17 October 2025

Waktu yang Tertunda

Edit Posted by with No comments

 Penulis: Anisya Rahmadani 

Kelas: 9E

  "Apa yang kamu lakukan?" tanya Bunda.

  "Karis sedang menulis cerita, Bun."

  "Alah, menulis gak penting mending belajar sana!" sentak ayah. 

  Karis yang mendengar sentakkan itu hanya diam. Telinganya sudah kebal akan cacian dan makian dari ayahnya sendiri.

  "Apa sih? Kita harus mendukung bakat dia, Mas!"

  "Bakat apanya? Jadi penulis itu gak berguna. Lihat bibi kamu saja sekarang pengangguran!"


 "Itu salah dia sendiri jangan salahkan..."

  "STOP!" teriak Karis. Bunda dan Ayah langsung menatapnya. 

  "Bun, Yah, bisa nggak sih sekali aja jangan ribut? Karis capek!" ucap Karis lemah. 

  Bruk, pintu kamar karis tutup dengan keras.

  "Hikss.. Hiks.. Hiks.."

  "Kenapa jalan sukses aku sesusah ini, ya Allah?"

  Lelah, satu kata yang terus terngiang-ngiang dikepalanya. Karis hanya ingin tenang dan beristirahat di rumah.

  Namun, itu seakan sangat sulit untuk digapai olehnya. Rumah seharusnya menjadi tempat pulang ternyaman, tapi tidak dengan rumahnya. Berisik dan penuh pertentangan adalah rumah yang ia tempati.

  Tok, tok, tok. Karis mendengar pintu kamarnya diketuk. Ia segera menghapus air matanya dan langsung membuka pintu.

  "Argh," Karis meringis,

  "Puas kamu ngebuat Bunda benci sama ayah?" tanyanya sembari mencengkeram pergelangan tangan Karis.

  "A...aku gak gitu, Yah," jawab karis sambil menahan rasa sakit.

  Tak percaya dengan perkataan Karis, Ayah memperkuat genggamannya. Ia juga menyeret Karis dengan kasar. 

  Karis hanya bisa menangis dalam diam. Meskipun bersuara, telinga ayahnya seakan tuli atas rasa sakit yang Karis keluarkan.

  Bruk, Ayah mendorong karis sekuat tenaga. Karis terbanting ke dinding, hingga menimbulkan suara yang keras. Belum sampai itu, Ayah langsung mencengkram dagunya hingga berdarah. 

  "Jangan harap aku akan menyayangi dan mendukungmu," ucap Ayah dengan amarah.

  Ia langsung pergi meninggalkan Karis di tengah kegelapan gudang itu. Karis sudah tahu, pintu gudang pasti dikunci.

  "Ya, Allah, apakah ada waktu yang di mana aku didukung dan dicintai olehnya?"

  Dor! Suara petir menyambar. Karis terlonjat kaget. Deg.. Deg.. Deg.. Detak jantungnya tidak karuan.

  "Apa yang terjadi, Sayang?" ayah terlihat panik.

  Karis termenung, ia melihat sekelilingnya hanya putih yang ia lihat.

  "Dimana, Karis?"

  "Kamu koma, Sayang. Lima bulan lamanya kami menunggu kamu sadar," jawab Bunda.

  "Akhirnya, waktu yang kami tunggu-tunggu sudah tiba," ucap Ayah, 

  Mereka langsung memeluk Karis dengan erat. Tangisan pun sudah tidak terbendung.

  "Jadi, itu semua hanya mimpi komaku saja? Terima kasih, Ya, Allah."

0 comments:

Post a Comment