Penulis: Dhiya Silmi
Kelas: 9H
Arulla terbangun di pagi hari. Ia terbangun karena suara hujan yang begitu deras. Ia menarik nafas dalam-dalam sembari melihat ke halaman depan rumahnya yang basah oleh hujan. Rumah yang begitu sunyi. Dan suara hujan terus turun tanpa henti.
Ia kemudian pergi keluar kamar dan hanya duduk di sofa ruang tamu sembari menonton televisi. Tayangan televisi menunjukan sebuah berita orang-orang yang menghilang begitu saja.
"Ck! Berita ini lagi." Kesalnya sembari mematikan televisi.
Di tengah malam, Arulla pergi keluar dari rumahnya tanpa memakai payung ataupun jas hujan. Padahal malam itu hujan belum berhenti. Semua orang menatapnya aneh.
"Hei, anak muda! Kenapa kamu berani keluar malam-malam sendirian?," ucap seorang pria asing yang mengikutinya dari belakang.
Arulla tidak mendengarkan, ia tetap berjalan tanpa peduli perkataan pria asing itu.
"Kamu mengabaikanku? Dasar wanita aneh," pria asing itu mendorong kepala Arulla dengan kasar.
Arulla terlihat kesal, tapi ia tetap berjalan. Pukul 2 malam, Arulla kembali ke rumahnya dengan membawa sebuah koper besar. Ia membawa koper itu ke dalam rumah dengan hati-hati. Keringat membasahi kening Arulla, ia terus membawa koper besar itu dengan terengah-engah. Lalu ia meletakkan koper itu di ruangan rahasianya.
Saat dibuka, ternyata itu adalah pria asing tadi. Tubuhnya terbaring paksa di dalam koper. Tangannya terikat. Mulutnya ditutupi kain. Nafasnya terengah-engah. Arulla membuka kain yang menutupi mulut pria asing itu, mata pria asing itu langsung tertuju pada mata Arulla.
"Aku minta maaf. Tadi hanya bercanda," ucap pria asing itu sambil memohon.
Tetapi Arulla tidak peduli, koper itu ditutup kembali. Malam itu, Arulla tidur bersama suara hujan dan jeritan pria asing itu.
0 comments:
Post a Comment