Asri Fajriani
9D
Pagi ini, Ashraf bangun dengan semangat yang menggebu-gebu karena
hari ini adalah hari dimana ia akan bertanding sepak bola dengan SMP sebelah.
Ashraf sangat bahagia bisa mewakili sekolah bersama teman-temannya.
"Bu,Ashraf berangkat dulu. Do'akan Ashraf supaya
menang, yaa." teriak Ashraf sembari mengenakan sepatu.
"Tentu saja ibu do'akan, Nak. Hati² di jalan, ya,"
jawab sang ibu.
Ashraf pun berlari menuju ke sekolah. Di tepi jalan, tiba-tiba,
"braaak!..." Ashraf tidak sengaja menyenggol batu dan terjatuh
karena saking semangatnya. Kakinya terlukanamun, ia tak hiraukan. ia bergegas
bangun dan menepuk-nepuk bagian tubuhnya yang kotor.
Sesampainya di
sekolah, ia lagsung pergi ke lapangan olahraga. Di sana, terlihat teman-nya
yang sudah siap bertanding. Ashraf pun menurunkan tas yang ada di pundaknya dan
menyimpannya di pinggir lapangan, lalu menghampiri mereka. Mereka tersenyum
pada Ashraf. Namun, senyuman kedua sahabat Ashraf memudar ketika melihat bekas
luka yang ada di lutut Ashraf.
"Raf, kenapa 'tuh kakimu? Kok berdarah?" tanya
Abiel.
"Ooh, ini? Tadi aku terjatuh saat berlari menuju ke
sekolah di jalan, hehe...." Jawab Ashraf tersenyum malu.
"Sepertinya, kau terlalu bersemangat untuk menang,
ya, Raf?" Yoga ikut bicara sambil membawakan alkohol dan obat merah untuk
mengobati luka yang ada di lutut Ashraf.
Beberapa menit kemudian, pertandingan dimulai. Ketika
bertanding, saat Ashraf hendak berlari mengambil bola dari lawan, tiba-tiba
kakinya terasa sakit yang kemudian membuatnya terjatuh. Namun, ia tidak
menyerah. Sampai akhirnya, "Gooooool!" tim Ashraf memenangkan
pertandingan dengan skor 3-2.
"Yeay, gol! Kalian memang hebat," teriak Pak
Jazlan sambil menghampiri dan memeluk anak-anak didiknya di tengah lapangan.
Ini merupakan kemenangan pertama mereka. Pasalnya,
sebelum ada Ashraf, sekolah ini belum pernah memenangkan satu pertandingan
sepak bola sekalipun. Jadi, sejauh ini, Ashraf adalah pemain terbaik. Mereka
pun melanjutkan ke pertandingan selanjutnya. Mereka memenangkan setiap
pertandingan.
Singkat cerita,
Ashraf tumbuh menjadi atlet sepakbola yang hebat. Di suatu pertandingan antara
negara Indonesia dan Malaysia, seperti biasa tim Ashraf memenangkannya. Pelatih
dari Malaysia kagum dengan kemampuan yang dimiliki Ashraf. Ia tertarik dan
berkeinginan untuk merekrut Ashraf untuk main di timnya dan betanding di negara
Malaysia.
Pelatih itu pun menghampiri Ashraf yang sedang duduk di
samping lapangan sambil meminum air.
"Saya nampak awak memang pandai bermain tadi."
"Terimakasih, Pak," ujar Ashraf sopan sembari
membungkuk dan menganggukkan kepala.
"Bagaimana jika awak bermain dalam pasukan saya?
Ekhemm... Jangan risau, awak takkan balik dengan tangan kosong," ucap
pelatih itu meyakinkan.
Ashraf berfikir sejenak. Lalu Yoga dan Abiel menghampiri.
“Terima saja tawaran itu, Raf. Bayangkan, kau bisa
mendapatkan apapun yang kau mau," ucap mereka.
"Entah kenapa aku merasakan keputusan yang berbeda.
Mulut mereka berkata demikian, namun kelopak mata Yoga dan Abiel menampakkan
hati yang berpaling," batin Ashraf.
"Tapi...," kata Ashraf. Belum sempat Ashraf
melanjutkan kata-katanya, pelatih itu sudah memotong.
"Apa sahaja yang awak mahu, kami akan berikan,"
pelatih itu menegaskan.
Setelah berfikir cukup lama, Ashraf menetapkan
pendiriannya bahwa ia mencintai tanah air lebih dari apapun.
"Maaf, Pak. Bukannya saya tidak mau, tapi saya
ingin berjuang untuk negara saya sendiri. Saya yakin, Bapak akan mendapatkan
pemain yang lebih baik dari saya di Malaysia," Ashraf menolak dengan
sopan.
Pelatih itu pun meninggalkan Ashraf, Yoga, dan Abiel
dengan wajah yang kecewa. Senyuman Yoga dan Abiel kian merekah.
"Huft... Aku pikir kau akan menerimanya," ucap
Abiel khawatir.
"Iya. Dia tahu kami adalah sahabatmu. Jadi, kami
disuruh untuk membujukmu. Dia pikir, kau akan mau jika kami juga mendukung,"
kata Yoga sambil merangkul pundak Ashraf.
Ashraf tersenyum.
"Tentu saja aku tidak akan mau. Kita sudah bersahabat
sejak lama. Jadi, aku tahu sekali jika kalian berbohong. Dengar, ya. Aku lebih
memilih menjadi pemuda yang berjiwa patriotisme dan bernasionalisme daripada
menjadi atlet yang profesionalisme untuk bangsa lain. Aku ingin membanggakan
ibu dengan memakai kaos tim dengan bendera merah putih di dadaku," jawab
Ashraf.
***