Anisya
Kelas 8H
Siang berganti malam dengan hembusan angin yang datang menyertainya. Tiba-tiba..._"Ting"_ Suara pesan berbunyi dari hanphone-ku.
Aku heran, siapa yang mengirimiku pesan di malam hari? Aku mencoba untuk tidak membuka pesan itu. Namun pada akhirnya aku kalah dengan rasa penasaranku sendiri dan segera membuka pesan itu.
"Lysa, bisakah kamu kasih aku satu kali lagi kesempatan untuk memperbaiki semuanya? Nyatanya selama 5 bulan ke belakang sulit rasanya untuk menemukan cinta kembali. Karena hatiku tetap ada di kamu. I always love you, tomorrow, later, and forever only you," ungkap Resa.
Deg! Aku terpaku, dan tidak menyangka sama sekali setelah membacanya.
"Mengapa di saat aku sudah mulai terbiasa tanpa kamu, gak mau tahu tentang kamu lagi, udah mulai terbiasa tanpa kamu lagi, kamu malahan datang menghubungiku lagi?" ucapku lirih
"Apakah kamu tahu perasaanku bagaimana? Aku capek! Apa luka yang selama ini kamu berikan masih kurang?" Aku tersenyum hambar lalu bergegas untuk tidur daripada memikirkan apa yang tidak harus dipikirkan.
Pagi pun tiba. Aku memutuskan untuk pergi ke rumah sahabatku untuk memberitahu kejadian semalam. Aku pergi dengan mata yang sembab.
Sesampainya di sana, aku langsung memencet bel dan menunggu di luar. Tidak lama kemudian sahabatku langsung membuka pintu.
Krek.
"Ada ap...?" ucapannya terputus karena aku langsung memeluknya.
" Hiks...hiks...."
Rina bingung karena punggungnya tiba-tiba basah dan langsung membalas pelukku.
Seketika aku mulai tenang dengan dekapan dan elusan hangat yang Rina berikan.
"Lysa, ada apa? " tanya Rina khawatir.
Aku menggeleng. Kemudian dia membawaku masuk dan duduk di satu kursi. Setelah itu aku menceritakan kejadian waktu semalam.
Deg! Rina pun sama halnya denganku. Ia terkejut setelah mengetahui semuanya. "Rina, aku harus gimana?" tanyaku dengan lirih.
Rina tak kuasa melihatku seperti ini dan tak sadar meneteskan air mata.
"Lysa, apa kamu masih cinta sama dia?" tanya Rina cepat.
Aku terdiam. Aku melihat Rina tengah menanti jawaban dariku. Aku mengembuskan nafas
"Aku tak tahu Rina. Entah mengapa di saat ada orang yang hanya menyebut namanya saja seketika rindu dan sakit langsung berperang dalam benakku," ungkapku.
"Mungkin kamu hanya sebatas rindu Lysa, " jawab Rina.
"Sadar Lysa, sadar! Di saat kamu menyembuhkan luka-luka yang dia berikan, apa dia pernah menoleh kepadamu? Tidak Lysa. Malah dia dengan bangganya bermesraan dengan perempuan lain. Aku gak mau kamu kembali ke masa itu lagi Lysa," lanjutnya
Karena ucapan Rina, seketika aku pun tersadar bahwa memang benar dia adalah laki-laki yang begitu aku cintai sampai sedalam itu namun pada masanya.
Rina yang tidak tega melihatku seperti ini, dia memutuskan mengajakku ke sebuah taman supaya lebih rileks katanya.
Saat di perjalanan, tiba tiba...
Duk.
"Aduhh, " ringisku.
Aku tersandung dan hampir saja terjatuh saat kurasa seseorang menopang tubuhku. Aku segera melepaskan diri.
"Eh, maaf, ya?" ujarnya.
"Iya, lagian itu salahku juga," jawabku reflek.
"Lysa? " kejutnya
Aku tersentak.
"Kenapa dia tahu namaku, ya? " ucapku dalam hati. Suaranya terasa tak asing.
Dengan rasa penasaran aku mendongakkan kepalaku. Seketika mataku melebar dan hatiku berdetak tidak karuan. Aku merasa tanganku seperti ada yang memegang dan dugaanku benar. Dia memegang kedua tanganku.
Karenanya, entah kenapa memori-memori dan kenangan itu seketika langsung menghantuiku. Hanya karena genggaman saja.
"Apa ini yang dimaksud dejavu, ya? " tanyaku dalan hati.
"Lysa, maafin aku. Aku ingin kita perbaiki lagi, ya?" mohonnya.
Set. Aku segera melepaskan genggaman itu, dan langsung pergi tanpa mengucapkan sepatah kata apapun.
Ia tersentak, mungkin kaget atas perlakuanku dan terus saja mengejarku dengan memanggil namaku.
"LYSAA..LYSAA...."
Kami pun terpisah karena terhalang oleh sebuah mobil.
" Maaf, mungkin ini saatnya kita berpisah untuk selamanya, " ucapku lirih dan segera meninggalkan tempat itu.
Duarrr...
Suara petir bergemuruh dengan hujan yang sangat deras, sehingga yang tadinya ramai seketika mendadak sunyi bak sedang berada di tengah hutan. Aku pun akhirnya berteduh
"Mungkin dulu aku lebih suka kehujanan bersamamu daripada berteduh. Namun sekarang, aku memilih berteduh dengan orang baru daripada kehujanan bersamamu. Karena kita hanya sebatas masa lalu yang tidak akan pernah bersatu meski rindu terus saja berperang dalam hatiku," ucapku dalam hati.
"Mungkin ini saatnya kamu merasakan penyesalan itu karena ulahmu sendiri. Nikmatilah hidupmu dengan penuh rasa sesal! Aku tidak dendam ataupun benci terhadapmu, hanya saja aku tidak terima aku diperlakukan seperti itu. Semoga dari kisah ini kamu belajar untuk lebih baik kedepannya. See you, the man. I loved you so much before but not now. Jikala kamu ingin kembali padaku, maaf aku tidak akan ingin kembali lagi. Aku akan membuka lembaran baru untuk orang yang akan hadir dalam hidupku, " batinku.***
0 comments:
Post a Comment