07 December 2022

Janji Alfin

Edit Posted by with No comments

Putri Nuraini

Kelas 8C

Janji Alfin

Aku seorang remaja yang bersifat pemalu dan penakut, yang mengakibatkan aku tidak mudah berbaur dengan orang lain.

Saat hari pertama masuk sekolah, tentu saja hampir semua dari sekolah tampak asing dan berbeda. Dari mulai tempat, cara berbicara, cara berpakaian, bahkan seseorang. Semuanya tampak asing. Tetapi, aku melihat seorang laki-laki yang berbeda dengan laki-laki pada umumnya. Aku terpukau oleh senyum manisnya. 

Bulan berganti bulan terlewatkan. Sekarang sudah memasuki semester 2. Alfin selalu mengirimi pesan basa-basi padaku. Alfin ialah laki-laki yang kusukai pada saat hari pertama masuk sekolah. Ia sekelas denganku. Tak disangka-sangka, ia mendekatiku. Kami semakin lama semakin akrab. Setiap hari kami selalu bertukar pesan. Lalu, Alfin menyatakan perasaannya padaku. Tanpa pikir panjang, aku menerima perasannya padaku.

Hubunganku dengan Alfin sudah menginjak 7 bulan. Berbagai masalah telah kami lewati. Tetapi, aku tidak menyukai sikap Alfin. Ia sering berinteraksi dengan perempuan lain. Aku sempat berpikir untuk mengakhiri hubungan ini. Tetapi, karena rasa sayang dan takut kehilangan Alfin, aku bungkam dan tetap melanjutkan hubungan kami.

Sampai suatu ketika, aku mendapat kabar dari temanku, bahwa Alfin membonceng perempuan lain. Hatiku seperti ditusuk ribuan duri. Sangat sakit. Awalnya aku tidak percaya Alfin seperti itu. Tapi, dengan adanya bukti berupa pesan suara dan foto, aku mempercayainya. Dengan sigap, aku mengambil handphoneku, lalu menghubungi Alfin. Bertanya-tanya mengapa ia melakukan hal itu tanpa sepengetahuanku. Entengnya, Alfi hanya menjawab,

"Aku ngebonceng Nina cuma buat kumpulan doang, " katanya. Saat itu, aku merasa bahwa hubungan ini seharusnya diakhiri. Aku sudah muak dengan sikap Alfin.

"Temui aku di taman secepatnya." Sebuah pesan WA kulayangkan pada Alfin. Dengan segera, aku langsung keluar rumah dan menuju ke taman untuk menemui Alfin.

"Alfin, sudah saatnya kita mengakhiri hubungan kita," ucapku sembari menunduk.

"Kenapa? Cuman gara-gara aku bonceng Nina kamu kayak gini? Kamu udah gede Mika. Jangan egois. Aku bonceng Nina buat kumpulan sama anak-anak lain!" Alfin berkata sembari membentakku.

"Cuma kata kamu? Ini nggak sekali Alfin. Kamu pikir aku nggak tahu kamu di kelas kayak gimana? Kamu di kelas sering bareng perempuan lain kan? Yang harusnya berpikir dewasa tuh siapa? Harusnya kamu! Kamu itu pacar aku. Gak seharusnya kamu  deket sama perempuan lain." Aku menatap matanya tajam. Alfin terdiam. Selang beberapa lama, ia berkata.

"Maaf, aku memang salah. Maafkan sikapku ke kamu kayak gini. Aku janji gak bakal ngulangin hal ini lagi. Kasih aku kesempatan. Jangan pergi dari aku, Mika," ucapnya lirih. Hatiku bergetar. Sejujurnya, aku sangat tidak rela ditinggalkan oleh Alfin. Aku tersenyum padanya, lalu berkata.

"Untuk saat ini, aku maafkan. Lain kali, jangan seperti ini lagi, ya. Janji?" ucapku sembari merekatkan kelingkingku pada kelingking Alfin.

"Janji," jawabnya. Aku tersenyum.***

0 comments:

Post a Comment