan berdiam diri ditengah-tengah aula. Val mencoba mendekat. Namun, sebuah cahaya tiba-tiba mengelilingi gagak  dan ia seketika berubah menjadi seorang wanita paruh baya. 


Val sangat terkejut akan hal Itu. Lalu ia teringat dengan cerita yang ada di buku novelnya. Wanita ini sangat mirip dengan ratu yang mengubah karakter kesukaannya menjadi gagak. 


"Jadi kau calon pewaris yang baru?" Wanita itu tiba-tiba bertanya kepada Val. Val hanya bisa menganggukkan kepalanya dengan pelan. 


"Hmm.. mari kita lihat apakah kau pantas untuk menjadi seorang pewaris di kerajaan ini." Wanita itu menjulurkan tangannya dan seketika ada banyak bulu-bulu gagak tajam yang mencoba untuk melukai Val. 


Val berhasil menghindari bulu-bulu itu. Namun, tiba-tiba ada lebih banyak bulu yang bermunculan. Val mencoba untuk menghindari semua bulu-bulu itu namun nihil tetap saja ada bulu yang berhasil mengenainya. Val kembali dibuat terkejut karena bagian yang tergores buku itu mulai ditumbuhi bulu gagak sedikit demi sedikit. 


"Kenapa? Apa kau tidak suka dengan bulu-bulu gagak yang indah itu?" tanya wanita itu secara tiba-tiba.


"Jika kau terus tergores oleh bulu-bulu itu hingga fajar, kau akan berubah menjadi seekor gagak sedikit demi sedikit," lanjut wanita itu.


Val yang mendengarnya mencoba untuk menghindari semua bulu itu namun karena ia terlalu panik ada beberapa bulu yang berhasil mengenainya. 


Val sadar waktu fajar masih terlalu lama dan ia sudah merasa sangat lelah. Bulu-bulu terus mengenainya dan kesadaran Val menghilang sedikit demi sedikit. Hingga akhirnya ia tak kuat lagi dan pada akhirnya ia berubah menjadi seekor gagak seutuhnya. 


END.

18 October 2025

Aku adalah Pelangi

Edit Posted by with No comments

 Penulis: Muslimah

Kelas: 9D

"Wah hujan." Ririn bergegas menuju kursi di mana saudara kembarnya berada.

    "Reno Reno!!" Ririn duduk di sebelah saudara nya itu sambil menatapnya. Reno yang menyadari hal itu menatap kembali Ririn. Ririn hanya tersenyum sambil mengedip-ngedipkan matanya.

   "Ada apa Ririn?" Reno bertanya cukup lembut kepada saudaranya itu, karena jika ia naikkan sedikit saja nada bicaranya maka Ririn akan kesal lalu menangis. Ririn memang anak yang cengeng, manja dan juga nakal, namun ia sangat penurut kepada kakaknya.

  "Reno ayo main hujan-hujanan mumpung sekarang sedang hujan!" Ririn turun dari kursinya lalu mulai melompat-lompat sambil menunjuk keluar jendela. Ia memasang wajah imutnya untuk membujuk saudaranya agar ikut bermain hujan bersamanya.

  "Reno ayolah ayolah. Aku mohon...." Reno tidak bisa berkata-kata lagi ia hanya mengangguk kepada Ririn.

   "Wahhhh... yeyy...asikkk kita bermain hujann!!" Ririn melompat-lompat kegirangan dengan jawaban kakaknya. Kemudian ia menarik tangan kakanya untuk meminta izin kepada ibu agar bisa bermain hujan.

    "Ibu... Ibuuu Ririn akan bermain hujan-hujanan yaaa...." Ririn tersenyum tak henti. Tangannya masih menggenggam erat tangan kakaknya. Setelah ibu memberikan izin, Ririn berlari keluar sambil tertawa. Reno ikut tertawa.

Mereka berdua kini bermain hujan-hujanann bersama.

 "Reno kemarilah... duduk disini di sebelah Ririn." Ririn menepuk-nepuk tempat disebelahnya. "Coba berbaring seperti ini agar hujannya terasa di wajah. Ini menyenangkan...hihihi...," ujar Ririn sambil tertawa tanpa henti

   Reno mengikuti apa yang adiknya itu suruh. Setelah agak lama bermain, hujanpun mulai reda. 

  "Reno tahu tidak?" 

  "Tahu soal apa?" 

   Ririn tersenyum lalu melihat langit yang mulai terang.

   "Ririn pengen deh jadi pelangi," ujar Ririn sembari menatap kakaknya dengan senyuman di wajahnya.

 "Kenapa Ririn pengen jadi pelangi?" Reno bertanya.

   "Karena Ririn ingin membawa kebahagiaan untuk orang yang sedang bersedih. Jika hujan reda, selalu ada pelangi sampai semua orang yang sedang bermain hujan melihat kagum dan tersenyum. Mereka bahkan bisa lupa kalau mereka sedang bermain hujan saat melihat pelangi itu. Sama halnya dengan Ririn. Ririn ingin membawa kebahagiaan jika orang di sekitar Ririn sedang sedih agar rasa sedih mereka terlupakan. Apa Reno mengerti?" Ririn berbaring di rerumputan itu sambil memejamkan mata.


 "Iya, Reno mengerti," ujar Reno.


   Ririn tak tahu bahwa dirinya sudah menjadi pelangi di keluarganya. Dengan adanya Ririn, keluarga mereka tak pernah sepi. Itu yang selama ini Reno rasakan. Mereka memang saudara kembar tapi Reno merasa Ririn adalah orang spesial yang dikirim oleh tuhan untuk dirinya dan keluarganya yang harus mereka jaga

Setangkai Bunga

Edit Posted by with No comments

 Penulis: Balqis Aurelita Rahmat

Kelas: 7J

  Di sebuah taman, aku melihat beberapa remaja berpasangan. Mereka membuatku iri dengan keromantisan mereka.

 "Membuatku kesal saja!" ucapku sambil mengepalkan tangan

"Andai saja kekasihku masih hidup, pasti kami akan menjadi pasangan paling romantis!" ucapku dengan nada sombong. 


Akupun berjalan dengan kesal. Saat sedang berjalan, aku tidak sengaja menabrak seseorang. 

"Maafkan aku. Aku tidak sengaja!" ucapku dengan perasaan bersalah.   

   Bukannya marah, orang yang kutabrak malah tertawa.

   "Hai...apa kabar, Sayang?" ucapnya sambil menyodorkan setangkai bunga.

     "K...kamu..?" ucapku terkejut. Tiba-tiba seluruh badanku gemetar. Betapa tidak!Kekasihku berdiri di depanku. Tapi, bukannya aku ikut mengantar jenazahnya ke kuburan 2 minggu yang lalu? Lalu, siapa yang berada di hadapanku sekarang?