17 October 2022

Glimpse of Him

Edit Posted by with No comments

Ulfa Renita 

Kelas 8J

                                                                            Glimpse of Him

Menghela nafas dengan berat, lalu kutatap matanya.

"Maaf, aku nggak bisa," ucapnya.

Aku tersenyum, memaklumi. Jantungku rasanya berhenti berdetak. Mataku sudah tidak mampu menampung air mataku. Perlahan-lahan aku menunduk. Tidak ingin menatap ke arah matanya.

Taman, menjadi tempat yang paling kubenci. Orang yang ku sayangi, pergi begitu saja saat aku menyatakan perasaanku padanya di taman. Aku sangat-sangat menyesal. Aku menyerah, pasrah dengan semua yang telah terjadi.

Awalnya, aku dan Jisung bukan siapa-siapa, hanya saling menukar nomor ponsel. Jisung selalu mengirim pesan tidak penting padaku. Aku biasa saja, tapi lama-lama aku menjadi risih. Sampai suatu saat, ia mengirimi pesan seperti ini.

"Ren, tipe cowo kamu itu yang kayak gimana?" Dari pesan yang dia kirim itu, aku berpikir, bahwa Jisung menyukaiku.

Beberapa bulan terlewatkan. Jisung sudah jarang mengirimi pesan padaku. Aku mulai merasa kehilangan. Aku rindu Jisung mengirimi pesan dan foto kegiatannya padaku. 

Aku menyingkirkan egoku dan mengirimkan pesan basa basi pada Jisung. Respon Jisung terhadap pesanku di luar ekspektasiku. Jisung sangat berubah, ia menjawab pesanku dengan sangat singkat. Apa Jisung marah? Atau ia lelah dan membutuhkan waktu sendiri? Entahlah..

Dahulu, aku dan Jisung mendaftar di organisasi yang sama. Karna kami satu organisasi, kami menjadi akrab. Lama kelamaan aku dan Jisung menjadi lebih dekat. Aku selalu mengirimi pesan padanya, selalu bercerita padanya ketika kami bertemu. Jisung selalu bersemangat ketika mendengar keluh kesahku. Ia selalu memberikan solusi. Aku sepertinya mulai menyukai Jisung.

            Jisung bercerita padaku, ia menyukai seseorang. Seseorang itu ternyata adalah temanku. Hatiku sangat sakit saat mendengarnya. Jadi, selama ini aku hanya dianggap teman olehnya? Ternyata selama ini aku terlalu percaya diri. Jisung tidak menyukaiku, ia menyukai orang lain.

Hari ini, aku mengajak Jisung untuk bertemu di taman. Aku akan mengungkapkan perasaanku pada Jisung. Aku membuka pintu, menghela nafas panjang.

"Semangat Ren, pasti kamu bisa!" aku menyemangati diriku sendiri.

"Mau ngomong apa?" ucap Jisung dengan wajah datarnya. 

Aku sudah terbiasa dengan ekspresi itu. Aku menghela nafas, lalu berkata.

"Aku mau ngomong. Tapi sebelum ngomong, aku harap kamu ga jijik sama aku."

"Emang mau ngomong apa?" ucapnya.

"Aku suka kamu." Hening sesaat, tidak ada jawaban.

"Pasti kamu jijik ya sama aku?" tanyaku memastikan.

"Enggak. Kenapa kamu bisa suka sama aku? Kan kamu tahu aku suka sama Nira." ucapnya tegas.

Deg. Jantungku serasa berhenti berdetak.

Menghela nafas dengan berat, lalu kutatap matanya.

"Maaf, aku nggak bisa," ucapnya.

Aku tersenyum, memaklumi. Jantungku rasanya berhenti berdetak. Mataku sudah tidak mampu menampung air mataku. Perlahan-lahan aku menunduk, tidak ingin menatap ke arah matanya. Lututku terasa lemas. Aku sudah tidak bisa menahan berat tubuhku. Aku terduduk sembari terisak. Jisung hanya melihat tanpa berkutik. Sakit. Sangat sakit rasanya. Rada sedih, kesal, malu, semuanya campur aduk.

***

 


0 comments:

Post a Comment